Hadapi Persaingan Global, PMKRI Papua Diminta Bangun Kualitas Melalui Pendidikan

oleh -
Ketua Umum Forum Komunikasi Alumni PMKRI (Forkoma) PMKRI, Hermawi Taslim dan advokat senior DR.Roy Rening dalam acara Pembekalan para anggota muda PMKRI St. Efrem, di aula Margasiswa, Kamkey, Jayapura, Jumat (09/12/2022). (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID – Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) harus menjadi penentu arah dan masa depan Papua. Pasalnya, dengan berkurangnya kekayaan alam dan mineral di Papua, maka kompetisi sumberdaya manusia di tingkat nasional dan global menjadi hal yang harus dihadapi.

Dalam perubahan global yang terjadi pada semua sedimensi kehidupan terebut, tidak ada urusan untuk  meminta belakasihan orang. Setiap orang dituntut untuk menjadi pemenang dalam kualitas kecerdasan dan keahlian masing-masing.

Oleh karena itu, PMKRI, khususnya PMKRI St. Efrem, Jayapura harus mempersiapkan para anggotanya untuk menjadi pribadi berkualitas sesuai dengan tuntutan dunia kerja global. Paradigma dan cara berpikir anggota PMKRI dalam melihat dunia luar juga harus diubah.

Perubahan memang terus akan berjalan. Tetapi yang penting dilihat adalah seberapa cepat para mahasiswa Papua bisa menjawab perubahan tersebut.

Demikian kesimpulan dalam pembekalan para anggota muda PMKRI St. Efrem, di aula Margasiswa, Kamkey, Jayapura, Jumat (09/12/2022). Hadir dalam pembekalan yang diikuti 87 anggota itu antara lain Ketua Umum Forum Komunikasi Alumni PMKRI (Forkoma) PMKRI, Hermawi Taslim dan advokat senior DR.Roy Rening.

Hermawi menekankan bahwa pendidikan merupakan jalan satu-satunya jalan untuk meningkatkan kualitas seseorang. Standarisasi dan sertifikasi dalam pendidikan merupakan hal yang dituntut oleh masyarakat sebelum syarat-syarat keahlian lain diminta.

“Kalau bisa pendidikan yang tertinggi secara akademis harus dicapai. Oleh karena itu, belajarlah dengan baik dan menjalani pendidikan dengan sungguh-sungguh. Ketekunan dan kesabaran dalam membangun kecerdasan intelektual adalah fondasi utama sebelum terjun ke masyarakat,” ujar Hermawi Taslim.

Menurut Taslim, pendidikan tinggi adalah bagian tidak dapat dipisahkan dari pembangunan karakter, penguatan dalam ketahanan nasional (Tannas) dan sekaligus perwujudan geopolitik dengan berpijak pada bumi Papua.

“Kelak kalian akan menjadi tulang punggung Papua. Belajar, belajar dan belajar adalah syarat utama yang paling awal. Jangan mengeluh kalau kalian kalah bersaing secara kualitas SDM dengan manusia dari luar Papua termasuk SDM asing. Jangan sampai ketika kalian bekerja Anda mengeluh karena kualitas SDM kalah dengan tenaga kerja lain. Mulailah dari sekarang dari bangku kulian,“ tegas Hermawi Taslim.

Acara pembekalan para anggota muda PMKRI St. Efrem, di aula Margasiswa, Kamkey, Jayapura, Jumat (09/12/2022). (Foto: Ist)

Sementara itu, tokoh senior PMKRI, Roy Rening menegaskan, ada prinsip yang harus diketahui oleh setiap mahasiswa Katolik. Tiga Prinsip itu merupakan benang merah yang terdiri dari Kristianitas (Berpegang pada ajaran iman), Fraternitas (Persaudaraan) dan Intelektualitas (Kecerdasan).

“Ketiga prinsip itu menjadi landasan utama dalam pergerakan PMKRI di manapun. Ketiga prinsip utama itu tetap harus dipegang ketika anggota PMKRI sudah terjun ke masyarakat,” ujar Roy.

Roy mengatakan bahwa hidup yang paling nyata itu di masyarakat dan bukan di kampus. “Namun kampus dan masyarakat tidak bisa dipisahkan. Bagi PMKRI keduanya berpijak pada Kristianitas, Fraternitas dan Intelektualitas. Mengembangkan talenta  yang diberikan Allah sebagai modal hidup harus dikembangkan. Jangan menyimpan talenta kalian di bawah bantal atau di bawah kasur. Talenta itu harus Anda bawa ke manapun juga agar berbuah, berkembang dan bertambah dua kali lipat,“ tegas Roy Rening.

Pada acara yang sama, Ketua PMKRI Jayapura Thalia Maria Lucia menjelaskan bahwa masa bimbingan atau pembekalan merupakan sebuah tahapan pembinaan yang diikuti oleh seluruh anggota muda PMKRI.

Pembekalan ini merupakan persyaratan utama untuk menjadi anggota PMKRI yang ditandai dengan penyematan baret merah bol kuning sebagai simbol perjuangan dan idealisme PMKRI.

“Arahan dari kedua tokoh nasional itu akan menjadi pekerjaan rumah bagi dirinya dan pengurus PMKRI yang lain untuk berbenah,” pungkas Thalia Maria. ***