Kepada Penyandang Disabilitas, Paus: “Gereja Adalah Benar-benar Rumahmu”

oleh -
Paus Fransiskus menyapa para penyandang disabilitas di Baghdad, Irak, pada 5 Maret 2021. (Foto: Vaticannews)

Vatican, JENDELANASIONAL.ID — Vatikan pada Kamis merilis pesan Paus Fransiskus untuk Hari Penyandang Disabilitas Internasional PBB, 3 Desember mendatang. Paus Fransiskus meyakinkan para penyandang disabilitas bahwa Gereja adalah benar-benar rumah mereka.

Dia meyakinkan mereka bahwa Gereja adalah komunitas orang-orang yang tidak sempurna dan pendosa yang membutuhkan pengampunan Tuhan. Paus mengungkapkan kedekatan Gereja dengan para penyandang disabilitas.

Majelis Umum PBB menyatakan peringatan tahunan yang dirayakan sejak 1992 tersebut, untuk mempromosikan hak dan kesejahteraan penyandang disabilitas di semua bidang masyarakat dan pembangunan, dan untuk meningkatkan kesadaran akan situasi penyandang disabilitas dalam setiap aspek politik, sosial, kehidupan ekonomi, dan budaya.

 

Sahabat Yesus

Paus berpesan melalui rilis pada Kamis yang bertema, “Kamu adalah teman-temanku” (Yohanes 15:14), yaitu “Kita dipanggil untuk menjadi sahabat Yesus”. Paus mengatakan bahwa pesan tersebut berfungsi sebagai kunci spiritual untuk menerima keterbatasan yang kita semua miliki, dan dengan demikian berdamai dengan mereka. Hal ini pada gilirannya dapat menghasilkan sukacita yang “memenuhi hati dan kehidupan.”

“Gereja benar-benar rumahmu,” Paus meyakinkan para penyandang disabilitas.

Kita semua, kata Paus, bersama-sama adalah Gereja karena Yesus memilih untuk menjadi teman kita. Setiap orang memiliki peran untuk dimainkan, tidak ada yang hanya tambahan. Oleh karena itu, “Anda masing-masing juga dipanggil untuk memberi kontribusinya sendiri bagi perjalanan sinode dalam proses gerejawi yang partisipatif dan inklusif.”

Sayangnya, Bapa Suci menunjukkan, bahkan saat ini banyak penyandang disabilitas yang diperlakukan sebagai benda asing di masyarakat.

“Diskriminasi terus hadir di berbagai tingkat masyarakat dan budaya yang sulit untuk menghargai nilai yang tak ternilai dari setiap orang,” ujar Paus.

Dia mengatakan, muncul kecenderungan yang terus berlanjut untuk menganggap disabilitas sebagai sejenis penyakit dan berkontribusi untuk memisahkan kehidupan dan menstigmatisasi.

 

Diskriminasi di Gereja

Paus mengatakan, di dalam Gereja bentuk diskriminasi terburuk adalah kurangnya perawatan spiritual yang terkadang dialami dalam bentuk penolakan akses sakramen bagi penyandang disabilitas.

Dalam hal ini, Paus menekankan ajaran Gereja bahwa “tidak seorang pun dapat menyangkal sakramen bagi para penyandang cacat”, karena Yesus tidak menyebut kita hamba, wanita dan pria yang lebih rendah martabatnya, tetapi sahabat: orang kepercayaan yang layak mengetahui semua yang Dia miliki.

Lebih lanjut Paus Fransiskus mengatakan bahwa persahabatan Yesus melindungi kita di saat-saat sulit, seperti selama pandemi Covid-19, yang berdampak besar bagi banyak penyandang disabilitas. Banyak dari mereka terpaksa tinggal di rumah untuk waktu yang lama; banyak siswa penyandang disabilitas mengalami kesulitan dalam mengakses alat bantu pembelajaran jarak jauh; interupsi yang lama dari layanan perawatan sosial; dan kesulitan lainnya.

