Bertemu WNI di Jepang, Menteri Jonan Dapat Masukkan dari Mahasiswa

oleh -
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan memaparkan pencapaian pemerintah di bidang energi dalam acara tatap muka di KBRI Tokyo, Jepang, Minggu (10/3/2019). (Foto: Ist)

Tokyo, JENDELANASIONAL.COM — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan bertemu dengan warga negara Indonesia di Jepang pada Minggu (10/3/2019). Dalam acara yang berlangsung di Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Jepang di Tokyo itu, Jonan memamparkan sejumlah capaian pemerintah dalam bidang energi.

Untuk pembangkit listrik, kata Jonan, PT PLN (Persero) tengah melakukan kajian mengenai penggunaan minyak sawit (crude palm oil/CPO) sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD).

“Pembangkit listrik PLN dicoba menggunakan minyak kelapa sawit. Sekarang dipersiapkan kilang di Plaju dari minyak kelapa sawit menjadi minyak diesel,” ujar Jonan, melalui siaran pers.

Kementerian ESDM, katanya, menargetkan paling lama dua tahun seluruh PLTD sudah menggunakan CPO.

Namun, ada yang menarik dalam acara itu, yaitu saat Jonan mendapat masukkan dari Muhammad Huda, mahasiswa S2 jurusan energi di Tokyo Institute of Technology (Tokodai) Okayama. Jonan diapresiasi atas ketersediaan energi. Namun, dia juga berharap pemerintah dapat meningkatkan konsumsi listrik dalam negeri, termasuk pemerataan ongkos produksi PLN.

“Soal ketersediaan mereka bagus ya. Yang sangat urgent adalah meningkatkan konsumsi listrik,” katanya sang mahasiswa.

Duta Besar Indonesia untuk Jepang Arifin Tasrif menyambut baik acara tatap muka Jonan dengan WNI yang tinggal di Jepang. “Paparan ini bisa menjadi sorotan WNI di Jepang terkait prestasi Indonesia di bidang energi,” ucapnya.

Jonan juga memaparkan upaya kementerian memberikan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) untuk 2.519 desa yang belum dialiri listrik. LTSHE dibagikan pada daerah dengan pembangunan sistem jaringan transmisi dan distribusi akan memakan waktu yang panjang, serta memiliki tantangan konstruksi dan biaya yang besar.

LTSHE menyumbang 0,12 persen dari rasio elektrifikasi nasional. “Akhirnya Pemerintah memutuskan, kita membangun LTSHE. Ini kita pasang untuk bisa menutupi gap layanan listrik untuk daerah-daerah yang sangat terpencil,” tuturnya.

Hingga kuartal III pada 2018, sebanyak 22.820 unit LTSHE telah terpasang dan 87.742 unit lainnya sedang dalam proses distribusi. Kementeriam ESDM berencana untuk mengaliri setidaknya 2.500 desa di seluruh Indonesia hingga akhir 2019. (Ryman)