AS Hikam: Kontras Penampilan Jokowi dan Prabowo

oleh -
Pengamat politik President University, Muhammad AS Hikam, dalam sebuah dialog di stasiun televisi swasta, Jakarta, Selasa (15/1/2019). (Foto; CNN Indonsia.com)

Jakarta, JENDELANASIONAL.COM — Tayangan di beberapa stasiun televisi tentang visi Calon Presiden Joko Widodo dilakukan sekira sehari sebelum pidato kebangsaan capres nomor 02, Prabowo Subianto.

Dikemas dalam sebuah format yang meniru tradisi forum “Townhall meeting” di AS, Jokowi bicara mengenai pembangunan infrastruktur yang telah dilaksanakan selama 4 tahun terakhir ini di depan audiens terpilih.

“Hemat saya, penampilan Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto terkait penyampaian visi adalah sebuah pelajaran tentang kontras (a study of contrast). Format forum kedua paslon capres, adalah kontras. Jokowi menggunakan format panggung kecil dengan audiens terbatas, sementara Prabowo menggunakan panggung besar dengan audiens ribuan massa pendukung,” ujar pengamat politik President University, Muhammad AS Hikam, dalam sebuah dialog di stasiun televisi swasta, Jakarta, Selasa (15/1/2019).

Dari sisi substansi pidato, kata Hikam, kontras juga terlihat nyata. Kalau Prabowo bicara tentang visi, missi, dan fokus dengan lingkup multidimensi, Jokowi memfokuskan pada salah satu program nasional yang menjadi trade mark beliau, yaitu pembanguan infrastruktur nasional.

Kalau Prabowo tampil bersama cawapresnya, dengan dandanan formal dan pidato menggelegar, Jokowi tampil sederhana, tanpa beban dan personal.

“Target Jokowi adalah mencoba meraih dukungan mereka yang yang belum memutuskan pilihan dan bahkan mereka yang berada di luar basis massanya, sementara Prabowo masih dalam tahap konsolidasi dan merapatkan barisan serta soliditas basis massa, baik dari Gerindra maupun di luarnya, termasuk yang berasal dari oranisasi masyarakat sipil,” ujar Hikam.

Pemaparan Jokowi lebih fokus dan meyakinkan karena ditopang oleh data yang kongkrit mengenai capaian dan problematika yang dihadapi serta apa yang akan diupayakan di masa datang.

“Kendati audiens Jokowi merupakan para pendukungnya, namun saya melihat bukan mereka yang sejatinya ingin diyakinkan oleh sang petahana. Capres nomor 01 ini menggunakan forum ini hanya sebagai wahana untuk outreach ke luar melalui serangkaian pembuktian keberhasilan pembangunan di bawah kepemimpinannya,” ujar mantan Menteri Negara Riset dan Tekonologi era Gus Dur ini.

Hikam mengatakan, tampilan Jokowi yang sederhana dan tidak menggebu-gebu memberikan sebuah nuansa yang kepercayaan diri yang tinggi dan optimisme. Visi Jokowi didasari oleh pandangan positif dan optimistis mengenai masa kini dan masa depan Indonesia.

Tentu saja penyampaian visi yang dilakukan Jokowi bukan tanpa kelemahan. Misalnya, pilihan audiens acara ini tidak memungkinkan adanya perdebatan yang kritis terhadap paparannya. Satu hal yang justru merupakan inti dari sebuah format Townhall meeting.

Karena itu, masalah-masalah yang tak kalah penting seperti kebocoran anggaran dan korupsi dalam pembangunan infrastruktur, anggaran pembangunan desa, BPJS, dll tak akan muncul dalam format seperti ini.

“Saya kira Jokowi dan timsesnya perlu memperluas forum interaktif ini dan melibatkan juga kelompok kritis, kendati mungkin dengan menghadirkan moderator yang efektif mengatur arus perbincangan. Demikian pula, tema forum juga diperluas, misalnya melibatkan masalah-masalah strategis seperti perlindungan HAM, kebangsaan dan kebhinekaan, ketimpangan ekonomi, penegakan hukum, dan tentu saja masalah peningkatan kapasitas SDM yang menjadi salah satu primadona sang petahana ke depan,” pungkasnya. (Ryman)