Bedah Buku: Bangun Martabat Bangsa, Perlu Kembangkan Ruang Dialog dan Kolaborasi Berbagai Kelompok

oleh -
Foto bersama para penulis buku, moderator, penanggap, dan peserta diskusi. (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID – Perkumpulan Amerta bersama LKPMBI, Komunitas Nostra Aetate Paskalis, POSNU, dan GEMAKU mengadakan launching dan bedah buku, di Jakarta, pada Sabtu (18/2).

Diskusi buku berjudul “Menggagas Martabat Bangsa: Mengembangkan Kehidupan Kebangsaan yang Adab, Plural, Terbuka, dan Setara” ini dihadiri oleh para narasumber yaitu Juwita Jatikusumah Putri (Sunda wiwitan), Rodhotun Jannah (POSNU), Sulaiman Ottor OFM (Komunitas Nostra Aetate Paskalis), dengan moderator Prof. Paulus Wirutomo (Universitas Indonesia) dan penanggap Dr Ngatawi Al-Zastrouw (Lesbumi).

Diskusi untuk mengidentifikasi kondisi-kondisi kesesatan konsep dan praktik martabat yang berbentuk marjinalisasi perempuan dan masyarakat adat. Selanjutnya untuk mengetahui merebaknya kekerasan sebagai sarana penyelesaian masalah dan memaksakan solusi oleh kelompok yang dominan, sikap permisif terhadap praktik korupsi dan manipulasi, perusakan alam demi kepentingan bisnis dan politik jangka pendek.

Para narasumber menegaskan kepeloporan Gus Dur dalam mengembalikan konsep dan praktik martabat bangsa. Kepeloporan Gus Dur ini ditandai oleh ciri-ciri yaitu adanya keberpihakan dan pembelaan pada warga bangsa yang rentan dan marjinal seperti kelompok minoritas, perempuan, dan masyarakat adat.

Selanjutnya, adanya keberanian mengambil langkah-langkah terobosan yang berisiko untuk mengatasi status quo demi perbaikan dan pemulihan; Komitmen untuk memberikan pengakuan pada berbagai ekspresi identitas komunitas dan budaya lokal sebagai kekayaan Indonesia; dan menghindarkan kekerasan dan konflik dalam mengatasi perbedaan, serta dikedepankannya dialog dan saling menghormati dalam berbagai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Aktivis POSNU, Rodhotun Jannah mengungkapkan perhatian utama dalam mempersoalkan martabat bangsa. Hal yang paling penting untuk mempersoalkan martabat bangsa tersebut, katanya, yaitu adanya kesadaran akan nilai luhur bangsa yang termanifestasi dalam Pancasila, aktor yang terus-menerus menyampaikan nilai-nilai luhur tersebut, dan penggunaan media dalam pengarusutamaan Pancasila.

“Sebagai generasi muda, perlu untuk semakin melek terhadap penggunaan media dan menjadikan negara kita bermartabat dan memiliki nilai-nilai luhur di mata dunia,” ujar aktivis muda NU ini.

Sementara itu, aktivis dari Sunda Wiwitan, Juwita Jatikusumah Putri memberi penekanan bahwa dalam diri perempuan bukan hanya wujud perempuan namun juga melekat karakter yang begitu menentukan martabat kehidupan.

Foto moderator, pembicara (penulis buku), dan penanggap. Dari Kiri ke kanan: Juwita Jatikusumah Putri,
Rodhotun Jannah, Professor Paulus Wirutomo, Sulaiman Ottor OFM, dan Dr Ngatawi Al-Zastrouw

Karakter perempuan, katanya, melahirkan sebuah kehidupan. Kalau perempuan sudah tidak peduli martabat bangsa, bukan tidak mungkin cita-cita yang Maha Kuasa, untuk membentuk pribadi yang mulia berlandaskan cinta kasih tidak akan terwujud.

“Perempuan menjadi kekuatan untuk membangun kemanusiaan dan martabat bangsa. Ketika seorang ibu memiliki pandangan yang konsumtif, fanatis, dan bodoh, maka generasi di bawahnya pun tidak jauh dari situ,” ujarnya.

Pastor Sulaiman Ottor, OFM memberikan pandangan bahwa perbedaan merupakan sesuatu yang fitrah dan perlu diletakkan dalam prinsip universal kemanusiaan.

“Membangun martabat bangsa kita sudah diteladankan oleh para founding fathers. Founding father sudah merumuskan Pancasila. Moderasi Beragama adalah praktik ber-Pancasila, di dalamnya mengandung toleransi antar umat beragama,” kata pastor yang berkarya di pedalaman Kalimantan Barat ini.

Sementara itu, sebagai penanggap, budayawan Dr. Al Zastrouw Ngatawi mengatakan bahwa buku yang diterbitkan oleh Komunitas Lintas Iman ini ibaratnya sebagai sebuah vaksin terhadap virus radikalisme, fundamentalisme dan ekstrimisme.

Dia mengatakan, buku ini adalah vaksin ideologis untuk menahan gempuran virus tersebut.

Al Zastrouw Ngatawi mengatakan bahwa kelompok masyarakat sipil seperti Perkumpulan Amerta, POSNU, LKPMB, Komunitas Nostra Aetate Paskalis, dan GEMAKU merupakan inkubator vaksin untuk meningkatkan imunitas dan meningkatkan martabat bangsa.

Dikatakannya, martabat bergandengan dengan keadaban. Karena itu, orang yang tidak memiliki martabat adalah mereka yang tidak memiliki adab juga.

“Pluralisme bukan membuat semua sama, tapi tekad untuk menjaga yang berbeda bisa tumbuh bersama. Pluralisme di Indonesia merupakan usaha bersama agar menjaga mawar, melati, dan bunga-bunga yang lainnya dapat tumbuh dengan baik di taman sari Indonesia, bukan justru mengubah mawar menjadi melati agar seragam. Taman sari indah kalau bunganya bermacam-macam,”  ujarnya memberi metafora.

Diskusi tersebut menghasilkan kesimpulan untuk menemukan langkah-langkah dalam menghadapi tantangan mewujudkan kehidupan bersama yang bermartabat.

Pertama, pengarusutamaan multikulturalisme dalam pendidikan dan birokrasi. Pendidikan berperan untuk menghasilkan generasi baru yang berkomitmen pada keberagaman. Birokrasi adalah representasi negara di berbagai daerah yang menjadi rujukan dalam kehidupan berbangsa pada tataran lokal.

Kedua, pengakuan dan promosi atas berbagai kekayaan sosial dan budaya Indonesia yang berada pada berbagai komunitas adat, kelompok minoritas, dan kelompok budaya sebagai sumber identitas bangsa.

Ketiga, mengembangkan ruang-ruang dialog, komunikasi, dan kolaborasi antar kelompok sebagai sarana membangun inisiatif kolektif dan menyelesaikan berbagai masalah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Buku ini hadir sebagai inisiatif warga untuk mengeksplorasi makna martabat bangsa Indonesia. Kegiatan tersebut ditandai pula dengan penyerahan buku dari penulis kepada Perwakilan Pemerintah dalam hal ini Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang diwakili oleh Tomas Tri Utama K. Acara ditutup dengan doa lintas agama, sebuah tradisi yang semakin banyak dilakukan oleh berbagai forum di Indonesia.

Untuk mengakses buku, dapat diunduh secara gratis pada tautan: https://bit.ly/BukuMartabatBangsa. ***