Fajroel Rachman: Berantas Radikalisme-Terorisme Harus Mulai dari Hulu

oleh -
Seminar Nasional bertajuk “Bebersih BUMN dari Radikalisme dan Korupsi, Benahi BUMDES Menjadi Perusahaan Big Data Centre Desa”, di Gedung Joeang, Jakarta Pusat, Senin (12/8). (Foto: ist)

Jakarta, JENDELASIONAL.ID — Pemberantasan paham radikalisme dan terorisme di negara ini tidak bisa dilakukan secara setengah-setengah. Hal itu harus dilakukan mulai dari hulu sampai hilir.

“Untuk membubarkan paham radikalisme dan terorisme di negara ini harus dimulai dari hulu sampai hilir, yaitu mulai dengan amandemen kelima UUD 1945 yang menyatakan bahwa Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum,” ujar Fajroel Rachman dalam Seminar Nasional bertajuk “Bebersih BUMN dari Radikalisme dan Korupsi, Benahi BUMDES Menjadi Perusahaan Big Data Centre Desa”, di Gedung Joeang, Jakarta Pusat, Senin (12/8).

Fajroel mencontohkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) walau telah dibubarkan oleh pemerintah namun dengan gampang mengganti organisasi itu dengan nama lain. Di Institut Teknologi Bandung (ITB), misalnya, HTI dengan mudah berubah menjadi “Islamic Studies Forum”.

Karena itu, untuk membubarkan HTI, katanya, harus dimulai dari hulu. “Mestinya pembubaran HTI tidak hanya masuk dalam UU Ormas, tetapi harus masuk di dalam TAP MPR dan kemudian di bawahnya lagi yaitu UU,” ujarnya.

Menurut Komisaris Utama PT Adhi Karya ini, dalam lingkungan BUMN, paham intoleransi dan khilafah sudah sangat mengkuatirkan. Dia mencotohkan di lingkungan BUMN, hal yang harus menjadi perhatian dalam pekerjaan yaitu selalu mengutamakan keselamatan kerja atau K3. Namun betapa terkejutnya dia karena di salah satu pengumuman dituliskan “Utamakan Sholat dan Keselamatan Kerja”. “Padahal, yang bekerja di situ bukan hanya satu agama saja, tetapi dari berbagai agama,” ujarnya.

Melihat semua fenomena itu, Fajroel mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo harus memimpin perang melawan radikalisme, intoleransi, khilafah dan terorisme. “Pak Jokowi harus menjadi panglima perang dalam menghadapi terorisme dari hulu sampai ke hilir,” ujarnya.

Sementara itu, RAIS Syuriyah PBNU, KH. Ahmad Ishomuddin mengatakan bahwa langkah Jokowi membubarkan HTI sebagai organisasi politik pan-Islamis merupakan sebuah langkah yang tepat.

“Langkah yang diambil Jokowi membubarkan HTI itu sudah tepat,” ujarnya.

Ahmad menambahkan, HTI merupakan organisasi politik pan-Islamis, yang menganggap “ideologinya sebagai ideologi Islam”, yang bertujuan membentuk “Khilafah Islam” atau negara Islam.

Mereka jelas-jelas ingin menggantikan ideologi bangsa Indonesia, Pancasila dengan ideologi mereka. Maka dari itu, menurut Ishomuddin, seharusnya tidak hanya HTI yang dibubarkan tapi juga Itjima Ulama.

Ishomuddin menjelaskan, para penyelenggaranya itjima ulama pantas ditangkap lantaran mereka sudah jelas-jelas tidak punya memiliki kecintaan pada NKRI dan bahkan ingin membubarkannya.

“Maka dari itu, jika saya presiden, bukan hanya HTI yang saya bubarkan, saya bahkan akan tangkap mereka yang melakukan Itjima Ulama,” ujarnya.