Berpulangnya Dua Imam dan Guru dengan Kualitas Terbaik

oleh -
Pastor Servulus Isaak,SDV (alm.) (Foto: saat memimpin misa.)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Kampus Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero (STFK) hari ini berduka. Dua mantan dosen yang mengabdi di kampus “Matahari Bersandar” itu, hari ini berpulang ke hadirat Tuhan yang Mahakuasa. Keduanya yaitu Pater Servulus Isaak, SVD, dosen Eksegese Perjanjian Lama dan Romo Benediktus Daghi, Pr, dosen Islamologi dan Filsafat Islam.

Berita sakitnya Pater Servulus Isaak sudah ramai beredar di WhatsApp group sejak Minggu malam. Dia dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Labuan Bajo.

Dan, pagi ini, berita duka itu benar-benar tak dapat dihadang.

Rasa duka tersebut bukan hanya meliputi mahasiswa STFK Ledalero, para alumnus, namun juga seluruh umat di Keuskupan Ruteng, Seminari Pius XII Kisol, maupun Kongregasi SVD (Societas Verbi Divini).

Pater Servulus diumumkan meninggal dunia akibat komplikasi, diabtes dan COVID-19.

“Vivat Deus Unus et Trinus in Cordobis Nostris. Kami, keluarga besar Provinsi SVD Ruteng dalam rasa duka yang mendalam menyampaikan bahwa Saudara kami: PATER SERVULUS ISAAK, SVD telah meninggal dunia di RSUD Komodo -Labuan Bajo – Manggarai Barat, pada hari ini, Senin, 01 Februari 2021, pukul 05.30 Wita,” demikian isi surat pengumuman yang ditandatangani Provinsial SVD Ruteng, Pastor Paulus Tolo yang beredar via media social, Senin pagi 1 Februari 2021.

Dalam surat itu pihak SVD menjelaskan secara singkat riwayat gangguan kesehatan yang dialami Pater Servulus sebelum meninggal.

Pastor Servulus Isaak dilarikan ke rumah sakit pada tanggal 18 Januari 2021 dengan tujuan pengobatan diabetes yang dideritanya.

Hasil pemeriksaan swab antigen pihak Rumah Sakit St. Rafel Cancar menyatakan imam katolik berusia 76 tahun ini Positif COVID-19.

“Pada tanggal 18 Januari 2021 dihantar ke RS St. Rafael Cancar untuk dirawat karena sakit diabetes. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa beliau terpapar COVID-19. Kemudian beliau dirujuk ke RSUD Komodo Labuan Bajo untuk mendapat perawatan lebih lanjut,” tulis Pater Paulus.

Setelah bergulat dengan diabetes dan COVID-19, imam senior yang ditahbiskan menjadi pastor pada tahun 1974 ini akhirnya menyerah.

Salah seorang rekan pastor dan mantan Ketua SFTK Ledalero, P. Philipus Tule, SVD mengatakan, komitmen misioner selama hidupnya (Pater Servulus Isaak, alm.) di lembaga Pendidikan Tinggi SVD (di STFK Ledalero dan STKIP St Paulus Ruteng) dan sebagai Pimpinan Provinsi Ruteng membuka hati dan budi para muridnya untuk belajar senantiasa apa artinya mengabdi sebagai Imam SVD dalam kesetiaan pada Tri-Kaul Suci dan kesederhanaan hidup.

“Dia selalu bersikap suportif terhadap konfrater muda dan mendampingi selalu. Hal itu telah kita alami pengabdiannya sejak sebagai Frater TOPER di Seminari Menengah Todabelu Mataloko, sebagai Dosen dan Rekan Dosen di STFK Ledalero, sebagai Ketua STFK Ledalero, sebagai Dosen dan Ketua STKIP Ruteng dan sebagai Provinsial SVD Ruteng,” ujarnya.

 

Imam dan Guru

Sebelum lepas tengah hari, di hari yang sama (1/2/21), STFK Ledalero kembali menerima berita duka. Kali ini, umat Katolik se-Keuskupan Agung Ende (KAE) terhenyak. Romo Bene Daghi meninggal di Rumah Sakit di Bajawa, Nusa Tenggara Timur.

Romo Bene, demikian dia biasa disapa, juga meniggalkan murid-murid yang dicintainya di Seminari Menengah Todabelu, Mataloko. Sebelumnya, Romo Bene, merupakan Praeses Seminari Tinggi Ritapet, sebuah lembaga pendidikan calon imam projo atau diosesan.

Menurut Romo Idrus, Jumat malam beliau merasa lemah dan tak sadarkan diri. Pada hari itu juga ia dihantar ke RS Bajawa dan dalam rencana diteruskan ke Labuan Bajo. Namun pada Hari Sabtu ia mendapat test antigen dan ternyata reaktif dan positif covid.  “Beliau sebenarnya memiliki penyakit bawaan juga. Mantan Preses Seminari Tinggi Ritapiret dan dosen Islamologi STFK Ledalero ini akhirnya meninggal tadi dalam damai Tuhan,” ujarnya.

Salah seorang alumnus Seminari Tinggi Ritapiret, Agusinus Tetiro mengungkapnya bahwa keduanya, Pastor Servulus dan Pastor Bene, adalah imam Katolik dan dosen yang baik. Keduanya pernah mengajar di almamater STFK Ledalero.

