Laporan Stok BBM, LPG, Listrik dan Status Gunung Api

oleh -
Ilustrasi stok LPG

JAKARTA – Posko Nasional ESDM kembali mengeluarkan laporan tentang stok BBM dan LPG menjelang Natal dan Tahun Baru 2018, Jumat (29/12/2017). Dalam laporannya, kondisi BBM dan listrik dinyatakan normal.

Posko Natal dan Tahun Baru juga melaporkan kondisi keamanan terkait status gunung api, gempa bumi dan gerakan tanah.

Berikut laporkan stok nasional BBM, dan LPG, status kelistrikan, status gunung api, status gempa bumi dan status gerakan tanah yang diperbarui pada Kamis (28/12/2017).

  1. Stok Nasional BBM dan LPG:
    Kondisi Stok BBM dan LPG dalam kondisi normal (BBM jenis Premium: 28,5 hari; Solar: 19,1 hari; Pertamax: 19,4 hari; Pertalite: 21,7 hari; Pertamina Dex: 28,4 hari; Kerosene: 57,6 hari; Avtur 28,7 hari; LPG 19,0 hari). Secara Umum/Nasional proses penyaluran BBM dan LPG berjalan normal.
    Catatan: Stok Nasional BBM dan LPG status 28 Desember 2017

    2. Status Ketenagalistrikan
    Sistem Ketenagalistrikan Jamali:
    Wilayah jawa dan bali terdiri 1 sistem ketenagalistrikan jamali dgn status normal tgl 27 Desember 2017 (cadangan operasi 1.103 MW)

    Sistem Ketenagalistrikan Non-Jamali:
    – Wilayah sumatera terdiri dari 7 sistem ketenagalistrikan dgn status 27 Desember 2017:
    7 normal (sbu, sbs, sbt, tanjung pinang, batam, bangka, belitung);
    0 siaga;
    0 defisit.

    – Wilayah Indonesia timur terdiri dari 14 sistem besar ketenagalistrikan dgn status 27 Desember 2017:
    13 normal (kalbar, kaltim-kaltara, kendari, sulbagsel, lombok, kupang, ambon, ternate, jayapura, sulutgorontalo, NTT isolated, bima-sumbawa, sorong);
    1 siaga (kalselteng);
    0 defisit.

    Catatan:
    – kondisi sistem ketenagalistrikan berdasarkan laporan posko status 27 Desember 2017 Shift II

    3. Status Gunung Api:
    Terdapat 27 Gunung Api dengan tingkat aktivitas sbb:
    – 2 Gunung Api dengan tingkat aktivitas Awas (Agung, Sinabung).
    – 18 GunungApi dengan tingkat aktivitas Waspada (Ili Lewotolok, Banda Api, Dempo, Bromo, Rinjani, Lokon, Soputan, Karangetang, Gamalama, Sangeangapi, Rokatenda, Ibu, Gamkonora, Semeru, Anak Krakatau, Marapi, Dukono, Kerinci).
    – 7 Gunung Api dengan tingkat aktivitas Normal yang perlu diwaspadai (Tangkuban Parahu, Galunggung, Salak, Ijen, Gede, Guntur, Dieng).
    Catatan: Status Gunung Api per tanggal 27 Desember 2017 pukul 19.00 WIB.

    4. Gempa Bumi:
    Gempa bumi terjadi di:
    – 37 km timur laut Parigimoutong, Sulawesi Tengah, pada hari Rabu, 27 Desember 2017, pukul 14:12:50 WIB. Berdasarkan informasi dari BMKG, pusat gempa bumi terletak pada koordinat 121,12° BT dan 0,46° LU, dengan kekuatan 5,2 SR pada kedalaman 61 km.

Dampak: Hingga tanggapan ini dibuat, tidak dilaporkan adanya kerusakan maupun korban jiwa sebagai dampak dari kejadian gempa bumi ini. Gempa bumi ini tidak menimbulkan tsunami karena sumber gempa bumi berada di darat.
Rekomendasi: masyarakat dihimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat, jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami, masyarakat agar tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan yang diperkirakan berkekuatan lebih kecil.

5. Gerakan Tanah:
Gerakan tanah terjadi di:
– Gunung Pulosari, Desa Ciletung, Kab. Pandeglang, Banten (tanggal 27 Desember 2017).
Dampak: terjadi kepanikan pengunjung dan penutupan sementara wisata air terjun Curug Putri.
Rekomendasi: masyarakat atau pendaki di sekitar area longsoran dan retakan meningkatkan kewaspadaan terutama saat turun hujan deras terhadap potensi terjadi gerakan tanah susulan.

Selain itu, jalur pendakian selama musim hujan sebaiknya ditutup karena retakan masih bisa berkembang menjadi longsoran. Retakan sebisa mungkin ditutup agar air tidak masuk ke daerah retakan.

 

Pemasangan rambu rawan bencana longsor dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan. Juga dilakukan dengan menata aliran air permukaan pada lereng tersebut agar tidak masuk ke dalam lereng, memelihara vegetasi berakar dalam di daerah lereng berkemiringan terjal untuk memperkuat kestabilan lereng.

 

Masyarakat/pendaki setempat dihimbau untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah setempat, membuat jalur evakuasi sebagai upaya peningkatan kesiapsiagaan.

 

Pemerintah terus meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat mengenai daerah rawan longsor dengan memasang rambu-rambu peringatan sebagai upaya mitigasi bencana gerakan tanah.

 

Masyarakat diminta senantiasa mewaspadai potensi aliran sungai/curug tertimbun material longsoran karena pembendungan alami oleh material longsoran bisa berkembang menjadi aliran bahan rombakan maupun banjir bandang.