Menteri Susi Ingin Konsumsi Ikan Nasional 47 Kg/Tahun  

oleh -
Menteri Susi Pudjiastuti

JAKARTA-Pemerintah telah berhasil meningkatkan tingkat konsumsi makan ikan nasional. Sejak tahun 2015 lalu, konsumsi ikan nasional tumbuh dari 36 kilogram (kg) menjadi 43 kg per tahun.

Namun demikian, pemerintah tetap menargetkan pada akhir tahun 2017 ini,  tingkat konsumsi ikan secara nasional menjadi 47 kg per tahun.

“Kalau ditotal seluruh penduduk Indonesia, artinya kita perlu 750.000 ton ikan lagi untuk bisa dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti kepada wartawan saat menghadiri babak final Lomba Memasak Ikan Nusantara 2017, yang digelar di halaman tengah Istana Merdeka, Jakarta, Selasa, (15/8).

Mengutip data BPS, Menteri Susi mengingatkan agar masyarakat mengkonsumsi ikan. Sebab, kurang makan ikan berpotensi membuat pertumbuhan badan terganggu. “Kalau pertumbuhan badan terganggu tentunya otak terganggu,” terangnya.

Padahal, lanjut Susi, Indonesia ingin membangun manusia-manusia yang bisa berkompetisi secara global, agar tidak kalah dengan Filipina dan Singapura. “Oleh karena itu, kita harus memasukan asupan makanan ikan yang cukup,” ujarnya.

Kementerian Kelautan dan Perikanan terangnya telah membuat program bioflok di pesantren-pesantren.

Upaya ini ditempuh lantaran di pesantren terdapat banyak anak-anak yang dalam masa tumbuh, mulai anak-anak usia SD, SMP, SMA.

Karena itu, pemerintah memasang target mereka bisa makan ikan paling tidak. “Kalau misalnya santrinya berjumlah 20.000 orang dikali satu minggu 4 kilo, berarti kurang lebih 50 kilo dalam setahun,” urainya.

“Itu sesuai dengan target kita. Berarti kita harus sediakan di satu pesantren yang siswanya 20.000 kurang lebih 80 ton ikan sepanjang tahun,” terang Susi.

Lebih lanjut, Menteri Susi memberi alasan mengapa perlu makan ikan.

Selain harganya terjangkau, mengkonsumsi ikan juga sangat baik bagi kesehatan. “1 kilo ikan lele atau gabus hanya Rp15.000 – Rp20.000. Artinya, 1 kilo daging akan dapat 4 kilo ikan,” terangnya.

Ikan jelasnya, tidak mengandung kolesterol, sedangkan daging terdapat kolesterolnya. “Daging juga menghabiskan devisa karena daging banyak yang impor. Dan kalau tidak makan ikan ditenggelamkan,” ujarnya dengan nada canda.