Setelah Motor Listrik, Kapan Giliran Mobil Listrik? Ini Jawaban Menteri Jonan

oleh -
Menteri ESDM Ignasius Jonan menguji coba motor "Gesits", di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (19/10). (Foto: esdm.go.id)

JAKARTA – Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menghadiri “One Planet Summit 2017” di Paris beberapa waktu lalu. Hal itu terkait komitmen pemerintah untuk mendorong penggunaan energi yang efisien dan bersih.

Salah satunya yaitu terkait penggunaan listrik dalam berkendaraan. Setelah RI punya motor listrik, apakah kita akan memiliki mobil listrik?

“Kita sangat mendorong, Perpres lagi dibuat. Penciptaan kendaraan listrik. Kalau motor kan sudah jalan,” kata Jonan usai menyaksikan penandatanganan kerja sama PLN dengan IPP asal Prancis di Kedutaan Besar Indonesia di Paris, Prancis, Senin (11/12/2017).

Pada waktu diskusi mengenai mobil listrik di Bali yang dihadiri oleh perusahaan-perusahaan otomotif dunia, Jonan sempat menanyakan kesediaan beberapa perusahaan tersebut.

“Saya tanya Mercy (Mercedes Benz) Indonesia, ‘you siap kapan?’ Dia bilang 2030. Kita mencanangkan harapannya bapak Presiden (Joko Widodo/Jokowi) itu paling lambat 2040 lah. Kita sudah mulai penggunaaan mobil listrik, sudah mulai banyak. Ya enggak bisa segera,” katanya seperti dikutip detikcom.

Jonan mengatakan, mobil listrik di Indonesia tidak harus merek lokal. Produsen mobil yang sekarang beroperasi di Indonesia sudah menyatakan siap memproduksi mobil listrik beberapa tahun mendatang.

“Menurut saya begini, ini biarkan saja kompetisi. Merek-merek lain saja (tak perlu merek lokal) yang penting ada. Biar swasta saja yang bikin. Ini dua hal yang beda ya, misalnya mobil listrik harus dibuat di lokal ini jadi panjang lagi. Harapan saya sih bisa cepat, tapi berani enggak investornya investasi,” tambahnya.

Sampai sekarang banyak produsen mobil asal Jepang yang punya pabrik di Indonesia. Menurut Jonan, para perusahaan Jepang ini tidak ingin langsung membuat mobil listrik, melainkan ingin memproduksi mobil hybrid terlebih dahulu.

“Mereka sih maunya hybrid. Saya tanya kalau 2020 siap enggak, mereka bilang semua siap. Anda lihat kan merek-merek dunia sudah bikin mobil listrik, tapi mereka pasarkan di luar negeri bukan di Indonesia. kalau mobil listrik di Indonesia ada dan harganya bersaing dengan kendaraan fosil, saya pasti beli, saya pasti pakai itu mobil listrik,” ungkap Jonan.

Mantan Menteri Perhubungan itu tidak khawatir atas kelangsungan hidup perusahaan minyak yang selama menjual bahan bakar setelah marak mobil listrik berseliweran. Sebab, perusahaan-perusahaan ini akan beradaptasi dengan bisnis baru.

“Bukan SPBU tutup, SPBU nanti jualan baterai, tukar baterai atau colok. Kalau colok kelamaan ya di rumah saja. Misalnya, Total. Dia tidak akan tutup, dia akan masuk ke perusahaan dengan energi terbarukan,” katanya.