Kepala BNPT: Mathlaul Anwar Harus Aktif Suarakan Perdamaian di Media Sosial

oleh -
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Dr, Boy Rafli Amar, MH. (Foto: Ist)

Pandegalang, JENDELANASIONAL.ID – Media sosial masih banyak dimanfaatkan kelompok radikal intoleran untuk menyebarkan konten-konten yang berbau kekerasan, radikalisme, SARA, yang bisa menimbulkan perpecahan di masyarakat. Mulai dari anak muda sampai orang tua pun mudah terhasut oleh konten-konten di media sosial.

Untuk itulah upaya menyuarakan perdamaian harus terus digencarkan di lingkungan masyarakat. Salah satunya melalui organanisasi kemasyarakatan (ormas), seperti ormas terbesar di Banten, Mathlaul Anwar.

“Kami memohon kepada keluarga besar Mathlaul Anwar untuk membekali anak didik muda kita dan masyarakat lingkungan sekitar dalam bermain media sosial agar dapat ilmu bermanfaat bukan dapat keburukannya. Jangan sampai anak muda terpapar paham intoleransi, radikalisme dan terorisme yang dapat menimbulkan perpecahan bangsa ini,” ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme  (BNPT) Komjen Pol. Dr, Boy Rafli Amar, MH, seperti dikutip dari siaran pers Pusat Media Damai (PMD) BNPT.

Pernyataan itu disampaikan Kepala BNPT saat melakukan Silaturahmi Kebangsaan dengan Keluarga Besar Mathlaul Anwar di Perguruan Mathlaul Anwar Pusat Menes, Pandeglang, Banten pada Kamis (11/8/2022).

Lebih lanjut Kepala BNPT menjelaskan, aksi terorisme, radikalisme dan intoleransi bisa merusak bangsa, meruntuhkan ekonomi hingga menimbulkan chaos di masyarakat. Salah satu contoh bentuk aksi terorisme adalah kejahatan di Papua yang membuat masyarakat merasa terancam karena banyaknya kasus pembunuhan dan meneror masyarakat. Selain itu dirinya juga memastikan bahwa terorisme tidak ada kaitannya dengan agama apapun.

“Tidak ada kaitannya semua terorisme dengan agama. Itu hanya salah persepsi oknum umat beragama. Terorisme itu bukan Islam. Jangan sampai terbawa pemahaman bahwa terorisme adalah perjuangan Islam. Mereka yang mendesain ini senang sekali jika terorisme dianggap merupakan bagian dari perjuangan Islam,” kata mantan Kapolda Papua ini menerangkan.

Bahkan menurutnya, ulama-ulama besar di Indonesia merupakan ulama pejuang dan juga pejuang ulama dengan prinsip cinta kepada negara. Karena perjuangan para tokoh ulama sesuai tujuan bernegara untuk mencerdaskan bangsa ini tentunya tidak mudah.

“Jangankan pakai senjata nuklir, generasi pejuang kemerdekaan yang hanya menggunakan bambu runcing saja sudah berani melawan penjajah yang ingin merebut Indonesia,” ujarnya.

Hal ini menurutnya sangat jauh berbeda dengan negara lain yang gagal menjaga identitas nasional. Sedangkan bangsa Indonesia dijaga oleh tokoh bangsa hingga tokoh ulama. Apalagi ketika proklamasi kemerdekaan RI, Soekarno-Hatta didampingi tokoh bangsa dan juga ulama Islam.

“Kita bersyukur diberikan pondasi yang luar biasa kuat. Sebanyak 273 juta penduduk Indonesia dibangun atas pondasi dan masukan dari tokoh agama, para wali dengan berkah rahmat Allah SWT. Banyak negara kecil terjadi perang saudara. Contohnya Afghanistan, Yaman,” ujarnya.

Dengan adanya contoh-contoh kejadian-kejadian konflik di berbagai negara tersebut dirinya meminta kepada keluarga besar Mathlaul Anwar untuk mewaspadai kelompok yang berupaya memecah belah bangsa. “Karena kelompok radikalisme dan terorisme selalu menggaungkan propaganda intoleran,” ujar mantan Kepala Divisi Humas Polri ini.

Oleh karena itu menurutnya, tentunya sangat penting sekali keluarga besar Mathlaul Anwar ini untuk  diajak serta dalam menyuarakan perdamaian di media sosial  sebagai upaya untuk ikut membantu merawat nilai-nilai persatuan dan kesatuan di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

 

Ormas Terbesar di Banten

Apalagi Mathlaul Anwar yang berdiri sejak tahun 1916  dan telah berusia 109 tahun pada Agustus 2022 ini telah memiliki lembaga pendidikan berbasis keislaman sebanyak 900 lebih madrasah di Banten dan di 34 provinsi lainnya.

