Butuh Gerakan Nasional untuk Persempit Gerak Kelompok Intoleran dan Radikal

oleh -
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo. (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID – Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang diperingati setiap 20 Mei, merupakan momentum lahirnya pergerakan nasional yang dijiawai oleh semangat nasionalisme.

Hari Kebangkitan Nasional menjadi momentum tepat untuk membuat gerakan melawan paham intoleransi, ekstremisme dan radikalisme yang telah menjadi ancaman terhadap keutuhan bangsa.

“Pentingya kesadaran bersama untuk membentuk gerakan nasional yang dapat mematahkan segala bentuk ideologi anti-Pancasila, termasuk sikap serta ujaran kebencian, agar jangan mendapatkan tempat di ruang publik,” ujar Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo di Jakarta, Kamis (19/5/2022).

Bukan tanpa sebab, hal tersebut dikatakannya, merupakan respon atas maraknya ancaman paham intoleransi, ekstremisme dan radikalisme yang kerap kali berusaha menggoyahkan Pancasila sebagai ideologi bangsa yang luhur. Menurutnya dibutuhkan gerakan nasional guna mempersempit gerak kelompok intoleran, ekstrem dan radikal agar tidak berkembang lebih jauh.

“Kita harus punya sikap politik yang sama bahwa radikalisme, intoleransi, fanataisme, dan terorisme merupakan musuh kita bersama, karena menghancurkan martabat kemanusiaan, dan mengingkari Pancasila. Jadi dengan mempersempit ruang gerak mereka,” ujar pria yang akrab disapa Romo Benny ini seperti dikutip dari siaran pers Pusat Media Damai (PMD) BNPT.

Pasalnya, dengan sikap politik yang sama maka masyarakat akan cenderung tidak merespon serta tidak mengikuti segala bentuk kampanye maupun tawaran dari kelompok radikal. Namun, justru masyarakat akan cenderung secara aktif mengkampanyekan kehidupan yang aman, damai dan toleran sebagaimana agama menjadi rahmat bangsa-bangsa.

“Sehingga paham-paham itu akan hilang dengan sendirinya jika masyarakat tidak merespon dan mengucilkan mereka,” kata Romo Benny.

Ia melanjutkan, upaya untuk menutup ruang gerak kelompok radikal bukanlah pekerjaan mudah. Benny menilai saat ini generasi muda Indonesia sangat mudah diambil simpati melalui narasi dan kampanye pemutar balik fakta. Dan itu sangat mudah ditemui di setiap sudut dunia maya.

“Mereka (kelompok radikal) membuat kampanye publik untuk kemudian menarik simpati kaum muda yang memang tidak memiliki budaya kritis dan masih labil. Dan narasi mereka lebih banyak di dunia maya sehingga diyakini sebagai kebenaran,” jelasnya.

Namun ia juga menyampaikan optimismenya dalam menjadikan peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini sebagai momen bangkit untuk melawan radikalisme, intoleransi dan terorisme.

Pertama, katanya, dilakukan dengan mengkampanyekan budaya damai, toleransi dan keberagaman.

“Saya optimis, tetapi tetap harus diimbangi dengan secara aktif mengkampanyekan budaya damai, toleransi dan keberagaman. Maka konten di media juga harus banyak menampilkan hal itu. Harus banyak ditampilkan di ruang publik,” tegas Romo Benny.

Kedua, lanjutnya, perlu mendorong kebijakan negara yang selalu mengedepankan budaya toleran, persaudaraan melalui Pendidikan Pancasila sebagai penanaman karakter kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ketiga, dari sisi masyarakat bisa banyak menginisiatif gerakan seperti gotong royong, yang membangun ikatan persaudaraan sehingga terbangun relasi silaturahmi yang tidak membedakan etnis, suku, ras, agama.

“Jadi merajut ke-Indonesiaan itu lewat perjumpaan yang semakin diaktifkan,” tuturnya.

Tidak hanya itu, Romo Benny juga menilai pentingnya peran dari para tokoh agama dan tokoh masyarakat sebagai ujung tombak kehidupan bermasyarakat dan bernegara, melalui penyampaian narasi yang bukan hanya benar namun juga menyejukkan, narasi kemajemukan, beragama, serta membawa muatan nilai cinta tanah air yang merupakan sebagian dari iman. Dengan begitu, akan terbangun energi positif yaitu munculnya kekuatan masyarakat untuk bersatu mewujudkan kesejahteraan.

Ia berpesan kepada segenap masyarakat untuk dapat terus membangun kesadaran sebagai bangsa yang besar dan penuh keberagaman serta memahami pentingnya menjaga persatuan, kesatuan dan jiwa solidaritas.

“Kita maknai kembali Hari Kebangkitan Nasional guna memahami pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan serta membangun kesadaran sebagai bangsa yang besar, bangsa yang juga memiliki jiwa patriotisme dan  jiwa solidiritas untuk mencapai kesejahteraan,” tandas Romo Benny. ***