Jonan Pastikan Sistem Ketenagalistrikan di Palu Pulih 95 Persen

oleh -
Menteri Ignasius Jonan meninjau sektor ESDM di lokasi bencara di Palu. (Foto: Kementerian ESDM)

JENDELANASIONAL.COM – Usai meninjau Terminal BBM Donggala, Menteri ESDM Iganasius Jonan bertolak ke Gardu Induk Perusahaan Listrik Negara (PLN) Silae di Kota Palu guna memastikan kondisi kelistrikan wilayah terdampak bencana gempa dan tsunami yang telah pulih 95%.

Jonan melihat langsung bahwa kerusakan sistem ketenagalistrikan di Palu dan sekitarnya tidak terlalu besar, sehingga untuk pemulihan tidak memerlukan waktu yang lama.

“Kalau kerusakan, misalnya instalasi listrik secara keseluruhan, apakah pembangkit atau gardu induk atau penyulang atau gaardu distribusi itu kerusakannya sih tidak terlalu masif sehingga memerlukan waktu yang banyak. Kalau listrik buktinya kan sekarang, hampir 100% (pulih), kecuali daerah yang seperti Petobo, yang terkena likuifaksi, ya memang tidak bisa dipasang listrik lagi karena itu memang tidak mendukung (karena kerusakan parah dan rumah sudah tidak ada lagi,” ujar Jonan.

Saat ini, daya mampu sistem kelistrikan wilayah Sulawesi Utara, Tenggara, Gorontalo (Suluttenggo) telah mencapai 101 megawatt (MW) dengan beban puncak 87,17 MW, maka cadangan sebanyak 12,83 MW. 4 dari 5 pembangkit tenaga listrik, yakni PLTD Silae, PLTA Poso, PLTM Bambalo, dan PLTM Sawidago sudah beroperasi. Sementara 1 unit PLTU Mpanau masih dalam proses perbaikan, sehingga listrik akan dipasok dari pembangkit yang ada di Sulawesi Selatan.

“Ada satu pembangkit yang rusak, hingga mungkin butuh waktu agak panjang, tapi tidak apa-apa, jadi kita bisa redistribusi dari pembangkit-pembangkit lain yang di Sulawesi Selatan untuk memasok listrik di sini,” terang Jonan.

Sebanyak 7 dari 7 transmisi listrik saat ini sudah beroperasi, begitu pula dengan gardu induk yang sudah 100% beroperasi. Sementara untuk distribusi listrik, 45 dari 45 penyulang distribusi dan 2.060 dari 2.161 gardu distribusi sudah beroperasi. Dari total 77 genset yang sudah tiba di Palu dan sekitarnya, 68 unit sudah beroperasi dan 9 unit telah siap pasang.

Dalam kunjungannya ke Palu, Menteri Jonan juga meninjau sumur bor air bersih yang diusahakan oleh Badan Geologi. Hingga hari ini, 19 sumur bor telah beroperasi, 1 sumur bor dalam tahap pengeboran, dan 18 sumur bor masih dalam tahap persiapan. Jonan mengatakan bahwa sumur bor ini untuk melayani kebutuhan air bersih bagi pengungsi.

“Mengenai instalasi air begini, kami di Badan Geologi itu membantu pembuatan sumur bor untuk darurat, sumur bor dangkal sekitar 30-40 meter. Itu untuk melayani kebutuhan air bersih bagi para pengungsi. Kalau ini tidak ada masalah sih, kita coba buat paling efisien. Kami juga usahakan ini ada instalasi penyulingan air atau instalasi untuk membuat air itu paling kurang siap masak atau kalau bisa siap minum. Air bersih akan jalan terus sampai dengan hunian sementara terbangun, mungkin dalam 2-3 minggu ke depan, ya sampai akhir bulan,” ujarnya.

Terkait dengan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah Palu dan sekitarnya, Badan Geologi telah menyusun peta rekomendasi geologi lingkungan. Peta ini menggambarkan informasi sumberdaya geologi dan bencana geologi yang dapat digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan dalam melakukan pembangunan fisik pasca bencana.

“Lalu tim Badan Geologi kami, ada geologis, geofisis, dan ahli georadar kami terjunkan, ada 50 ahli untuk menilai wilayah mana yang bisa digunakan untuk hunian kembali, mana yang tidak. Ini yang kita butuh waktu, mungkin 2 minggu untuk berunding dengan Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), mungkin kurang lebih satu bulan, ya sampai akhir bulanlah. Sampai akhir bulan mudah-mudahan tim ini bisa selesai semua. Terkait rekomendasi lokasi relokasi paling lambat akhir bulan Oktober akan diumumkan. Pak Gubernur yang akan mengumumkan,” ujar Jonan.

Selain itu, Badan Geologi juga telah melakukan kajian untuk relokasi daerah amblas di Balaroa dan Petobo; pengambilan data lapangan, yakni surface rupture dan gerakan tanah; pengamatan kerusakan akibat likuifaksi; persiapan survei mikrotremor di lokasi yang terlah diusulkan; pemetaan dengan drone di Petobo, Balaroa, dan Jonooge; serta mengamati kemungkinan banjir bandang di Dolo, Kabupaten Sigi.

 

Tim Tanggap Darurat ESDM

Kunjungan Menteri Jonan berlanjut ke Posko Kementerian ESDM. Di lokasi tersebut, Jonan bertemu dengan Emergency Rescue Team (ERT) yang dikoordinasikan oleh Kementerian ESDM. Jumlah anggota ERT ESDM atau Tim Siaga Bencana ESDM Provinsi Sulawesi Tengah, yang hadir di POSKO KESDM Siaga Bencana meliputi 28 Badan Usaha sektor ESDM, dengan total anggota 279 orang, terdiri dari rescue 107 orang, paramedis 44 orang, dokter 25 orang, operator 52 orang, support 53 orang, dan psikolog 5 orang.

“Tim medis, tim kesehatan, dan tim rescue, serta tim pembersihan wilayah-wilayah yang terdampak, yang domenya roboh segala macam, kita akan targetkan sampai 26 Oktober selesai. Kalau tim evakuasi sudah selesai,” jelas Jonan.

ERT ESDM juga menyiapkan alat berat untuk evakuasi jenazah. Selain itu, ERT ESDM juga melakukan trauma healing dan pemulihan pendidikan untuk anak-anak korban bencana di Desa Lerosondue, Kabupaten Donggala. (Ryman)