Strategi Pemulihan Ekonomi Daerah, Bima Arya: Data Dampak Pandemi Sangat Penting

oleh -
Bima Arya, Wali Kota Bogor sekaligus Ketua APEKSI. (Foto: Ist)

Bogor, JENDELANASIONAL. ID – Bank Indonesia (BI) menggelar Sharing Session Webinar Economic Leadership for Regional Government Leader (REL) dengan tema Strategi Pemulihan Ekonomi Daerah secara zoom meeting, Selasa (2/11).

Beberapa pembicara hadir pada sharing sessions ini tak terkecuali Wali Kota Bogor, Bima Arya yang juga menjabat sebagai Ketua APEKSI.

“Semua kepala daerah belajar banyak di masa Pandemi. Kita belajar bagaimana mengkombinasikan antara kesehatan sekaligus pemulihan ekonomi,” ujar Bima Arya.

Bima mengatakan, semua kepala daerah memiliki pekerjaan rumah yang sama yaitu di satu sisi harus menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa manusia. Dan di sisi lain harus memiliki kebutuhan untuk pemulihan ekonomi.

Karena itu, dalam menekan angka terpapar Covid-19 harus dilakukan dengan berkolaborasi dengan Pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.

“Kita juga harus segera beranjak dari masa emergency, menuju masa-masa pemulihan. Dan ini momentum yang tercipta ketika prokes relatif sudah bisa dikendalikan, kita ambil peluang dari relaksasi normalisasi yang sudah dilakukan setelah kondisi membaik,” ujarnya.

Terkait percepatan ekonomi, katanya, diperlukan kolaborasi dan dukungan dari semua pihak. Mengingat bukan saja mengembalikan dari negatif ke nol, namun dari nol kemudian ada multi player effect supaya mendapatkan keuntungan lebih banyak lagi.

Bima menyebutnya dengan ekonomi rebound yakni harus jeli melihat peluang, model, norma dan pendekatan baru yang harus ditangkap untuk kemudian menghasilkan hal-hal positif yang lebih menguntungkan. Namun siklus penyelamatan dan percepatan akan mundur lagi jika ada tren baru Covid-19.

“Kalau kita lihat kondisi makro dari kota-kota APEKSI di seluruh Indonesia semuanya terdampak, jadi penduduk kota di APEKSI hampir 60 juta jiwa dan mengelola PAD Rp 89,5 Triliun, APBD tentu lebih besar,” ujarnya.

Di Kota Bogor dampaknya sama seperti kota lain, IPM menurun, daya beli menurun, pertumbuhan ekonomi di akhir 2020 sempat minus, pengangguran naik karena di sektor terbuka banyak pengurangan tenaga kerja.

“Dari aspek pendapatan daerah sebetulnya dari 2015 trend PAD naik signifikan dari Rp 400 Miliar ke Rp 1 Triliun, atau hampir Rp 100 Miliar per tahun, namun begitu Pandemi Covid-19 langsung terkoreksi,” katanya.

Pada proses recovery dan rebound ekonomi, kata Bima, tidak saja menghitung ulang, namun harus memiliki data-data seberapa besar dampak Pandemi Covid-19, siapa terdampak dan sektor apa yang harus dipulihkan. Sebab, salah satu cara yang dilakukan untuk pemulihan ekonomi yaitu harus bisa membaca medannya seperti apa, datanya seperti apa.

“Kami memberikan bansos untuk menyelamatkan orang-orang yang betul-betul terdampak dan tidak bisa hidup. Setelah itu kita rancang ekonomi recovery melalui kebijakan fiskal. Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam konteks pajak, seperti pengurangan pokok pajak, kebijakan BPHTB berupa tax insentif, pemberian tenggat waktu,” pungkasnya. ***