Forkoma PMKRI Diharapkan Jadi Tulang Punggung Terwujudnya Bela Rasa Di Masa Pandemi

oleh -
Ketua Umum Forum Komunikasi Alumni Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (FORKOMA PMKRI), Hermawi F. Taslim (kanan) bersama Ketua Forkoma PMKRI Komda Nusa Tenggara Timur yang baru yakni Aloysius Min. (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Ketua Umum Forum Komunikasi Alumni Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (FORKOMA PMKRI), Hermawi F. Taslim kembali menegaskan kepada pengurus seluruh Indonesia untuk terus memegang teguh tiga nilai luhur yang menjadi semboyan organisasi tersebut.

Tiga nilai luhur tersebut yaitu Kristianitas (Jiwa Kristiani), Intelektualitas (Akal Budi) dan Fraternitas (Persaudaraan) harus senantiasa menjiwai gerak langkah Forkoma PMKRI di manapun berada terutama dalam masa-masa sulit seperti  sekarang ini.

Dalam konteks tersebut, Forkoma PMKRI diharapkan menjadi tulang punggung bagi terwujudnya bela rasa di daerahnya masing-masing tanpa memandang latar belakang masyarakat yang dilayani.

Penegasan Hermawi Taslim itu diungkapkan di Jakarta, Senin (28/06/2021), sebagai sambutan terkait terpilihnya Ketua Forkoma PMKRI Komda Nusa Tenggara Timur yang baru yakni Aloysius Min, untuk masa bakti selama tiga tahun dari tahun 2021 – 2024. Pemilihan Ketua Forkoma PMKRI Komda NTT berlangsung pada akhir pekan lalu (25-26 Juni 2021) di Hotel Naka, Kupang, NTT. Hadir dalam pemilihan itu 16 perwakilan dari 22 Kabupaten / Kota se-NTT .

Bagi Hermawi Taslim, organisasi apapun bentuknya harus melihat Indonesia dengan menggunakan teropong jauh. Yang dibutuhkan dalam masa sulit ini adalah keteladanan dan gerak nyata bagi para kader dari setiap organisasi khususnya Forkoma PMKRI.

“Kesolidan sebuah organisasi bukan terletak pada tidak adanya perbedaan pendapat secara internal, tetapi terlebih dinilai dari sepak terjang dalam gerak nyata. Forkoma PMKRI di manapun berada harus menjadi motor bagi terwujudnya bela rasa atau kepedulian, keadilan dan juga integritas di mana harus terbukti antara perkataan dan perbuatan,” ujar pria asal Nias ini.

Taslim mengingatkan kepada seluruh anggota terkait dengan peribahasa Latin, “Aegroto dum anima est, spes est”  atau “selama seseorang yang sakit masih memiliki semangat, maka masih ada harapan”.

“Karena Forkoma PMKRI tidak sakit, maka organisasi ini harus mampu memberi harapan lebih kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan, dukungan dan uluran tangan. Sebuah organisasi menjadi bernilai ketika bisa berbuat nyata, dan tidak hanya berwacana, bagi masyarakat sekitarnya,” tegas pria yang beberapa kali menjadi wakil dalam event di Vatikan itu.

Pernyataan ini digarisbawahi oleh Taslim karena rasa prihatinnya menyaksikan banyak masyarakat yang menderita akibat dari pandemi Covid-19 yang tidak kunjung usai. Oleh karena itu,  melalui tiga nilai luhur itu, ia meminta seluruh pengurus untuk mendukung kerja pemerintah dan pemerintah setempat dalam mengatasi pandemi Covid-19 ini yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.

Sementara itu, Aloysius Min menegaskan bahwa dirinya beserta rekan-rekan pengurus Forkoma lainnya siap melaksanakan amanat Ketua Umum Forkoma PMKRI tersebut. Dia mengingatkan anggota Forkoma PMKRI di NTT untuk benar-benar memperhatikan masyarakat terutama di daerah pelosok yang sangat terdampak secara ekonomi oleh pandemi Covid-19.

“Saya menyadari bahwa pada masa sulit ini, kepengurusan Forkoma NTT yang baru ditantang untuk melaksanakan tiga nilai luhur terutama fraternitas – persaudaraan. Saya memaknai saudara itu sebagai satu udara atau satu kehidupan yang dihirup bersama-sama. Yang diperlukan sekarang ini adalah, terwujudnya persaudaraan  dalam kerja nyata agar kita dapat meringankan beban saudara kita yang kurang beruntung. Kami akan memulai dari yang kecil dan sederhana untuk mewujudkannya. Artinya, dalam mewujudkan nilai persaudaraan itu, kita hilangkan perbedaan profesi, warna politik, asal daerah ataupun marga,” ujarnya. (Ryman)