Industri Sawit Tetap Optimistis di Tengah Terpaan Badai

oleh -

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat kinerja ekspor minyak sawit masih positif, ditengah banyaknya tantangan yang dihadapi industri ini.

Berbagai tantangan baik dari dalam negeri, luar negeri dan sentimen pasar dihadapi industri kelapa sawit.

Awal tahun ini misalnya, industri sawit digoyang oleh Uni Eropa dengan kebijakan Renewable Energy Directive II (RED II) yang akan menerapkan kebijakan penghapusan penggunaan biodiesel berbasis sawit karena minyak sawit digolongkan sebagai beresiko tinggi terhadap deforestasi (ILUC Indirect Land Used Change) sedangkan minyak nabati lain digolongkan beresiko rendah.

Di dalam negeri Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) terus menekan industri untuk keterbukaan informasi HGU. Dari pasar, industri dibayangi kekhawatiran harga CPO global yang trendnya terus menurun.

Namun, mereka tetap optimistis di tengah pusaran badai yang menerpa.

“Meskipun dalam kekalutan, industri ini terus berperan dalam menambal neraca perdagangan Indonesia yang minus dengan kinerja ekspornya,” ungkap Joko Supriyono Ketua Umum GAPKI dalam acara Buka Bersama di Grand Hyatt Jakarta, Rabu (15/5/2019).

Pada triwulan pertama 2019, kinerja ekspor minyak sawit secara keseluruhan (Biodiesel, Oleochemical, CPO dan produk turunannya) meningkat sekitar 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau dari 7,84 juta ton triwulan I 2018 meningkat menjadi 9,1 juta ton di triwulan I 2019.

“Dengan kinerja ini, artinya ekspor minyak sawit Indonesia masih tetap tumbuh meskipun masih di bawah harapan,” ujar Joko.

Pada Maret 2019 kinerja ekspor minyak sawit secara keseluruhan (Biodiesel, Oleochemical, CPO dan produk turunannya) membukukan peningkatan 3% dibandingkan bulan sebelumnya atau dari 2,88 juta ton meningkat menjadi 2,96 juta. Sementara ekspor khusus CPO dan produk turunannya hanya meningkat sangat tipis yaitu 2,77 juta ton di Februari sedikit terkerek menjadi 2,78 juta ton di Maret.

Sentimen RED II Uni Eropa, setidaknya telah ikut menggerus kinerja ekspor Indonesia. Selain itu lesunya perekonomian di negara tujuan utama ekspor khususnya India berdampak sangat signifikan pada permintaan minyak sawit. (Ryman)