Setahun Pandemi Covid-19, Antara Menjaga Keseimbangan Kehidupan dan Penghidupan Masyarakat

oleh -
Diskusi Para Syndicate dengan tema INDONESIA SEHAT dan MAJU: Kebangkitan Ekonomi Pascapandemi pada 10 Maret 2021. (foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Setahun sudah pandemi Covid-19 melanda negeri tercinta sejak diumumkan pertama kalinya awal Maret 2020. Pagebluk yang mengguncang berbagai bentuk kenormalan dan kemapanan, serta berdampak demikian besar pada semua lini kehidupan. Di bidang ekonomi, proyeksi pertumbuhan yang digadang-gadang mencapai 5,3 persen dalam APBN 2020 menjadi amburadul, bahkan anjlok hingga minus 2,07 persen dibanding catatan pertumbuhan 5,02 persen pada 2019.

Perekonomian nasional yang selama ini sangat bergantung pada belanja konsumsi dan investasi pun limbung dan terpuruk. Pandemi yang berlarut-larut juga telah membaitkan elegi panjang yang mengharu biru sektor industri, mulai dari penundaan kontrak dan pembayaran, kenaikan harga bahan baku, nilai tukar yang bergejolak, kesulitan transportasi logistik, berkurangnya pegawai, terbatasnya jam operasional, kenaikan biaya pengapalan dan masih banyak lagi lainnya.

Membangun optimisme bersama, sekaligus memaknai satu tahun merebaknya pandemi, PARA Syndicate menggelar Syndicate Forum dalam format webinar nasional bertajuk: INDONESIA SEHAT dan MAJU: Kebangkitan Ekonomi Pascapandemi pada 10 Maret 2021.

“Webinar ini mengulas tentang optimisme apa yang bisa kita bangun bersama untuk bangsa ini ke depan setelah setahun kasus pandemi Covid-19 merebak di Indonesia,” kata Direktur Eksekutif  PARA Syndicate Ari Nurcahyo melalui siaran pers, Kamis (11/3).

Tampil sebagai pembicara adalah Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Fraksi PDI Perjuangan, Aria Bima; Ekonom, Rektor Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Dr. A. Prasetyantoko; Pengusaha, Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk., CEO PT Bogasari Flour Mills Franciscus Welirang; dan Ketua Umum Asosisasi Pertekstilan Indonesia Jemmy Kartiwa Sastraatmadja.

Menteri Kesehatan RI, Ketua Satgas Pemulihan Ekonomi Nasional Budi Gunadi Sadikin yang sedianya juga dijadwalkan menjadi narasumber tidak bisa hadir karena tugas dan kesibukannya. Sementara bertindak sebagai keynote speaker dan yang membuka acara adalah  Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Raden Pardede Ph.D, mewakili Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Dr. Ir. Airlangga Hartarto yang berhalangan hadir karena tugas penting mendampingi Presiden.

Membuka Webinar Nasional ini, sebagai pembicara kunci, Raden Pardede menyatakan bahwa Pemerintah telah menyiapkan kerangka strategis penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional 2021. Krisis kesehatan ini adalah krisis yang luar biasa sejak Indonesia merdeka. Seluruh negara di dunia saat ini tengah berjuang keras menghadapi masalah ini dan belum ada yang mampu mengatasi pandemi ini dengan sempurna.

Menurutnya, Indonesia harus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan pandemi untuk memilih solusi optimal yang mampu menjaga keseimbangan antara kehidupan dan penghidupan masyarakat. “Ketika kaki kita menginjak pedal gas dan rem, harus ada keseimbangan, bagaimana melandaikan pandemi ini,” katanya.

Dia menegaskan bahwa krisis kali ini berbeda dengan krisis moneter 1998. Untuk sekarang ini, bantuan diberikan kepada masyarakat miskin, bukan diberikan kepada korporasi seperti tahun 1998.

Senada dengan Raden Pardede, Aria Bima yang membawakan sub-tema Kolaborasi Pemerintah, BUMN dan Dunia Usaha Mewujudkan Kebangkitan Ekonomi dengan  Menumbuhkan Lapangan Kerja dan Mengurangi Kemiskinan mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan berbagai langkah luar biasa untuk penanggulangan kesehatan masyarakat dan mengurangi resiko kemiskinan masyarakat.

Salah satu langkah yang luar biasa itu adalah penerbitan PERPPU No. 1/2020 sebagai payung hukum untuk pengambilan langkah-langkah cepat dan luar biasa serta terkoordinasi untuk menghadapi Pandemi COVID-19. “Komisi VI DPR mengapresiasi gerak cepat pemerintah dalam menghadapi pandemi Copid-19 dengan menerbitkan Perpu No 1 Tahun 2020,” tegas Aria Bima.

Menurutnya, Komisi VI telah mengindentifikasi sektor-sektor mana yang sangat terdampak sampai sektor yang tidak berdampak bahkan memperoleh keuntungan dengan adanya pandemi ini. Khusus untuk penanganan dampak Covi-19 terkait dengan program pengentasan kemiskinan, Aria Bima mengatakan bahwa semuanya harus terukur. “Untuk yang satu ini tidak ada salahnya kita belajar dari China,” ujarnya.

