Penerangan Tenaga Surya Hadir, Warga Balaroa Kini Tak Takut Keluar Malam

oleh -
Penyerahan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi dilakukan oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Sudjipto pada hari Sabtu (9/10). (Foto: ist)

Palu, JENDELANASIONAL.COM — Wilayah Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat menjadi salah satu wilayah terdampak bencana yang melanda Sulawesi Tengah akhir September 2018 silam. Pasca bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi, banyak lampu jalan yang rusak sehingga aktivitas warga menjadi terganggu dan menimbulkan suasana mencekam pada malam hari.

Namun, kondisi tersebut berangsur berubah sejak dibangunnya Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJU-TS) oleh Kementerian ESDM di wilayah tersebut.

Hasnawati, seorang warga Kelurahan Balaroa, menceritakan perubahan aktivitas masyarakat di wilayahnya. “Kalau dulu, jualan cuman sampai jam 9 malam, semenjak ada lampu jalan ini, saya jualan sampai jam 11 malam,” tuturnya seperti dikutip dari siaran pers Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama, Agung Pribadi.

Kehadiran lampu PJU-TS tidak hanya memberi manfaat bagi kegiatan usaha Hasnawati, tetapi juga memberikan kegembiraan tersendiri bagi anak-anak. “Mereka tidak lagi ketakukan jika harus menjalankan aktivitas pada malam hari. Apalagi semenjak bencana, suasana malam di Balaroa ini cukup mencekam”, tambahnya.

Kelurahan Balaroa hanya berjarak sekitar 200 meter dari lokasi terjadinya likuifaksi yang terjadi di Palu pada akhir September 2018 lalu. Akibat bencana tersebut, lebih dari 5.000 warga Balaroa menjadi korban dan 800 diantaranya meninggal dunia. Saat ini masih banyak warga yang berada di pengungsian atau tinggal bersama keluarga mereka di luar desa.

Kepala Desa Balaroa, Rohmansyah juga mengungkapkan bahwa terang lampu PJU-TS sangat memberikan manfaat bagi masyarakat untuk aktivitas pada malam hari. Namun demikian, Rohmansyah juga mengharapkan penambahan bantuan PJU-TS, khususnya di lokasi terjadinya likuifaksi. “Saya berharap wilayah yang terdampak likuifaksi juga bisa dibangun PJU-TS dibeberapa titik, terutama untuk jalan menuju tempat pengungsian warga,” ungkapnya.

Pada tahun 2018, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM melaksanakan program pemasangan 300 unit PJU-TS di wilayah Sulawesi Tengah yang tersebar di 6 Kota/Kabupaten. Pembangunan ini merupakan usulan Pemerintah Kabupaten masing-masing. Adapun Kota/Kabupaten yang mendapatkan alokasi pembangunan PJU-TS antaralain, Palu sebanyak 55 unit, Sigi 50 unit, Poso 20 unit, Donggala 106 unit, Parigi 29 unit, dan Morowali 40 unit.

Selain itu, PJU-TS juga telah dibangun di Sulawesi Tengah sebagai bantuan penanganan pasca bencana sebanyak 800 unit, yang dikhususkan bagi lokasi terdampak bencana tsunami dan likuifaksi, yaitu masing-masing 400 titik di wilayah Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala.

Secara simbolis, infrastruktur tersebut diserahkan oleh Auditor Madya Inspektorat Jenderal KESDM, Heriansyah Mewakili Menteri ESDM, kepada Pemerintah Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala, Kamis, (14/2) untuk selanjutnya dikelola serta dipelihara oleh masing-masing Pemerintah Kabupaten. (Ryman)