ISKA Dorong Pengetahuan Gizi bagi Anak Berkebutuhan Khusus

oleh -
Diskusi Anak Berkebutuhan Khusus di Gedung ISKA Center, Roxi Mas, Jakarta. (Foto: Ist)

JAKARTA – Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam satu dekade ini mendapat perhatian publik yang luas dan beragam. Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) DKI Jabodetabek mencermati bahwa anak-anak berkebutuhan khusus dan keluarganya seringkali harus berjuang sendiri tanpa mendapat pengetahuan yang cukup.

Untuk alasan inilah ISKA melalui Bidang Iptek dan Riset menggelar Diskusi Berbagi Ilmu dengan tajuk Gizi yang Tepat bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Diskusi yang berlangsung di ISKA Center, Roxy Mas, Jakarta pada Sabtu 5/5/2018 mengundang Widya Agustinah, M.Sc Akademisi Prodi Teknologi Pangan, Fakultas Teknobiologi Unika Atmajaya Jakarta sebagai narasumber.

Widya Agustinah, M.Sc Akademisi Prodi Teknologi Pangan, Fakultas Teknobiologi Unika Atmajaya Jakarta sebagai narasumber.

Dalam paparan materinya Widya mengungkapkan yang termasuk Anak Berkebutuhan Khusus seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 adalah mereka yang Tunanetra, Tunarungu, Tunawicara, Tunagrahita (tingkat intelegensi di bawah rata-rata), Tunadaksa (Cerebral palsy, polio, lumpuh, amputasi), Tunalaras (hambatan emosi dan kontrol sosial), Berkesulitan belajar (disfungsi minimal otak, disleksia, brain injury), Lamban belajar, Autis, Memiliki gangguan motorik, Anak berbakat dan Korban penyalahgunaan narkoba.

Lebih lanjut Widya mengungkapkan beberapa cara menciptakan pola makan yang sehat dan aman bagi anak adalah pemberian suatu makanan baru berulang-ulang agar dapat diterima oleh anak; Membiasakan anak makan makanan yang bervariasi; Membuat masakan di rumah tanpa gula dan garam yang berlebihan; dan Membiasakan anak dengan pangan sehat sejak dini. Selain itu, makan makanan yang segar (baru dimasak), hindari pangan mentah dan tidak higienis, hindari pemberian pangan yang keras, kecil, berpartikel (sampai usia 4 tahun) untuk mencegah anak tersedak seperti buah anggur, kacang tanah, popcorn, jeli, permen.

“Asupan pangan untuk anak-anak autism spectrum disorder (ASD) sebaiknya gluten free dan casein free,” ujar Master ilmu pangan dari University Massachusetts, Amerika ini.

Diskusi yang dihadiri oleh sebagian besar orangtua yang melakukan pendampingan dan terlibat langsung menangani Anak Berkebutuhan Khusus ini berlangsung menarik. Saling berbagi cerita, suka duka dan dinamika yang terjadi ikut memperkaya diskusi dengan narasumber.

Ditemui setelah acara, Ketua Bidang IPTEK dan Riset ISKA DKI Jabodetabek Bayu Wardhana mengungkapkan ISKA mempunyai serial diskusi 2 bulan sekali yang diberi nama Berbagi Ilmu.

Foto bersama Pengurus ISKA DKI dengan Narasumber. (Foto: Ist)

Pilihan tema diskusi Berbagi Ilmu ini karena dua alasan. “Pertama, ruang publik selama ini terlalu dipenuhi isu politik yang cenderung memecah belah. Sementara isu-isu lain terabaikan. Kedua, diskusi ini memberi pengetahuan pangan yang tepat bagi para keluarga yang mempunyai anak berkebutuhan khusus,” kata Bayu.

Lebih jauh Bayu berharap ISKA dapat menjalin kemitraan dengan banyak pihak untuk mengangkat isu-isu tumbuh kembang anak dengan berbagai aktivitas sepanjang tahun 2018 ini.

Hal senada diungkapkan Sekretaris Umum ISKA DKI Jabodetabek Longginus Hadi yang turut hadir dalam diskusi. Pria yang akrab dipanggil Hadi ini justru berharap melalui kegiatan ini terbentuk Klub Diskusi Rutin yang bisa dijembatani ISKA.