Haul Gus Dur, Keselarasan Solidaritas Keislaman, Kebangsaan dan Kemanusiaan

oleh -
Haul ke-10 Gus Dur di Jakarta Selatan. (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Fokus wacana dan kiprah terkait solidaritas keislaman (ukhuwwah Islamiyyah) seharusnya tidak hanya ditujukan kepada kaum Muslimin yang mengalami penindasan (legal, politik, sosial dan budaya, di negara-negara “Selatan” (South) seperti Cina, Myanmar, India dan sebagainya. Tetapi juga di negara-negara maju di Utara (North) dan adikuasa  seperti AS dan Eropa.

Demikian diungkapkan oleh salah satu pengikut Gus Dur yang juga cendekiawan muslim, Muhammad AS Hikam, di Jakarta, Sabtu.

Hikam mengatakan, fakta menunjukkan bahwa Presiden AS, Donald J. Trump, adalah sorang Islamophobe, anti imigran Muslim, dan mengangkat pembuat kebijakan-kebijakan publik yang berpandangan rasis terhadap non kulit putih seperti penasehat bidang maslah imigran, Stephen Miller.

“Jika memang solidaritas keummatan para elit dan tokoh Islam di Indonesia konsisten, dan dibarengi dengan solidaritas kemanusiaan, maka seharusnya mereka juga bersuara kritis terhadap Presiden Trump. Protes-protes mereka tak hanya tertuju kepada masalah Rohingya dan Uighur saja, tetapi juga  tertuju kepada para pemimpin dan negara adikuasa, seperti AS dan Trump,” ujarnya.

Menurut Hikam, sikap kritis terhadap para penindas dan penguasa rasis serta anti Muslim tak bisa hanya “pilih-pilih tebu” dan berdasar kepentingan kelompok, partai, atau strategi politik sempit. Jika sikap itu yang dipakai, maka akan menciptakan backlash alias pukulan balik, seakan-akan solidaritas keislaman hanya terbatas pada keberadaan kepentingan sesaat dan sempit.

Membela ummat Islam di Rohingya atau Uighur umpamanya, akhirnya akan menuai tudingan ‘anti-Myanmar’ dan ‘anti-Cina’. Membela hak-hak dasar ummat Islam di AS dan di Rusia dan Eropa lantas terstigma ‘anti-AS’, ‘anti Rusia’, dan ‘anti-Eropa’, dan seterusnya.

“Solidaritas keislaman dan pembelaan terhadap kaum Muslimin pada aras global adalah bagian dari, dan harus dilakukan bersamaan dengan, solidaritas kemanusiaan. Hanya dengan perspektif tersebut maka ukhuwwah Islamiyah akan terhindar dari jebakan politik sektarian dan permainan kekuatan-kekuatan politik global,” ujarnya.

Salam rangka memeringati Haul almaghfurlah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ke-10 pada bulan Desember 2019, sudah sepantasnya juga mengaktualisasikan pemikiran-pemikiran beliau. Salah satunya adalah keselarasan antara tiga dimensi solidaritas “keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan” yang menjadi salah satu legacy almaghfurlah dan para ulama nahdliyyin.

“Dunia sedang terancam oleh bahaya yang datang dari ideologi-ideologi ekstrem, termasuk di antaranya rasisme dan radikalisme berkedok ajaran agama-agama,” pungkas Hikam. (Ryman)