“Dengan cara seperti demikian tentunya juga akan ikut menyelamatkan masyarakat Indonesia dari pengaruh paham radikalisme, terorisme dan intoleransi. Untuk itu mari kita menjaga selalu nilai persatuan dan kesatuan sebagaimana yang telah diajarkan pendiri negara kita dan alim ulama yang ikut berjuang merebut kemerdekaan Indonesia,” ujar mantan Kapolda Banten ini.

Dalam kesempatan tersebut Kepala BNPT juga menjelaskan bahwa dalam menjalankan program Deradikalisasi Berbasis Kesejahteraan, pihaknya bekerjasama dengan Indonesia Power di Labuan, Pandeglang.

“Kami berharap dengan adanya kerjasama dengan Indonesia Power ini kedepannya tidak ada lagi anak bangsa yang terjebak dalam paham radikalisme terorisme  dan terprovokasi oleh virus intoleransi,” ujarnya mengakhiri.

Sebelumya, Indonesia Power melalui Pesantren Mathlaul Anwar bekerjasama dalam memberdayakan eks napi terorisme (napiter) untuk mengolah limbah Flay As Bottom As (FABA) menjadi pupuk organik. Hasilnya, kebun kopi seluas 50 hektar yang dikelola eks napiter telah memanfaakan pupuk organik tersebut dengan hasil yang sangat baik.

Ketua Umum Pengurus Besar Mathlaul Anwar, KH Embay Mulya Syarief menyatakan komitmennya bahwa Mathlaul Anwar sebagai organisasi masyarakat berbasis Islam yang fokus dalam bidang pendidikan, dakwah dan sosial akan terus melawan radikalisme, terorisme dan intoleransi.

“Di usianya yang ke- 109 tahun ini Mathlaul Anwar akan terus berada di tengah-tengah masyarakat untuk terus berkontribusi dalam dakwah dan pendidikan dengan terus merawat nilai-nilai persatuan dan kesatuan masyarakat bangsa ini,” ujarnya.

Bahkan pihaknya selama ini  telah memberikan pemahaman kepada seluruh masyarakat secara terus menerus agar jangan sampai tertipu oleh narasi narasi yang menyerang pemerintah dan mengadu domba masyarakat.

“Karena kalau kita diadu domba dan masayrakat terpecah belah tentunya kita bisa dapat perang saudara nantinya. Jadi saya sekarang ini bekerja untuk  terus memberikan pemahaman di masyarakat agar jangan sampai mudah diadu domba,” kata Embay.

Direktur Utama Indonesia Power, M. Ahsin Sidqi mengungkapkan pihaknya terbuka untuk melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk dengan BNPT untuk memberdayakan eks napiter. Salah satunya yaitu pemanfaatan lahan dan pengolahan limbah FABA menjadi pupuk. “

“Indonesia Power hadir di masyarakat melalui program CSR/TJSL. Kami sering meminta masukan ke tokoh ulama untuk sosial mapping terkait apa yang diinginkan masyarakat dan problemnya. Nah kalau boleh, eks napiter akan kita jadikan contoh, kalau berhasil akan direplikasi di wilayah lain. Kami akan masuk setelah ada persetujuan dari BNPT,” kata M. Ahsin Sidqi.

Turut hadir mendampingi Kepala BNPT pada acara tersebut yakni Deputi bidang Penceghan, Perlindungan dan Deradikalisasi Mayjen TNI Nisan Setiadi, SE, Direktur Pencegahan Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid, SE, MM, Direktur Deradikalisasi Prof Dr. Irfan Idris, MA, Direktur Kerjasama Bilateral Brigjen Pol Kris Erlangga, Kasubdit Kontra Propaganda Kolenel Pas. Drs Sujatmiko dan Kasubdit Bina Dalam Masyarakat Kolonel Sus. Solahudin Nasution.

Dari pihak Mathlaul Anwar selain Ketua Umum KH Embay Mulya Syarief yakni Ketua bidang Hubungan Antar Lembaga dan  Hubungan Internasional, KH. Oke Setiadi Affendi, M.Sc,  Sekretaris Jenderal : Dr. H. Jihaduddin, M.Pd, beserta jajaran pengurus lainnya dan juga para tenaga pendidik di lingkungan Lembaga Pendidikan Mathlaul Anwar. ***