4 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK, Rasio Elektrifikasi Capai 98,05 Persen

oleh -
Ignasius Jonan dalam diskusi “4 Tahun Kerja Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Membangun Manusia Indonesia, Menuju Negara Maju” di Sekretariat Negara, Jakarta, Rabu (24/10). (Foto: Ist)

JENDELANASIONAL.COM – Salah satu target utama dari Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) adalah peningkatan rasio elektrifikasi.

Menteri ESDM Ignasius Jonan pada menyampaikan, rasio elektrifikasi nasional hingga saat ini atau kuartal ketiga tahun 2018 telah mencapai 98,05 persen. Jumlah ini melewati target tahun 2018 yang sebesar 97,1%

“Sampai sekarang, kuartal ketiga 2018, rasio elektrifikasi mencapai 98,05%. Jadi mungkin sampai akhir 2018 itu 98,25% atau 98,3%. Targetnya sampai tahun depan 99,9%. Setiap tahun naik. Kalau kita lihat RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional), sebenarnya (target) hanya 97,5% sampai akhir 2019. Kalau target tahun ini di RPJMN hanya 97,1%, ini kita sudah melebihi,” ujar Jonan dalam diskusi “4 Tahun Kerja Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Membangun Manusia Indonesia, Menuju Negara Maju” di Sekretariat Negara, Jakarta, Rabu (24/10).

Jonan juga mengatakan bahwa program peningkatan kapasitas pembangkit listrik 35.000 Megawatt (MW) bertujuan untuk meningkatkan rasio elektrifikasi.

“Di awal Pemerintahan ini, Bapak Presiden mencanangkan program peningkatan kapasitas pembangkit listrik 35.000 MW, sebenarnya itu targetnya rasio elektrifikasi. Karena listrik ini ada dua yang besar. Satu adalah kapasitas pembangkit, yang kedua adalah jaringan transmisi dan distribusi. Dua ini menghasilkan apa yang disebut rasio elektrifikasi. Jadi pemerataan layanan kelistrikan ini lebih penting daripada membahas pembangkitnya sudah jadi berapa,” jelas Jonan.

Salah satu upaya Kementerian ESDM dalam pemerataan akses listrik adalah membagikan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) untuk 2.519 desa yang belum berlistrik. LTSHE dibagikan pada daerah di mana pembangunan sistem jaringan transmisi dan distribusi akan memakan waktu yang panjang, memiliki tantangan konstruksi dan biaya yang besar. LTSHE menyumbang 0,12% dari rasio elektrifikasi nasional.

“Yang bisa saya laporkan, ada 2.519 desa yang belum menikmati listrik sampai akhir 2016. Daerah-daerah ini, kalau membangun sistem jaringan transmisi dan distribusi itu akan makan waktu yang panjang. Yang kedua, tantangan konstruksi maupun biaya juga besar sekali. Akhirnya Pemerintah memutuskan, kita membangun LTSHE. Ini kita pasang untuk bisa menutupi gap layanan listrik untuk daerah-daerah yang sangat terpencil,” terang Jonan.

Hingga kuartal ketiga tahun 2018 sebanyak 22.820 unit LTSHE telah terpasang dan 87.742 unit lainnya sedang dalam proses distribusi. Target tahun ini adalah membagikan LTSHE untuk 175.782 rumah di 16 provinsi. Pada tahun 2017, Kementerian ESDM telah memasang LTSHE di 79.559 rumah di 5 provinsi.

“Tahun lalu kita sudah memasang di 79.556 rumah. Titiknya memang kebanyakan di timur, tapi ada juga di barat, misalnya di Kepulauan Riau. Target tahun 2018 itu 175.782 rumah, mungkin sampai sekarang sekitar 100.000 yang sudah terdistribusi dan dipasang, tapi mestinya sampai akhir tahun selesai. Tahun depan, 98.481 rumah, jadi total lebih kurang 400.000 rumah yang akan dipasang di 2.519 desa,” pungkas Jonan. (Ryman)