Bendera Raksasa di Tebing Sepinggul, Kokohnya Pemuda Menopang Merah-Putih

oleh -
Sekitar 450 warga Desa Watuagung, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur dan pemuda dari berbagai kelompok pada Peringatan Sumpah Pemuda ke-91 pada Senin (28/10/2019). (Foto: Ist)

Trenggalek, JENDELANASIONLA.ID — Sumpah Pemuda adalah peristiwa sejarah di mana peran pemuda menjadi salah satu tonggak lahirnya Indonesia. Karena pada 28 Oktober 1928, pemuda Indonesia mengikrarkan 3 (tiga) sumpah untuk persatuan dan kesatuan bangsa yang dinamakan Indonesia, yakni Bertanah air satu Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, dan berbahasa satu bahasa Indonesia. Maka wajar jika peristiwa besar itu diperingati dengan cara yang luar biasa.

Inilah yang dilakukan lebih dari 450 warga Desa Watuagung, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur dan pemuda dari berbagai kelompok pada Peringatan Sumpah Pemuda ke-91 pada Senin (28/10/2019).

Dengan mengenakan pakaian adat ratusan pemuda tersebut mengibarkan bendera Merah Putih raksasa di lereng Tebing Sepinggul, tebing tertinggi di Pulau Jawa di Desa Watuagung, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek.

“Ini merupakan bentuk sumbangsih para pemuda dari ujung Timur sampai Barat Nusantara untuk merajut persatuan dan kesatuan Indonesia,” kata Freddy Simon, pemrakarsa kegiatan melalui siaran pers.

Hadir pula dalam upacara tersebut Mayjend TNI Isaac Marcus Pattioeilohy– Staf ahli bidang Sosbud Wanttanas, H Mochamad Nur Arifin Edi Santoso –Camat Batulimo, Muliawan Margadana dari Korps Menwa Indonesia, Syamsirwan Ichien– sesepuh Mapala UI, dan Midian Sihotang dari Perhimpunan Mahasiswa Katolik Indonesia.

“Melihat pentingnya acara ini, upacara yang seharusnya dilakukan di Kodim 0806 kita pindahkan ke sini,” kata Letkol Inf. Dodik Novianto SSos, Komandan Kodim Kabupaten Trenggalek.

Kolonel Inf. Masduki menilai sangat tepat jika tebing Sepikul digunakan sebagai lokasi pengibaran bendera. Karena melambangkan kokohnya para pemuda untuk tetap menopang Merah Putih.

“Tebing Sepikul ini melambangkan bagaimana Bendera Merah Putih akan selalu ditopang dengan kokoh,” ungkapnya.

Sedangkan Isaac Marcus Pattioeilohy, staf ahli bidang Sosbud Wantannas mengatakan kegiatan tersebut merupakan penyaluran energi pemuda yang sangat positif. “Ini adalah penyaluran energi pemuda yang sangat positif untuk kehidupan berbangsa dan bernegara kita,” katanya.

 

Persiapan Singkat

Acara yang berlangsung dan melibatkan banyak pihak ini disiapkan dalam waktu kurang lebih hanya satu bulan dan dilakukan secara gotong royong dengan warga desa.

“Persiapan pendakian dilakukan jauh-jauh hari untuk mengantisipasi musim hujan yang diprediksi akan segera hadir,” kata Khairul Fuadi, Ketua Panitia.

“Selain itu, ukuran bendera kali ini 2 kali lebih besar dari yang biasa kami lakukan, jadi harus memperlebar area pengibaran, dan penambahan patok”, ungkapnya.

Bendera raksasa yang dikibarkan berukuran 30 meter x 20 meter, pitch 12, di ketinggian 430 meter dan ini merupakan rekor pengibaran bendera terbesar dan tertinggi di Indonesia.

Bendera raksasa ini dikibarkan oleh 9 tim pengibar dari PALAWA Universitas Katolik Atmajaya Yogyakarta, MAHIPA Universitas Muhammadiah Ponorogo, Federasi Pemanjat Tebing Indonesia (FPTI) Papua, mahasiswa Kalbar Palu, Sumba, Jambi, Solo, Ponorogo.

“Ini merupakan hal yang tidak kita duga, karena pada awalnya kita tidak berpikir akan bisa sebesar ini. Acara ini menunjukkan bahwa semangat persatuan dan kesatuan masih sangat besar di masyarakat kita,” kata Teddy,  perwakilan FPTI Surakarta.

Sementara Muliawan Margadana yang juga Dewan Penyantun Univ Atmajaya Yogyakarta, menilai bahwa pengibaran bendera raksasa ini berisi pesan kebangsaan.

“Pengibaran bendera raksasa dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda ke-91 ini menunjukkan semangat para pemuda di seluruh Nusantara akan tetap merawat Persatuan dan Kesatuan Bangsa, menjaga Republik ini dari segregasi,“ ujar Muliawan Margadana. (Ryman)