Ikan Paus HEPI, Jadi Ikon Tingkatkan Minat Baca

oleh -
Cover Buku HEPI – Si Paus Penyanyi / The Singing Whale.(Foto: Ist)

Pontianak,  JENDELANASIONAL.ID — Di Pontianak, Kalimantan Barat ada paus yang dapat membaca. Bahkan, paus itu dapat berbicara. Hebatnya bahasa yang digunakan ada dua  yaitu Inggris dan Indonesia. Paus yang memiliki nama Hepi, selain bisa membaca, konon memiliki hobi menyanyi.

Kehebatan Paus ini mulai dikenal antara lain di Kalimantan, Halmahera Barat, Palu Sulawesi Tengah, Lombok dan terdengar di beberapa daerah Indonesia yang lain.

Namun yang dimaksud dengan Hepi sesungguhnya adalah paus lucu dan manis yang dijadikan tokoh dalam buku creative and reading yang berjudul HEPI – Si Paus Menyanyi (The Singing Whale). Buku ini dimaksudkan untuk menciptakan dan meningkatkan minat baca bagi anak kecil di Indonesia dan menumbuhkan kreativitas  dan sekaligus mengembangkan daya nalar kritis anak.

Demikian dijelaskan oleh Ketua Yayasan Suar Asa Khatulistiwa (SAKA), Andy Yentriani, alumnus Lemhannas PPSA XXI, Senin (15/04/2019).  Yayasan SAKA ini merupkan organisasi nirlaba yang menaungi PG & TK Cerlang termasuk di dalamnya pendidikan untuk guru, parenting serta kursus yang berawal di Pontianak, Kalimantan Barat.

Dijelaskan Andy Yentriani, minat baca di Indonesia menjadi salah satu keprihatinan Yayasan SAKA. Berada di papan bawah, Indonesia menduduki peringkat ke 106 dari 197 negara yang disurvei  World Atlas mengenai tingkat literasi. Sebelumnya, pada tahun 2016, Indonesia dikabarkan hanya 1 (satu) tingkat di atas Bostwana dalam survei tentang “Most Literated Nations in the World”.

“Daya tangkap pada bacaan juga menguatirkan, mengingat uji EGRA atau Early Grade atau early grade reading assessment  pada tahun 2013 menunjukkan hanya 47% dari murid kelas 2 (dua) SD yang bisa membaca dengan lancar dan memahami makna bacaannya. Pada saat bersamaan hanya 18% guru yang mampu gunakan metode aktif dan efektif dalam mengajar membaca,” jelas Andy Yentriany.

(Memperkenalkan HEPI – Si Paus Penyanyi di Jailolo di Halmahera, Sabtu (13/04)

Tingkat literasi yang berkait erat dengan minat baca, diurai lebih lanjut olehnya, ditengarai memengaruhi kapasitas sumber daya manusia Indonesia. Indeks Global Human Capital Indonesia berada di posisi keenam di kawasan ASEAN dan peringkat ke-65 dari 130 negara. Selain mengurangi daya saing nasional, kapasitas literasi juga memengaruhi ketahanan masyarakat dalam menghadapi bombardir berita bohong (hoaks) maupun hasutan kebencian.

“Data itu memperihatikan sekali. Oleh karena itu, menyikapi tantangan minat baca tersebut, kami mengembangkan metode creative reading dalam pengajaran. Selain membangun minat baca, creative reading juga mengembangkan  daya nalar kritis dan kreativitas anak,” tegas alumnus Lemhannas PPSA XXI ini.

Sebagai tindak lanjut dari upaya tersebut, SAKA baru saja menerbitkan buku bergambar bagi anak berjudul Hepi Si Paus Penyanyi. Terbit bilingual dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, buku ini dimaksudkan untuk membuat anak semakin tertarik membaca dan mencari tahu, dan sekaligus menjadi bahan belajar guru tentang creative reading.

 

Paus Pilihan

Pemilihan Paus sebagai tokoh yang dipilih berlatar belakang dari  hasil perbincangan antara murid dan guru tentang ikan. Munculah nama ikan paus, karena pada saat itu viral pemberitaan tentang paus yang terdampar. Pada kesempatan itu, PG&TK Cerlang berkesempatan untuk mengajak para murid untuk mencari sosok paus itu yang ternyata bukan ikan tetapi mamalia. Diskusi itu berkembang keistimewaan paus yang ternyata dapat bernyanyi.

“Dari pertanyaan mengapa Hepi punya rambut, kita bisa mengenalkan ilmu alam tentang mamalia. Membayangkan ukuran paus, anak-anak dapat belajar tentang matematika. Kisah Hepi juga menjadi sarana pendidikan karakter anak, misalnya tentang mengelola emosi dan cara bersikap dalam menghadapi kondisi yang tidak menyenangkan,” jelas Sri Wartati, pengagas cerita sekaligus Kepala Sekolah PG&TK Cerlang.

(Alumnus Lemhannas PPSA XXI Andy Yentriani – Ketua Yayasan Suar Asa Khatulistiwa (SAKA)

Buku ini mendapat desain dari Ana Hadrian yang juga guru di PG&TK Cerlang. Meski tampak sekilas untuk anak usia dini, buku Hepi ini bisa menjadi pemantik belajar bagi anak di usia sekolah lebih lanjut. Hal ini ia sampaikan dalam simulasi bersama guru tingkat TK, SD dan SMP dan di forum anak di Halmahera Barat pada Sabtu (13/04).

Kunci dari creative reading adalah ketrampilan pendamping anak belajar. Para pendamping  perlu memiliki ketrampilan bertanya yang menggairahkan rasa ingin tahu anak. Selain itu, pendamping juga perlu mampu mengarahkan rasa ingin tahu anak menjadi langkah-langkah belajar yang lebih luas.  Hepi hanyalah salah satu contoh buku, karena creative reading dapat diaplikasi dalam beragam teks.

Sebagai upaya bersama membangun minat baca, SAKA sangat bersyukur bahwa ide creative reading mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Selain ke Halbar, dukungan ini memungkinkan Hepi dibagikan ke sejumlah desa di terdampak bencana di Palu, Sulawesi Tengah.  Juga ke taman bacaan di desa-desa terpencil di Kalimantan Barat. Rencananya, juga ada sejumlah buku yang akan disebarkan ke Lombok dan berbagai daerah lainnya.

“Metode creative reading bisa membuka percakapan pada banyak subjek. Karenanya, Hepi Si Paus Penyanyi bahkan bisa menjadi sarana mengenalkan wawasan nusantara. Dari Hepi anak-anak bisa belajar peta laut di Indonesia, suku-suku nusantara yang memiliki berbagai nama dan hubungan dengan paus, serta keanekaragaman hayati di laut dan masalahnya,” pungkas Andy. (Ryman)