Doa Sang Ayah Agar Ignasius Jonan Jadi Pastor

oleh -
Menteri ESDM Ignasius Jonan. (Foto: Antara)

Maumere, JENDELANASIONAL.ID — Nama Ignasius Jonan mulai melesat ketika menjadi Direkur Utama PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). Setelah itu, tamatan S-1 Akuntansi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR, itu menduduki jabatan sebagai Menteri Perhubungan di era Presiden Joko Widodo pada 27 Oktober 2014. Namun, namanya sempat menghilang ketika Presiden Jokowi melakukan reshuffle dan digantikan oleh Budi Karya Sumadi pada 27 Juli 2016.

Tetapi namanya kembali bersinar ketika Presiden Jokowi kembali mendapuk tamatan Fletcher School, Universitas Tufts, Amerika Serikat itu menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Namun, tahukah Anda apa keiginan orang tua Jonan, khususnya sang Ayah, terhadap anaknya itu?

Keinginan sang ayah itu diungkapkan Jonan saat memberikan kuliah umum di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, Maumere, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (23/3).

Kuliah umum dengan tema “Energi Berkeadilan untuk Rakyat” itu dalam rangka menyambut 50 tahun STFK Ledalero September mendatang.

Sebelum memaparkan materi kuliah, Jonan mengisahkan keinginan ayahnya, Jusuf Jonan, agar dirinya menjadi pastor.

Jonan, anak sulung dari lima bersaudara, lahir di Singapura, 21 Juni 1963. Ia melewati saat kecil sampai umur 10 tahun di Singapura, setelah itu pindah ke Surabaya.

“Menurut cerita ibu sejak saya lahir dan bahkan sampai saya besar, ayah rajin misa pagi kecuali beliau dinas luar. Setiap pagi ayah berdoa,” kata Jonan seperti dikutip Mediaindonesia.

Ternyata Jonan penasaran dan ingin mengetahui mengapa ayahnya rajin mengikuti misa setiap pagi. “Saya tanya, kok ayah rajin misa tiap pagi? Ayah saya tidak beri tahu. Saya tidak tahu beliau doa minta apa,” ujarnya.

Setelah lulus dari SMA Katolik St Louis 1 Surabaya pada 1982, sang ayah bertanya kepada Jonan apakah dirinya mau masuk seminari, sekolah pendidikan calon pastor. Permintaan sang ayah ditolaknya mentah-mentah, ia tidak mau menjadi pastor.

“Saat saya nikah, ayah saya katanya menyesal sekali. Ayah menyampaikan bahwa seumur hidupnya, ia berdoa agar saya bisa masuk seminari. Jadi, mudah-mudahan adik-adik yang sekolah di seminari ini banyak yang tidak gagal ya. Kalau gagal nanti jadi seperti saya ini,” ujarnya disambut tepuk tangan peserta kuliah yang pada umumnya pastor dan calon pastor.

Meski tidak menjadi pastor, sang ayah tetap menyatakan rasa bangganya kepada Jonan saat ia ditugasi mengurus kereta api. Sang ayah bangga Jonan melayani banyak orang. “Iya, walau saya tidak jadi imam paling tidak saya bisa melayani banyak orang,” ujarnya.

Jonan baru bertama kali menginjakkan kakinya di STFK Ledalero. Akan tetapi, nama Ledalero sudah dikenalnya ketika masih muda, sekitar 30 tahun lalu. Ia mendengar nama Ledalero dari almarhum Uskup Donatus Djagom (Uskup Agung Ende) saat ke Surabaya.

“Saya  selalu melayani Uskup Donatus ketika beliau ke Surabaya, saya setir sendiri mobil ke mana-mana,” katanya.

Kuliah umum Jonan dilanjutkan dengan pemutaran video dengan durasi 6 menit tentang kinerja pemerintah di Bidang Energi dan Pertambangan selama 4 tahun terakhir. Usai pemutaran video tersebut, dilanjutkan dengan dialog.

Sejumlah pastor bertanya soal sumber daya alam dikaitkan dengan Pasal 33 UUD 1945 dikaitkan dengan ekonomi kaum kiri, ekonomi kaum kanan, dan kaum tengah.

“Begini sudah kalau imam Katolik, semuanya pada barisan kiri atau sosialis. Kalau tengah pun tengah ke kiri. Ini bisa debat panjang,” kata Jonan sambil berharap para pastor tidak hanya belajar filsafat dan teologi, tapi juga belajar teknologi.

Seorang peserta bertanya soal kunjungan Jonan apakah terkait pemilu. “Saya ini bukan orang politik, jadi saya gak ngerti politik. Kita tidak boleh termakan hasutan media sosial. Saya cuma minta satu, saudara-saudara yang seiman dengan saya tidak boleh golput. Terserah mau pilih yang mana, asalkan jangan golput. Sekali lagi saya minta tidak boleh golput. Bapa Uskup juga nanti coblos. Jangan golput ya,” pintanya.

Ada dua uskup yang menyambut Jonan di Ledalero, yaitu Uskup Emeritus Mgr Gerulfus Kheurubim Pareira dan Uskup Maumere Mgr Edwaldus Martinus Sedu. (Ryman)