“Pertemuan pertama saya dengan kedua orang baik ini terjadi pada awal 2005. Pater Servulus baru pulang dari Aceh. Pembina saya di TOR Lela, Romo Egys Rada Masri, mengundang Pater Servulus untuk sharing pengalaman imannya selama tsunami Aceh 26 Desember 2004. Pater Servulus bercerita dengan sungguh-sungguh pengalamannya yang sangat eksistensial dan spiritual itu. Mungkin karena Pater tahu bagaimana bercerita kepada anak-anak muda yang sedang menjalani tahun orientasi rohani,” ujar Gusti, sapaannya.

“Dari situ, saya tahu betul bahwa Pater Servulus adalah guru sejati. Guru dalam arti pembicaraannya menarik. Mereka yang mendengarnya terpukau. Pater tahu menempatkan segmen pendengarnya. Ini semakin diperkuat ketika pengalaman yang sama Pater Servulus bagikan kepada umat di Gereja Lela dalam sebuah khotbah. Gaya bahasa dan pilihan katanya diubah sesuai pendengar,” lanjutnya.

Bagi Gusti, yang kini bekerja pada salah satu stasiun televisi swasta itu, sosok Pater Servulus semakin menarik setelah beberapa kali bertemu. Lalu, beberapa kali membaca tulisannya tentang eksegese Kitab Suci dan pastoral Kitab Suci untuk berbagai kelompok kategorial.

Gusti mengatakan, hal yang menarik lainnya adalah cerita para senior di kampus tentang betapa demokratisnya Pater Servulus: suka mendengarkan, suka membantu dan memotivasi muridnya untuk giat dalam studi dan bersikap kritis pada setiap kebijakan.

Sementara itu, pada 2004-2005, Romo Bene mengajar mereka tentang Budi Pekerti. “Ini penting karena saya dan teman-teman sedang menerima status sosial baru sebagai frater. Romo Bene tidak bicara banyak hal. Ia sharing saja menjadi imam yang baik, sekurang-kurangnya dari pengalamannya sendiri,” ujarnya.

Saat itu, Romo Bene sedang mempersiapkan mutasinya setelah menjadi Praeses Seminari Tinggi Ritapiret. Gusti memiliki kesan bahwa Romo Bene adalah orang pintar dan rendah hati. Pengetahuan umumnya sangat luas. Beliau juga menguasai beberapa bahasa asing secara fasih.

Sebelum pindah ke Seminari Mataloko, rutinitas Romo Bene di Ritapiret berkisar pada menanam bunga, olahraga tenis meja dan sesekali ajak para frater ngobrol. Obrolannya juga mencakup tema yang sangat luas: mulai dari kuliah hingga keterampilan menanam bunga dan berkebun.

Baginya, kepergian Pater Servulus dan Romo Bene menyisahkan kesedihan. “Imam dan guru yang baik adalah kualitas yang tak terbantahkan dari keduanya. Selama hidup, Romo Bene selalu baik. Begitu juga Pater Servulus, yang selalu akrab dengan orang muda dalam formasi, senantiasa menghidupi arti namanya sebagai servus servulus Dei, hamba muda kepunyaan Tuhan”.

“Dua imam ini meninggalkan legacy besar bagi pendidikan kita. Selamat Jalan Kedua Imam Tuhan. RIP,” tulisnya.

Menambah Daftar Panjang

Sementara itu, ucapan dukacita juga muncul dari tanah misi Paraquay, Amerika Latin. Pater Paulus Paskalis Semaun, SVD yang juga mantan muridnya di STFK Ledalero mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya mantan Dosen Kitab Suci itu.

Pater Paskalis meminta doa untuk keselamatan jiwa almarhum juga agar Tuhan memberikan ketabahan kepada keluarga yang ditinggalkan.

“RIP Pater Servulus Isak, SVD. Meninggal karena Covid-19 di Labuan Bajo, tadi, Senin (1/2) pagi. Mantan Dosen Kitab Suci dan Ketua STFK Ledalero, Mantan Provincial SVD Ruteng. Mohon selipkan doa untuk keselamatan jiwa Beliau dan keluarga yg ditinggalkan,” tulis Pater Paskalis, Senin (1/2) pagi dari Paraquay, Amerika Latin.

Meninggalnya Pater Servulius Isak, SVD menambah panjang anggota Konggregasi tersebut yang meninggal akibat Covid-19 di seluruh dunia. Menurut Pater Paskalis Semaun, SVD, Pater Servulus menjadi anggota SVD ke-30 di seluruh dunia yang meninggal akibat Covid.

“Sudah 30 orang SVD sejagat yang meninggal akibat Covid-19,” tulis Pater Paskalis.

“Pater Servulus, terima kasih atas pengabdian dan pelayananmu. Selamat jalan ke rumah Bapa dan doakan kami semua,” ucap Pastor Paulus Tolo.

Kedua imam dan guru tersebut langsung dimakamkan hari ini. Pater Servulus dimakamkan di pemakaman SVD Ruteng di Novisiat Kuwu, sedangkan Romo Bene dimakamkan di Bajawa. Selamat jalan imam dan guru terbaik. (Ryman)