Mereka yang dikurung di fasilitas perumahan saat terkena virus, dengan banyak nyawa melayang. “Ketahuilah bahwa Paus dan Gereja sangat dekat dengan Anda, dengan cinta dan kasih sayang!” kata Paus.

“Gereja berdiri di samping Anda yang masih berjuang melawan virus corona,” kata Paus sambil meyakinkan para penyandang disabilitas.

Dia menunjukkan bahwa Gereja selalu menegaskan bahwa setiap orang diberikan perawatan, dan bahwa disabilitas tidak menghalangi akses ke perawatan terbaik yang tersedia. Dalam hal ini, Bapa Suci memuji konferensi para uskup Amerika Serikat dan Inggris dan Wales, yang menuntut penghormatan atas hak setiap orang, tanpa diskriminasi, atas perawatan medis.

 

Persahabatan sebagai Panggilan untuk Kekudusan

Menjelaskan lebih lanjut persahabatan dengan Yesus, Paus mengatakan Tuhan ingin kita bahagia. Dia ingin kita menjadi orang suci dan tidak puas dengan keberadaan yang hambar dan biasa-biasa saja.

Berbicara tentang panggilan universal untuk kekudusan, Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa “semua umat beriman Kristus dari pangkat atau status apa pun, dipanggil untuk kepenuhan hidup Kristen dan kesempurnaan cinta kasih.” “Mereka harus mengabdikan diri mereka untuk kemuliaan Allah dan pelayanan sesama mereka”.

Dalam hal ini, Bapa Suci mencatat bahwa setiap kali penyandang disabilitas bertemu Yesus, hidup mereka berubah secara mendalam dan mereka menjadi saksi-Nya, seperti dalam kasus orang buta sejak lahir dalam Injil Yohanes.

Berbicara kepada setiap orang cacat, Paus Fransiskus mendesak mereka untuk berdoa, meyakinkan mereka bahwa Tuhan mendengarkan dengan penuh perhatian doa orang-orang yang percaya kepada-Nya. “Doa adalah misi, misi yang dapat diakses oleh semua orang, dan saya ingin mempercayakan misi itu dengan cara tertentu kepada Anda. Tidak ada orang yang begitu lemah sehingga dia tidak dapat berdoa, menyembah Tuhan, memuliakan Nama-Nya yang kudus, dan bersyafaat untuk keselamatan dunia.”

Sebagai penutup, Paus Fransiskus mengingatkan semua bahwa pandemi telah dengan jelas menunjukkan kepada kita bahwa kita semua lemah dan rentan; kita semua berada di kapal yang sama, rapuh dan bingung, tetapi pada saat yang sama penting dan dibutuhkan; kita semua dipanggil untuk mendayung bersama. Dan “cara utama untuk melakukannya justru dengan berdoa”.

 

PBB dan Penyandang Disabilitas

Menurut PBB, lebih dari satu miliar orang di dunia, atau 1 dari 7 orang, memiliki beberapa bentuk kecacatan. Dari jumlah tersebut, lebih dari 100 juta adalah anak-anak, yang hampir empat kali lebih mungkin mengalami kekerasan daripada anak-anak non-cacat.

Delapan puluh persen penyandang disabilitas dunia tinggal di negara berkembang dan 50% dari mereka tidak mampu membayar perawatan kesehatan. Dari 169 target dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Agenda 2030, 7 secara eksplisit merujuk pada penyandang disabilitas.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga menyampaikan pesan menjelang Hari Penyandang Disabilitas Internasional. Dia mendesak masyarakat internasional “untuk membangun masa depan yang berkelanjutan, inklusif dan adil bagi semua orang, tanpa meninggalkan siapa pun”.

“Saya mendesak semua negara untuk sepenuhnya mengimplementasikan Konvensi Hak Penyandang Disabilitas, meningkatkan aksesibilitas, dan membongkar hambatan hukum, sosial, ekonomi dan lainnya dengan keterlibatan aktif penyandang disabilitas dan organisasi perwakilannya,” katanya.

Seperti diketahui, sebanyak 182 negara telah meratifikasi Konvensi 2006 tersebut. ***