Hari Komunikasi Sosial Sedunia: Mendengarkan dengan Telinga Hati

oleh -
Paus saat menyapa seorang anak di Vatican. (Foto: Vaticannews)

Oleh: RD Emmanuel Kiik Mau*)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID – Dalam Injil Yohanes hari ini, Yesus berkomunikasi dengan Bapa-Nya dalam sebuah doa yang mendalam. Yesus berdoa bagi para pengikut-Nya supaya mereka satu, sebagaimana Bapa dan Yesus adalah satu.

“Bapa Yang Kudus, bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga orang-orang yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka. Supaya mereka semua menjadi satu, sebagaimana Engkau, ya Bapa, ada di dalam Aku, dan Aku di dalam Engkau…”

Doa Yesus merupakan percakapan dari hati ke hati dengan Bapa-Nya, tanpa teks atau rumusan, hanya ada kehadiran I and Thou, Aku dan Engkau. Isinya menggarisbawahi isi hati-Nya tentang kesatuan serta pemuliaan antarpribadi, yakni Yesus memuliakan Bapa dan Bapa telah memuliakan Yesus.

Yesus menghendaki agar ada kesatuan yang mesra dalam setiap komunitas pengikut-Nya. Kesatuan kasih yang harus terwujud adalah hanya dalam sebuah komunikasi yang begitu mendalam yakni doa.

Doa adalah ungkapan komunikasi yang paling mendalam. Inilah bahasa komunikasi yang paling hebat, yang dimiliki oleh manusia. Dengan doa, manusia bisa berbicara dengan Tuhan Yang Agung, kapan saja dan di mana saja. Doa bisa menjangkau siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Doa sungguh melampaui ruang, waktu, serta batas-batas ras, agama, suku, dan status sosial. Doa yang mendalam dan penuh iman akhirnya akan mengubah setiap orang dan dunia sekitar. Sungguh luar biasa kekuatan doa.

Setelah Yesus naik ke Surga, ada gerakan para murid yang lebih sering berkumpul dalam persekutuan atau communio. Mereka meneruskan kabar baik Sang Kristus dengan bersatu sebagai saudara yang bertekun dalam doa dan tinggal bersama. Kebersamaan para murid memang dikehendaki oleh Yesus. Yesus pun berdoa bagi para murid agar bersatu, karena mereka masih ada di dunia ini, untuk melanjutkan karya keselamatan Allah bagi semua orang.

Hari ini Yesus mengajak kita para murid-Nya untuk tidak hanya berdoa bagi kepentingan diri sendiri dan keluarga kita. Yesus mengajak kita untuk berdoa juga bagi masyarakat, bangsa dan negara kita, pemimpin negara (presiden kita), para pejabat pemerintah kita, teman-teman kita di tempat kerja dan atasan kita. Kita berdoa bagi mereka agar segala pekerjaan berjalan dengan baik, agar bangsa dan negara kita aman sentosa, dan setiap orang makin saling memperhatikan serta peduli satu sama lain. Kita berdoa bagi para orangtua agar mereka diberi kesehatan dan kesabaran, serta kesetiaan dalam mendampingi dan mendidik anak-anaknya.

Pada Hari Minggu Paskah VII ini, kita juga merayakan Hari Komunikasi Sosial Sedunia Ke-56. Kita bersyukur, Tuhan menganugerahkan kemajuan teknologi yang melahirkan pelbagai alat komunikasi sosial yang membantu kehidupan manusia. Kita bersyukur pula, di tengah-tengah keprihatinan atas wabah Pandemi Covid 19 yang memaksa kita menjaga jarak dan belum dapat berkumpul dalam Ekaristi, media komunikasi sosial membantu kita ber-communio secara virtual lewat siaran “live streaming”.

Paus Fransiskus menulis pesan pada Hari Komunikasi Sosial ke-56 ini dengan judul: Mendengarkan dengan Telinga Hati. Tema Hari Komsos Sedunia tahun lalu, “Datang dan Lihatlah”- maka tahun ini Paus Fransiskus ingin memperdalam hal itu dengan tema singkat, Dengarkan!

Kini orang perlu mendengarkan, tak hanya sukacita dan kegembiraan, tetapi juga keluhan, rintihan, harapan, kekecewaan, penderitaan, kesulitan dan tantangan yang dihadapi saudara-saudari kita. Itulah yang membuat kehadiran kita semakin terasa bermakna dan dalam. Kita tak hanya hadir selaku penonton dalam hidup sesama, tetapi juga berupaya mendengar dan memahami suka duka kehidupannya, harapan dan keinginannya. Barangkali secara minimal, kita bisa meringankan beban, memberi solusi dan kelegaan, penghiburan dan kekuatan bagi sesama kita.

Santo Agustinus, selalu mendorong orang untuk mendengarkan dengan hati – “corde audire”.

Santo Fransiskus Assisi berkata: “Jangan menaruh hatimu di telinga, tetapi taruhlah telinga di dalam hatimu.”

Tugas paling penting dalam kegiatan pastoral adalah “Kerasulan Telinga” – mendengarkan sebelum berbicara. Rasul Yakobus berkata: Biarlah setiap orang cepat mendengar, lambat berbicara dan juga lambat untuk marah. Yak. 1:19.

Hari Komunikasi Sedunia adalah sarana persatuan, agar orang bangun komunikasi dalam iman, dengan keluarga, Gereja dan Masyarakat. Pakailah media sosial yang ada untuk menebar citra persaudaraan dan persahabatan, dan hindarilah penyalahgunaan sarana komunikasi untuk maksud yang memecah belah.

Komunikasi itu indah. Tanpa komunikasi, hubungan kita akan menjadi hancur. Komunikasi akan membuat hubungan kita menjadi kuat.

Memperkatakan kesia-siaan dengan bibir manis dan hati yang bercabang, akan menimbulkan kesalahpahaman, kemarahan, pertikaian, perselisihan dan permusuhan.

Masalah terbesar dari komunikasi adalah orang terlalu cepat mendengar dan ingin segera menjawab.

Hari ini kita mau belajar bersama untuk berkomunikasi dengan baik, mendengarkan dengan baik, menjawab dengan baik, memilih kata-kata yang berguna, memilih kata-kata yang tepat.

Perkataan seseorang itu bisa menyakiti hati, menyembuhkan jiwa, menjatuhkan mental, mendorong semangat, membangun iman, melumpuhkan kekuatan dan membangkitkan pengharapan.

Oleh karena itu, jadilah teladan dalam perkataanmu, ucapanmu dan tutur katamu. Amin.

Selamat pagi dan Salam Sehat selalu.

Selamat Hari Minggu. Selamat merayakan Hari Komsos Sedunia Ke-56. Dalam Yesus kita bersaudara.

Tuhan memberkati.

Salam Kasih dan Doa.

*) RD Emmanuel Kiik Mau, adalah Imam Katolik yang bertugas di Keuskupan Dioses Atambua.