Rizal Ramli: Kebijakan Trump Picu Harga Minyak Naik dan Rupiah Terpuruk

oleh -
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Kabinet Kerja, Rizal Ramli. (Foto: ist)

JAKARTA – Pernyataan sepihak Presiden Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel memicu kemarahan publik, termasuk pemimpin dunia.

Rakyat Palestina melakukan perlawanan hingga menimbulkan bentrok dengan tentara Israel. Perlawanan dan pertikaian itu diperkirakan terus membesar.

Di dalam negeri, Presiden Joko Widodo juga langsung mengeluarkan pernyataan mengecam kebijakan Trump tersebut. Presiden Jokowi menyebut kebijakan sepihak itu bisa memicu instabilitas dunia. Presiden juga menggalang dukungan negara lain melalui pertemuan OKI di Turki pada 13 Desember mendatang.

Sejumlah pengamat, termasuk analis intelijen mewanti-wanti meluasnya sentimen anti-Amerika yang berujung pada tindak kekerasan. Bahkan, sel-sel kelompok radikal yang selama ini “tertidur” dipaksa bangun untuk melakukan perlawanan dengan menyasar pada simbol-simbol AS.

Namun, seberapa besar dampak kebijakan Trump itu pada perekonomian dunia, khsusnya ekonomi di dalam negeri?

Ekonom senior, yang juga Menko Perekonomian era Gus Dur, Rizal Ramli mengatakan, jika perlawanan tersebut terus membesar dan tidak tertangani secara baik, maka bukan tidak mungkin membawa dampak cukup besar bagi perekonomian dunia, termasuk di dalam negeri.

“Jika banyak perang maka kemungkinan harga minyak mentah akan naik, bisa kembali ke angka USD 100/barel. Karena itu, gas yang banyak dimiliki  AS pun bakal naik,” ujar Rizal Ramli di Jakarta, Senin (11/12/2017).

Mantan Menko Kemaritiman ini melanjutkan, jika harga minyak naik, maka Indonesia, sebagai net importir minyak mentah dan produk-produk minyak (BBM) sebesar  1,1 juta barel/hari akan mengalami kesulitan. Hal itu bisa membuat kantong pemerintah jebol. “Karena itu, Bank Indonesia harus rajin melakukan intervensi (operasi) pasar uang untuk menyanggah rupiah jangan sampai di atas Rp15 ribu,” ujar Rizal Ramli yang disebut-sebut pantas mengisi posisi Gubernur Bank Indonesia ini.

Rizal Ramli menengarai keputusan Trump tersebut dikeluarkan untuk membendung kongres yang berencana memakzulkan dirinya.

“Donald Trump ternyata tidak sebodoh yang dipersepsikan orang selama ini. Pada saat Kongres mau memakzulkannya, dia justru mencanangkan Yerusalem sebagai Ibu Kota Istael demi merangkul para Yahudi tajir di dunia dan akan sengaja memicu perang-perang kecil di dunia demi menjual senjata bikinan AS,” katanya.

Untuk meloloskan rencana itu, kasus Korea Utara akan dibiarkan seperti bola liar sehingga memaksa Korsel dan Jepang senjata buatan AS. “Jika terjadi perang, harga minyak bisa naik sehingga Saudi, AS bahkan Rusia ikut senang. Yang susah justru kita yang sudah jadi importir minyak mentah dan produk minyak sebesar 1,1 juta barel/hari,” ujar Rizal Ramli.

Menurut Rizal, Trump memiliki intensi tertentu dari kebijakan kontorversialannya itu, yakni memicu perang kecil sehingga AS bisa berjualan senjata. “Jika berkobar provokasi perang, penjualan senjata AS akan meroket. Korut dibiarkan menjadi bola liar, sehingga Jepang dan Korsel beli senjata AS,” pungkasnya.