Diaspora Milan Inisiasi Gerakan Cinta NKRI

oleh -
Narasumber Diskusi Kebangsaan Di Milan (ki -ka): Wasekjen Partai Nasdem Hermawi Taslim, Maria Ardianingtyas (Moderator) dan Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) AM Putut Prabantoro, yang juga Alumnus Lemhannas PPSA XXI, Milan, Italia, Rabu (29 / 05 / 2019 atau Kamis dini hari di Indonesia. (Foto: ist)

Milan, JENDELANASIONAL.ID –Diaspora Milan yakni masyarakat Indonesia di Luar Negeri yang tinggal  di Milan, Italia, menginisiasi Gerakan Cinta NKRI. Gerakan ini bertujuan mendorong masyarakat diaspora untuk secara aktif  memperhatikan dan sekaligus terlibat  dalam penguatan ikatan NKRI yang berlandaskan Pancasila di dalam negeri.

NKRI yang berlandaskan Pancasila dalam spirit Bhinneka Tunggal Ika dan yang terwujud dalam UUD NRI 1945 harus diyakini sebagai warisan yang tak ternilai bagi bangsa Indonesia terutama bagi generasi sekarang dan generasi-generasi mendatang. Hanya dengan memegang teguh Pancasila yang berBhinneka Tunggal Ika, NKRI akan terus ada.

Inisiasi Gerakan  cinta tanah air  dalam diaspora ini merupakan kesimpulan yang tumbuh dalam diskusi kebangsaan di Cafe A Tavola Milan, Rabu malam (29/05/2019) atau Kamis dini hari di Indonesia. Diskusi tersebut dihadiri oleh Wasekjen Partai Nasdem, Hermawi Taslim dan Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa), AM Putut Prabantoro, yang juga Alumnus Lemhannas RI – PPSA XXI dan dipandu oleh Maria Ardianingtyas.

Menurut Hermawi Taslim, bangsa Indonesia dimanapun berada mempunyai hubungan batin yang erat dengan tanah airnya. Masyarakat diaspora mempunyai kewajiban menjaga Pancasila agar terus hidup dan tidak diganti oleh nilai-nilai lain yang berasal dari luar negeri, apalagi yang bertentangan dengan Pancasila.

“Pilpres adalah bagian dan tahapan yg harus dilewati dalam demokrasi. Namun jika pilpres membuat yang dekat jadi jauh, ada konflik karena ada perbedaan pilihan politik, adalah tanggung jawab kita bersama untuk memulihkannya. Biarlah MK menangani sengketa hasil pemilu itu dan aparat penegak hukum menyelesaikan dugaan pelanggaran hukum lainnya,” ujar Hermawi, yang juga Ketua Umum Forkoma PMKRI (Forum Komunikasi Alumni PMKRI).

Hermawi menambahkan, kita tidak perlu menambah persoalan, misalnya dengan ikut-ikutan mengadukan orang lain yang diduga melakukan pelanggaran hukum terkait pemilu. “Kita bangun kembali persaudaraan serta persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa. WNI di luar negeri bisa melakukan penguatan terus terhadap NKRI, baik melalui kehidupan sehari-hari maupun cara lain,” ujarnya.

Hermawi Taslim menegaskan, pentingnya masing-masing  masyarakat diaspora juga menjalankan fungsi diplomasi bagi negara dan bangsa. Dan sebaliknya para pejabat terkait perlu memberi perhatian lebih kepada masyarakat diaspora.

Diskusi Kebangsaan Di Milan, Italia, Rabu ( 29/05/2019) atau Kamis dini hsri di Indonesia. Sebagian peserta diskusi berfoto bersama. (Foto: Ist)

Sementara Putut Prabantoro menegaskan bahwa kekuatan Indonesia terletak pada Sila Ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia. Jika bangsa lain ingin menguasai Indonesia, persatuan Indonesia yang harus dihancurkan terlebih dulu. Dan, bangsa Indonesia  dapat melihat pilpres 2019 berdampak pada Sila Ketiga tersebut. Oleh karena itu, adalah tanggung jawab bangsa Jndonesia termasuk masyarakat diaspora Indonesia untuk menginisiasi Cinta Tanah Air.

“Oleh Pancasila, kita sudah diajari pola komunikasi yang harusnya terjadi dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hikmat Kebijaksanaan dalam Sila Keempat sebenarnya merupakan pola komunikasi yang harusnya terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini dilatarbelakangi oleh manjemuknya bangsa Indonesia, ” ujar Putut Prabantoro, yang juga Ketua Presidium ISKA (Ikatan Sarjana Katolik Indonesia) Bidang Komunikasi Politik.

Ditambahkan lebih lanjut oleh Putut Prabantoro, kesalahan dalam komunikasi  yang tidak sesuai dengan Sila Keempat adalah memunculkan politik identitas, yang berlatarbelakang pada pilihan politik, kepentingan pribadi,  kepentingan kelompok, akan melemahkan dan bukan tidak mungkin memghancurkan sila ketiga.

Oleh karena itu Forum Diaspora Milan yang antara lain dihadiri oleh Ketut Niken Aprilia (Konsultan Bisnis) Rieska Wulandari (wartawan), Janet Lim (Ketua PPI Milan) dan Mohammad Rumi Djalil (Pengusaha) mengusulkan, masyarakat diaspora Indonesia,  mengambil peran aktif untuk memperkuat ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Caranya adalah terus menerus dan tanpa mengenal lelah menyuarakan toleransi dan keberagama, gotong royong, Indonesia yang indah dan masyarakatnya yang ramah.

Sementara itu Tatik Mulyani dan Yuth Marzuki, WNI yang sudah lebih dari 20 tahun tinggal di Italia, mengungkapkan, tidak mudah untuk mempertahankan kecintaan kepada Indonesia, khususnya kepada anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan campur, berbeda bangsa. Apalagi, tak ada kepastian masa depan yang lebih baik di Indonesia, sementara di negara lain mereka mendapatkan jaminan sosial yang lebih baik dan nyata. Tak sedikit anak-anak hasil perkawinan berbeda bangsa itu tak memilih jadi WNI.

Walaupun bukan WNI, atau disebut setengah warga Indonesia, papar Tatik, mereka tetap mencintai Indonesia. “Bahkan, tidak sedikit yang tetap mengabarkan keindahan Indonesia, tidak hanya kekayaan alamnya, tetapi juga relasi antarwarga Indonesia. Lebih baik setengah Indonesia, tetapi tetap ikut menjaga persatuan dan kesatuan, menjaga NKRI,” ujarnya. (Ryman)