Kardinal Suharyo: Dengan Inspirasi Agama Kita Dapat Berdoa untuk Tanah Air

oleh -
Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmojo dalam acara Beranda Nusantara dengan tema "Moderasi Beragama dalam Harmoni Nusantara" di gedung Auditorium Yusuf Ronodipuro RRI Jakarta, Kamis (31/3/2022). (Foto: rri.co.id)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmojo mengatakan bahwa inspirasi-inspirasi yang muncul dalam berbagai agama dapat mengingatkan umatnya untuk mencintai tanah air.

Hal itu, katanya, bisa dicontohkan dari hal-hal kecil. Misalnya dari rosario (tasbih) yang memiliki warna merah putih seperti yang dibawa Kardinal dalam acara itu. Warna merah putih itu mengingatkan kita pada bendera merah putih.

“Dengan tasbih yang memiliki dua warna merah putih ini, sehingga kalau umat katolik berdoa dengan tasbih ini dia ingat dengan negaranya, bukan ingat akan agamanya. Dan ingat, dengan inspirasi agama juga dapat berdoa bagi tanah air,” ujar Kardinal dalam acara Beranda Nusantara dengan tema “Moderasi Beragama dalam Harmoni Nusantara” di gedung Auditorium Yusuf Ronodipuro RRI Jakarta, Kamis (31/3/2022).

Uskup Agung Jakarta itu mengatakan bahwa para pemimpin agama bertanggung jawab mendampingi dan memimpin umatnya. Bahkan, mereka harus dapat menjadikan umatnya sebagai pribadi-pribadi yang semakin beriman dan bertakwa.

“Kita tahu di dalam sejarah umat manusia banyak berbagai macam rumusan, seorang filsafat pernah mengatakan satu kalimat ‘saya berpikir maka saya ada’, dan sekarang kita berada di dalam zaman sesudah kebenaran, di mana rumusannya menjadi ‘saya berbohong maka saya ada’. Dan ini yang menjadi tantangan dimana mestinya kita dalam komunitas agama apa pun berbicara bahwa ‘Saya Indonesia Maka Saya Ada,” ujar Kardinal seperti dikutip rri.co.id/.

Karena itu, Uskup meminta agar rumusan yang ada saat ini diterjemahkan menjadi gagasan kecil untuk diimplementasikan tentang bagaimana cara umat bertindak.

“Tantangannya adalah menerjemahkan rumusan gagasan tadi ke dalam gagasan kecil dan gagasan kecil itu diimplementasikan di dalam gerakan yang jika diulang akan menjadi cara bertindak, cara berpikir bangsa Indonesia. Dan gagasan seperti itu mesti ditemukan,” ujarnya.

 

Perlu Pembelajaran Bersama

Terkait moderasi dalam kehidupan beragama, Kardinal mengatakan bahwa hal tersebut perlu pembelajaran bersama. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran mengenai semua jenis agama di masa lalu.

“Saya hanya mau mengatakan mari kita belajar bersama dari pengalaman masa lalu, dan bagi saya pembelajaran bersama itu menjadi sangat penting,” kata Kardinal.

Kardinal Ignatius mengatakan menyudutkan agama tertentu menjadi satu permasalahan hukum dan perlu didudukkan permasalahan tersebut dalam ranah hukum.

“Jika menyudutkan agama tertentu, kembali lagi masalahnya masalah hukum, karena menyudutkan itu kan tidak jelas. Maka dalam hal seperti itu, dalam negara RI, pandangan hukum yang harus ditegakkan karena warga negara Indonesia di hadapan hukum kan sama,”katanya.

Menurutnya semua manusia perlu dihargai, karena dalam kepercayaan mereka terkandung nilai-nilai kemanusiaan dan nilai spiritual yang umum. ***