FKUB Diminta Jaga Netralitas Demi Kerukunan Bangsa

oleh -
Workshop Nasional Kerukunan Umat Beragama dengan tema "Penguatan Peran Pemda dan FKUB Terhadap Kehidupan Beragama Sebagai Wadah NKRI Serta Peningkatan Wawasan Multikultural Penyangga Kerukunan" yang dilaksanakan oleh Yayasan Generasi Muda Madani Indonesia (YGMI) pada Rabu (22/06/2022) di Luminor Hotel, Jakarta. (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) diminta untuk solid dan bijaksana dalam upaya menjaga kerukunan bangsa Indonesia.

Hal itu diungkapkan dalam Workshop Nasional Kerukunan Umat Beragama dengan tema “Penguatan Peran Pemda dan FKUB Terhadap Kehidupan Beragama Sebagai Wadah NKRI Serta Peningkatan Wawasan Multikultural Penyangga Kerukunan” yang dilaksanakan oleh Yayasan Generasi Muda Madani Indonesia (YGMI) pada Rabu (22/06/2022) di Luminor Hotel, Jakarta.

Acara tersebut diikuti oleh peserta yang berjumlah kurang lebih 15 orang yaitu berasal dari FKUB Karo, Bangka Barat, Nias, Nias Utara, Aru, Banggai, Tojo Una-Una, dan Raja Ampat, serta juga Wakil Wali Kota Kupang, Hermanus Man.

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo dalam paparannya berjudul “Peran FKUB dalam Upaya Habituasi Pancasila dan Merawat Kemajemukan”, mengingatkan bahwa habituasi Pancasila sudah dimiliki Indonesia.

“Indonesia hebat karena habituasi Pancasila sudah di dalam darah daging masyarakatnya sendiri. Maka orang-orangnya tidak eksklusif, terbuka terhadap segala tradisi dan ragam budaya, multikultur, dan terdiri dari berbagai macam etnis budaya, dan kita semua menyatu,” ujarnya.

Benny menyebutkan bahwa Soekarno menggali Pancasila dari masyarakat Indonesia.

“Nilai Pancasila ditemukan Soekarno di pembuangannya di Ende. Bagaimana dia berdialog dengan para pastor, dan di Bengkulu, bagaimana dia berdialog dengan tokoh-tokoh Islam terkenal. Soekarno belajar dan menemukan Pancasila yang memang lahir dari Indonesia sendiri,” tuturnya.

Pengamat komunikasi politik tersebut memaparkan juga mengenai tantangan dalam menjaga kerukunan umat beragama saat ini.

“Era digital membuat manusia terasing dan kehilangan daya kritis dan nalar. Manusia dikendalikan teknologi. Masyarakat belajar semua hal dari internet, sehingga menguat rasa eklusivitas. Ini mencederai nilai inklusivitas bangsa Indonesia yang sudah diwariskan,” jelasnya.

Terhadap FKUB, Benny berpesan agar para anggotanya terus menjalankan nilai-nilai Pancasila.

“Nilai Ketuhanan yang kemudian menjadi dasar nilai-nilai kemanusiaan itulah yang perlu dihidupi oleh FKUB. Utamakan nilai ketuhanan dalam mengambil keputusan, maka akan tercipta pengakuan terhadap semua umat beragama di Indonesia, dan tercipta suasana persatuan karena pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat,” ujarnya.

Benny mencontohkan dalam persiapan pemilihan umum untuk tahun 2024, FKUB dapat bekerja sama dengan KPU dan Bawaslu untuk melakukan sosialisasi agar politik identitas tidak berlaku.

“FKUB bisa mengajak Kesbangpol, untuk sosialisasi pendidikan politik kepada masyarakat. FKUB harus aktif untuk menyelenggarakan hal seperti ini,” katanya.

Dalam penutup paparannya, Benny menyerukan agar anggota FKUB menjadi negarawan agar dapat menjalankan kekuatan menjaga kerukunan bangsa Indonesia.

“FKUB harus menjadi negarawan, tidak hanya memikirkan agamanya sendiri, tetapi harus juga memiliki wawasan kebangsaan. FKUB tidak melaksanakan politik praktis, tetapi menjaga netralitas dan menjalankan pendidikan politik kepada masyarakat,” tutupnya. ***