Ahmad Syafi’i Ma’arif Wafat, PGI: Kesederhanannya Patut Menjadi Panutan

oleh -
Ketua Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom, melayat ke Mesjid Gede Kauman Yogyakarta untuk menyampaikan rasa duka mewakili Gereja-gereja di Indonesia dan memberikan penghormatan terakhir. (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID – Kita dikejutkan dengan wafatnya salah satu Guru Bangsa, Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’i Ma’arif – biasa dipanggil Buya Syafi’i Ma’arif – di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, pada Jumat, pukul 10.15 WIB.

Bangsa Indonesia kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya. Sosok yang selama ini teguh dan konsisten menyuarakan tegaknya NKRI.

Kepala Humas PGI, Jeirry Sumampow melalui siaran pers di Jakarta, mengatakan, Buya Syafi’i bukan hanya seorang tokoh pluralis dan nasionalis, tetapi juga Guru dan Bapa Bangsa, yang banyak menyumbang gagasan untuk mencerdaskan bangsa.

Kesederhanaannya membuat banyak orang kagum dan menghormatinya, sehingga beliau mendapatkan tempat yang istimewa di hati rakyat Indonesia.

“Beliau sangat dekat dengan semua kalangan sehingga patut menjadi pola teladan bagi semua pemimpin agama dan pemimpin bangsa di Indonesia, sebagai bangsa yang besar dan menghargai kemajemukan,” ujarnya.

Keteladanannya yang sangat sederhana dan menolak berbagai bentuk fasilitasi sangat perlu ditiru. Beliau menolak tawaran pengobatan di Jakarta, baik dari Ibu Megawati Soekarnoputri maupun dari Presiden RI, Joko Widodo, karena merasa lebih nyaman dirawat di rumah sendiri: RS PKU Muhammadyah Yogyakarta.

Bahkan untuk penguburannya pun beliau mewasiatkan untuk dikebumikan di pemakaman kalayak Muhammadyah di Kulon Progo, dan tidak di pemakaman yang dikhususkan bagi Pimpinan Muhammadyah.

Menurut Jeirry, siang ini (27/5/22) Ketua Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom, melayat ke Mesjid Gede Kauman Yogyakarta untuk menyampaikan rasa duka mewakili Gereja-gereja di Indonesia dan memberikan penghormatan terakhir.

Layatan ini juga merupakan wujud kebersamaan sekaligus menyatakan turut sepenanggungan dengan keluarga Buya Syafi’i Ma’arif, Keluarga Besar Muhammadiyah bahkan umat muslim pada umumnya.

Dalam pernyataannya, Gomar mengatakan, turut berbelasungkawa kepada keluarga Buya Syafi’i Ma’arif dan keluarga besar Muhammadiyah atas berpulangnya beliau. “Buya adalah bukan hanya tokoh bangsa tapi juga guru bangsa dan bapa bangsa,” ujar Pendeta Gomar.

Ketokohan, pemikiran dan perjuangan beliau sejalan dengan perjuangan Gereja-gereja di Indonesia untuk kemajuan dan kesejahtetaan bangsa ini.

“Keteladanan beliau terutama dalam hal kesederhaan patut menjadi panutan untuk kita dan anak-kita,” ujarnya.

Gomar mengatakan, PGI menilai bahwa kontribusi dan jasa Buya Syafi’i Ma’arif bagi bangsa ini sangat besar. Karena itu, PGI mengusulkan kepada Pemerintah agar Buya Syafi’i Ma’arif dijadikan sebagai Pahlawan Nasional.

“Kami mengusulkan kepada Presiden Jokowi agar memerintahkan kepada seluruh masyarakat untuk mengibarkan bendera setengah tiang dalam beberapa hari ini. Dan juga kami mengusulkan untuk menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada beliau,” pungkasnya. ***