Berdayakan Petani Kakao, LPEI Raih Penghargaan Global CSR Award

oleh -
Petani kakao. (foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Akhir tahun 2019 Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank meluncurkan pilot project berupa program Desa Devisa di Kabupaten Jembrana, Bali. Program ini merupakan pengembangan dari kegiatan komunitas petani penghasil kakao.

Program ini dinilai berhasil di mata internasional. Melibatkan 600 petani kakao yang lebih dari separuhnya kaum perempuan, program ini dianugerahi penghargaan Global CSR Award untuk kategori ”Empowerment of Women” pada 15 September 2020.

LPEI dinilai memiliki komitmen tinggi dalam menjalankan prinsip keberlanjutan usaha dan menerapkan tanggung jawab sosial lembaga yang memberi dampak nyata, meski tengah mengalami tantangan luar biasa akibat pandemi Covid-19. Para juri juga mengapresiasi program yang menerapkan standar dan target bisnis sambil menggunakan prinsip dampak sosial dan lingkungan.

Corporate Secretary LPEI, Agus Windiarto menyampaikan, keberhasilan LPEI meraih penghargaan, merupakan bukti nyata bahwa program Desa Devisa di Bali, telah memberi manfaat nyata bagi masyarakat dan mendorong para petani semakin mampu melahirkan berbagai produk yang inovatif, hingga menembus pasar global.

Agus Windiarto mengatakan, Desa Devisa merupakan komunitas atau klaster yang melakukan aktivitas produksi kakao secara berkelanjutan dan ikut ambil bagian dalam rantai pasokan ekspor global baik secara langsung maupun tidak langsung. Program Desa Devisa menjadi salah satu solusi pengembangan ekonomi dan komoditi unggulan suatu daerah.

”Keberadaan program Desa Devisa ini dapat memajukan kesejahteraan masyarakat berdasarkan pengembangan produk unggulan setempat,” ucap Agus Windiarto seperti dikutip dari siaran pers di Jakarta, Senin (21/9).

Dipilihnya komunitas petani kakao Jembrana sebagai pelopor dari program ini melalui proses kurasi yang dilakukan oleh LPEI dan Institut Pertanian Bogor.  Komunitas yang tergabung dan didampingi oleh Koperasi Kerta Semaya Samaniya (KSS) di Desa Nusasari, Jembrana, Bali, didirikan sebagai sentra pengembangan bagi petani kakao sejak 2006 melalui program Kakao Lestari.

Direktur Yayasan Kalimajari I Gusti Agung Widiastuti, yang merupakan pendamping program Kakao Lestari di Kabupaten Jembrana, mengatakan sejak 2015 hingga 2019, para petani kakao di Desa Jembrana sudah memproduksi sekitar 81,6 ton biji kakao fermentasi yang sebagian besar dikirim ke negara-negara di Eropa seperti Perancis, Belgia, Jepang dan Australia. Perancis merupakan pembeli dengan volume terbesar yang mencapai 12,5 ton setiap tahunnya.

Kini Koperasi KSS juga terus memperluas pasar baru sperti Belanda, Rusia, dan Pakistan. Pembeli asing yang tertarik dengan karakteristik biji kakao Jembrana karena memiliki aroma yang kuat disbanding hasil produksi kawasan lain. Desa Jembrana merupakan satu-satunya produsen biji kakao di Indonesia yang melakukan proses fermentasi sebelum biji di proses ke tahap selanjutnya hingga menjadi cacahan atau nibs.

”Dalam kerja sama yang dilakukan Kalimajari dan KSS, kami menemukan hal-hal unik, spesifik, dan punya karakter dari biji-biji kakao yang dihasilkan Kabupaten Jebrana. Kami menjalankan satu program yang memberikan ruang untuk perempuan-perempuan tangguh petani kakao di Jembrana itu bisa melakukan improvisasi, bisa meningkatkan kapasitas mereka,” ujar Agung Widiastuti.

Ni Ketut Sri Astuti, salah satu petani kakao Jembrana mengaku sangat senang karena berkat dukungan dari LPEI, ia bisa belajar banyak hal guna meningkatkan kualitas produksi kakao.

“Sangat senang sekali, karena sebagai petani wanita kami diakui, di KSS, saya bertemu petani wanita-wanita lain, menyatakan bahwa perempuan bisa menunjukkan harga dirinya, meningkatkan perekonomian keluarga dan membawa kakao Jembrana ke internasional,” ucap Sri Astuti.

Agung Widiastuti menambahkan, dukungan yang diberikan oleh LPEI kepada KSS terbukti telah mampu meningkatkan kapasitas produksi dan menaikkan kualitas produk kakao. Berkat dukungan LPEI, kini koperasi KSS semakin maju.

Sebelum bersinergi dengan LPEI, dari sisi perlengkapan, pengelolaan, juga manajemen masih terkendala, pasar juga masih kecil. Saat ini, perlengkapan semakin lengkap dan terdapat beberapa infrastruktur yang membantu kegiatan operasional, seperti lantai jemur, solar dryers, kotak fermentasi.

”Dukungan LPEI memberi dampak luar biasa. Dukungan LPEI kepada KSS telah memberikan kontribusi yang luar biasa, karena mampu mendorong koperasi, UMKM, dari sesuatu yang imposiblle menjadi possible. Terimakasih kami sampaikan ke Indonesia Eximbank atau LPEI atas seluruh dukungannya yang sudah diberikan selama ini,” ujarnya. (Ryman)