Analis: Kritik Asia Times Agitasi pada Jokowi Jelang 2019

oleh -
Presiden Jokowi saat meninjau pembangunan bendungan Sukamahi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Jumat (15/12/2017). (foto: Ist)

JAKARTA – Kinerja Presiden Joko Widodo yang saat ini diakui oleh dunia internasional ternyata membuat pihak-pihak tertentu terganggu, terutama menjelang Pemilihan Presiden yang akan diselenggarakan pada 2019 nanti. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendiskreditkan Joko Widodo adalah dengan melakukan agitasi melalui media asing Asia Times.

Asia Times dalam beritanya berjudul “Widodo’s smoke and mirrors hide hard truths” edisi 23 Januari 2018 yang ditulis oleh John Mcbeth seolah mengatakan bahwa Joko Widodo menutup-nutupi permasalahan yang ada.

Berbagai masalah yang diungkap dalam berita tersebut seperti import garam dan beras, negosiasi Freeport, pembangunan infratruktur, dan kontribusi China terhadap Indonesia.

Kritikan Asia Times tersebut seolah-olah ingin mengungkap tentang berbagai permasalahan yang disebut ditutupi-tutupi oleh tim Joko Widodo agar tidak menjadi pengetahuan umum.

Analis intelijen alumnus Pascasarjana Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia, Stanislaus Riyanta mengatakan, artikel yang ditulis dalam Asia Times tersebut tidaklah sesuai dengan fakta yang sebenarnya.

“Indonesia yang sudah menjunjung tinggi demokrasi dan keterbukaan informasi terhadap publik, termasuk menganut kebebasan pers, yang berimplikasi kepada pemberitaan dan penyampaian informasi kepada masyarakat secara terbuka,” ujar mahasiswa doktoral Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia ini, di Jakarta, Selasa (30/1/2018) .

Stanislaus mengatakan, Joko Widodo yang memerangi korupsi dan mengejar pembangunan dengan mengutamakan daerah-daerah yang selama ini tertinggal, tentu saja menjadi tidak populer di kalangan yang selama ini menikmati kucuran dana liar dari sistem yang kurang mendukung pemberantasan korupsi pada era-era sebelumnya.

Kerja keras Joko Widodo tentu saja akan dihambat oleh banyak pihak yang merasa tergaggu kepentingannya. Hal ini tercermin dari berbagai serangan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi yang didukung kuat Joko Widodo.

Karena itu, menurut Stanislaus, pemberitaan Asia Times yang sebagian besar dipenuhi oleh opini penulisnya tersebut tampak sebagai agitasi kepada Joko Widodo terutama menjelang 2019.

“Namun rakyat Indonesia yang memahami dan mengalami langsung bagaimana pemerintah Indonesia bekerja tentu tidak mudah terpancing dan terpengaruh oleh opini media asing,” pungkasnya.