HUT Ke-65, ISKA Harus Tampil Sebagai Kekuatan untuk Menegosiasikan Kepentingan Bangsa dan Negara

oleh -
Ikatan Sarjana Katolik (ISKA) Indonesia Regio Timur yang terdiri dari Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua menggandeng Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng menggelar Focus Group Discussion (FGD) ISKA secara daring dan luring di Aula Timur Kampus Unika St. Paulus Ruteng, Manggarai pada Senin (22/05/2020). (Foto: tangkapan layar)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID – Ikatan Sarjana Katolik (ISKA) Indonesia Regio Timur yang terdiri dari Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua menggandeng Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng menggelar Focus Group Discussion (FGD) ISKA secara daring dan luring di Aula Timur Kampus Unika St. Paulus Ruteng, Manggarai pada Senin (22/05/2020).

Hadir dalam sambutan pembuka, Ketua Presidium Pusat ISKA, Luky A Yusgiantoro, BSc, MSc, MSpec, PhD,  Wakil Rektor Unika St. Paulus Dr. Marselus Ruben Payong serta Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ruteng, Nikolaus Nama Payon, S.Ag sekaligus membuka acara FGD.

FGD ini menghadirkan nara sumber dari masing-masing wilayah Indonesia Timur antara lain Pejabat Gubernur Papua Selatan, Dr. Apolo Safanpo mewakili Indonesia Timur Bagian paling timur (Papua), Pater Albert Arina, Pr mewakili Indonesia Timur bagian utara (Sulawesi) dan Romo Dr. Maksimus Regus mewakili Indonesia Timur bagian selatan (Nusa Tenggara Timur).   

Koordinator Wilayah ISKA Regio Bali dan Nusa Tenggara, Yakobus S. Muda mengatakan, FGD yang digelar dalam rangka Dies Natalis ISKA ke-65 tahun ini memberi penegasan kepada pemerintah tentang komitmen wilayah timur Indonesia untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. 

“FGD ini merupakan  forum milik kita bersama. Forum  untuk kerasulan awam cendekiawan Indonesia timur yang akan dilakukan secara berkelanjutan guna memberikan  rekomendasi yang sifatnya strategis. Usulan-usulan dalam aspek-aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan secara lebih detail akan dibahas dalam FGD series selanjutnya,” kata Yakob.

Pejabat Gubernur Papua Selatan, Dr. Apolo Safanpo, ST., MT menyampaikan pemikiran tentang Indonesia yang terikat dengan persatuan dan kesatuan.

Untuk merawatnya, katanya, dibutuhkan komitmen semua pihak dalam menjaga kebhinekaan, UUD NRI 1945, Pancasila, dan NKRI. Menurutnya, kebhinekaan harus ditempatkan pada tempat yang pertama, karena Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya, adat, agama, dan ras yang beranega ragam.

Dia mengatakan, kebhinekaan adalah given atau pemberian Yang Maha Kuasa. “Untuk menjaga persatuan dan kesatuan agar tidak rapuh dan terdegradasi diperlukan ketahanan sosial budaya. Upaya yang dilakukan adalah saling menjaga dan menumbuhkembangkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujarnya.

Buah pemikirian dari Pater Albert Arina, dalam FGD mempertegas tentang adanya Ideologi Pancasila dan UUD NRI 1945. Pancasila oleh Bung Karno, tidak dicetuskan namun digali dari kearifan lokal. “Pancasila merupakan intisari dari warisan kearifan lokal bangsa ini,” ucap Pastor Albert.

Setelah 78 tahun, Indonesia memerlukan penyempurnaan. Adanya kesenjangan ekonomi, konflik antar suku dan pemerataan ekonomi belum maksimal dilaksanakan.  Hal ini harusnya juga menjadi tantangan gereja.

ISKA, kata Romo Albert, harus berada di garda terdepan dalam menjaga NKRI. Gereja mengambil peran, dan ISKA merupakan komponen untuk menjadi pendorong kehidupan berbangsa dan bernegara.

Inovasi untuk Membayangkan Kembali Indonesia

Sementara itu, sebagai pemantik terakhir, Romo Dr. Maksimus Regus mengajak peserta FGD dan ISKA untuk merenungkan kembali keberadaan NKRI. Peserta FGD diajak untuk mengimajinasikan kembali Bangsa Indonesia dalam era globalisasi dan digitalisasi yang tampil tanpa pembatas.

“Untuk melakukan reimaginasi itu dibutuhkan inovasi. Tanpa inovasi maka tidak mungkin kita bisa membayangkan kembali Indonesia tersebut,” ujarnya.

Romo Maksi mengatakan, potensi ancaman terhadap persatuan dan kesatuan yang tergerus tersebut terus terjadi karena adanya dinamisasi ruang yang terus berkembang. Fakta historis menunjukkan bahwa adanya kekuatan yang saling bertarung tersebut tidak terjadi di ruang kosong atau hampa.

“Karena itu, untuk menyelesaikannya (pertarungan tersebut) dibutuhkan kekuatan secara kolegial untuk terus mendorong perubahan. ISKA saya kira harus bisa tampil sebagai kekuatan untuk menegosiasikan kepentingan-kepentingan demi bangsa dan negara,” ujarnya.

Romo Maksi mengatakan, Presiden Jokowi merupakan satu dari sedikit pemimpin negeri ini yang sukses melakukan “reimajinasi” terhadap bangsa Indonesia. Misalnya, Jokowi melakukan program yang disebut dengan membangun dari pinggir.

FGD tersebut berlangsung dengan sangat interaktif. Perwakilan Korwil Sulawesi, Korwil Maluku Ambon, DPD, DPC ISKA, perguruan tinggi seperti Universitas Sam Ratulangi, Unika Atmajaya Makassar serta Unsur Kerasulan Awam Katolik seperti Wanita Katolik Republik Indonesia, PMKRI, Pemuda Katolik, Vox Point ikut urun rembuk. ***