Dalam sesinya yang mengulas tentang bagaimana membaca tantangan dan peluang serta strategi kebangkitan ekonomi mewujudkan Indonesia sehat dan maju, Dr. A. Prasetyantoko menandaskan bagaimana Covid-19 telah menyebakan pukulan yang bertubi-tubi pada semua sendi-sendi ekonomi kita, mulai dari ekonomi rumah tangga, sektor finansial, pemerintah, bisnis formal maupun non formal, dan bahkan pada semuanya.

Di satu sisi, pandemi ini telah menyebabkan terjadinya percepatan di beberapa sektor seperti e-commerce, payment dan remittance, sementara di sisi lain justru menyebabkan terjadinya perlambatan seperti di sektor transportasi, travel online dan lending. “Covid-19 telah menyebabkan major disruption  dan sekaligus membuka peluang bagi industri-industri tertentu,” jelasnya.

Tentang prospek perekonomian 2021, menurutnya pemulihan mulai terjadi tahun ini, dengan catatan ada yang naik dan ada pula yang turun. Sedangkan tentang arah kebijakan, yang pertama-tama adalah untuk pemulihan dan baru kemudian transformasi.

Tentang pentingnya industri pangan dan sektor pertanian serta peluang UMKM untuk berperan dalam rantai produksi pangan menjadi bahasan yang menarik.

 

Narasi Optimistis

Membawakan sub-tema Industri Pangan dan Pertanian dalam Memberdayakan Ekonomi Inklusif Berbasis UMKM, Franciscus Welirang menawarkan narasi optimistis bagi sektor pertanian dan UMKM untuk kembali bangkit dan bertumbuh kembang, yang antara lain dengan menjadi bagian dari supply inclusive-upstream dan menjadi bagian dari customerside, atau downstream inclusive (UMKM) untuk sampai ke tangan konsumen/rumah tangga.

Selain itu, mereka juga bisa mengambil peran lain dalam industri jasa paska panen untuk mengurangi kerugian panen. Di antaranya bisa melalu sorting, packing ataupun dengan memperpanjang masa simpan, misalnya melalui mekanisme drying atau coldchain,” jelasnya, sembil memberikan beberapa model kemitraan terintegrasi dan model bisnis inclusive-upstream dan downstream inclusive yang mungkin untuk dilakukan.

“Semua ekonomi akan berkembang ke depan,” Frenky Welirang menyemangati. “Terutama yang penting sekarang ini adalah bantuan untuk ekonomi UMKM, bukan industri besar. Pascapandemi, kebangkitan ekonomi perlu kita sambut, terutama ekonomi UMKM/IKM.”

Dalam sesinya dengan sub-tema: Prospektus Industri Tekstil dan Produk Tekstil dalam Menunjang Kebangkitan Ekonomi Nasional, Ketua Umum Asosisasi Pertekstilan Indonesia Jemmy Kartiwa Sastraatmadja mengapresiasi hasil kerja pemerintah yang menurutnya sudah baik dan cukup mendengarkan industri pertekstilan.

Selama pandemi, industri manufaktur yang menyerap banyak tenaga kerja dengan rentang hulu-hilir yang demikian panjang ini memang mengalami pukulan yang bertubi-tubi mulai penundaan kontrak dan pembayaran, kenaikan harga bahan baku, nilai tukar yang bergejolak, kesulitan transportasi logistik selama pandemi, pengurangan pegawai, pembatasan jam operasional, kenaikan biaya pengapalan, dan lain-lain.

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan sektor padat karya dan padat modal, yang melibatkan industri besar maupun industri kecil menengah (IKM). “Dibutuhkan invovasi untuk memberdayakan IKM dan UKM agar mereka ini bankable, melakukan digitalisasi, sehingga bisa tumbuh kampung-kampung IKM yang tangguh”, jelas Jemmy.

“Industri TPT sempat mengalai perlambatan pertumbuhan pada Q1 dan Q2 tahun 2020 yang disebabkan oleh berhentinya kegiatan perdagangan di dalam dan luar negeri karena pandemi Covid-19,” jelasnya, walau kemudian sempat bangkit kembali pada Q3 dan Q4, yang ditandai dengan meningkatnya tingkat utilisasi dan peningkatan penyerapan tenaga kerja, sebelum kembali menurun karena kebijakan PPKM.

Atas permasalahan yang ada, Jemmy berharap pemerintah bisa memberikan bantuan kebijakan melalui skema pembiayaan perbankan, kelonggaran-kelonggaran dan insentif yang diperlukan sebagai stimulus untuk mendorong pemulihan dan utilisasi industri TPT. “Agar tercipta lebih banyak ruang untuk percepatan pemulihan ekonomi nasional,” lanjutnya. Selain itu, penting juga untuk dilakukan program pemberdayaan bagi industri TPT melalui  digitalisasi IKM dan optimalisasi penggunaan  non-tariff measures (NTMs).

Menutup webinar disampaikan pesan, “roda ekonomi sudah mulai berputar lagi, dan kita perlu berkolaborasi mengembangkan kerjasama dan kerja bersama untuk memastikan agar formula kebijakan ini bisa berjalan pada rel yang benar”, tegas Ari Nurcahyo. (Ryman)