Beri Kuliah Umum di Almamater, Presiden Jokowi Terkenang Rambut Gondrong

oleh -
Presiden Jokowi berfoto bersama kawan seangkatan semasa kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada angkatan Tahun 1980, di Grha Sabha Pramana UGM, Yogyakarta, Selasa (19/12). (Foto:Setkab.go.id)

SLEMAN – Presiden Joko Widodo berkunjung kembali ke almamater yang telah membesarkannya. Saat mengunjungi Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai agenda pertama dalam kunjungan kerja ke enam provinsi mulai hari ini, Selasa (19/12/2017), Kepala Negara berkesempatan untuk memberikan kuliah umum di hadapan para mahasiswa dan sejumlah guru besar dalam peringatan Dies Natalis ke-68 UGM.

Kembali menjejakkan kaki di Kampus Biru membuatnya teringat kembali kenangan selama 37 tahun silam. Kenangan itulah yang pertama disampaikan di awal kuliah umum yang diselenggarakan di Grha Sabha Pramana UGM, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Sebagai mahasiswa yang berambut gondrong bercelana cutbrai, bercita-cita menjadi pegawai Perhutani. Ternyata malah menjadi Presiden Republik Indonesia,” ujarnya yang disambut riuh tepuk tangan.

Presiden mengakui bahwa pendidikan yang diberikan oleh almamaternya itu membuatnya mampu memberikan sumbangan tenaga dan pikiran untuk bangsa seperti sekarang ini.

“Pendidikan yang membuat alumninya mencintai Indonesia, yang melahirkan para pembela Pancasila, yang menancapkan jiwa kerakyatan, yang menanamkan integritas dan profesionalisme,” ucapnya.

Peran Sentral Perguruan Tinggi
Berbicara soal pendidikan, Presiden Joko Widodo mengakui bahwa perguruan tinggi akan selalu memegang peranan sentral dalam pembangunan bangsa dan negara. Meski demikian, perguruan tinggi tetap harus berbenah.

“Yang kita harus waspadai adalah tantangan zaman yang selalu berubah dan sangat dinamis,” tuturnya.

Dewasa ini, perkembangan teknologi dirasakan sedemikian cepat. Teknologi yang kita rasakan baru saja muncul secara tiba-tiba sudah bersiap untuk digantikan oleh teknologi yang lebih baru.

“Perkembangan ini tentu sangat memengaruhi tantangan bagi pendidikan tinggi. Lahirnya teknologi baru membuat beberapa jenis pekerjaan hilang. Tukang Pos yang dulu sangat penting sekarang ini tidak dikenal lagi,” ucapnya.

Tak hanya itu, perkembangan teknologi juga amat memengaruhi dunia bisnis. Di berbagai belahan dunia kita menyaksikan satu per satu industri yang tidak siap beradaptasi dengan perubahan tak sanggup berhadapan dengan industri-industri baru yang lihai memanfaatkan teknologi.

“Bahkan dunia politik dan pemerintahan juga harus menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai macam inovasi. Pemerintahan dipaksa untuk kerja cepat dan efisien,” ia menambahkan.

Hal-hal seperti inilah yang perguruan tinggi harus mampu meresponsnya. Menurut Presiden, perguruan tinggi harus mampu untuk mendidik dan menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang sangat dibutuhkan di masa mendatang serta yang sanggup membangun lapangan kerja baru bagi jutaan masyarakat.

“Yang justru sangat penting ditingkatkan jumlahnya adalah para entrepreneur, para usahawan, yang akan menghasilkan peluang kerja baru dan membangun nilai tambah,” ia menjelaskan.

Turut hadir mendampingi Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki dan Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Juga tampak, Menteri Sekretaris Negara yang juga menjabat sebagai Ketua Mejelis Wali Amanat UGM Pratikno, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Lemhannas Agus Widjojo dan Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA).