Kerukunan di Indonesia Sudah Lebih dari Sekadar Toleransi

oleh -
Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo. (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Protokol kesehatan (Prokes) dibuat untuk kepentingan masyarakat. Karena itu kesehatan merupakan hal yang paling penting saat ini.

Hal ini disampaikan oleh Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Romo Benny Susetyo, dalam acara yang bertajuk Edisi Mampir Romo Benny, ditayangkan Youtube PKUB Kemenag RI.

Benny menyampaikan hal ini merespons pertanyaan dari  Ketua Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama RI, Nifasri terkait mulai bosannya masyarakat terhadap Covid dan  makin menggebunya keinginan umat beragama untuk dapat beribadah secara langsung/offline.

Dia mengatakan bahwa Gereja Katolik sudah mulai membuka kegiatan beribadah di tempat. Namun dengan protokol ketat dan hanya memperbolehkan kapasitas Jemaat hanya sekitar 25 persen dari kursi yang tersedia.

“(Juga misa secara offline tersebut) Hanya untuk jemaat yang terdaftar. Hal ini dilakukan agar keinginan beribadah masyarakat dapat terakomodir namun tetap menjaga dan mencoba mengurangi risiko penyebaran Covid,” ujar Romo Benny.

Dia menambahkan bahwa mengurangi interaksi adalah cara membatasi penyebaran virus. “Karena itu, dengan segala kegiatan online diharapkan interaksi dapat terjadi namun tetap dalam koridor protokol kesehatan dan kebiasaan baru,” ujar Benny.

Terkait peristiwa teror di Katedral Makassar dan Mabes Polri Benny menyatakan terorisme terjadi karena banyak faktor salah satunya adalah mencari jati diri.

“Kegamangan terkait kondisi pandemi ini manusia seringkali kehilangan jati diri. Hal ini membuat para kaum radikal mengambil kesempatan dengan melakukan propaganda-propaganda berbalut agama dan manipulasi kitab suci untuk mencapai rencana mereka,” jelasnya.

Mereka yang disebut Benny sebagai pengikut ideologi maut itu seringkali mengabaikan konteks dari kitab suci dan mengutak atiknya untuk kepentingan sendiri demi merebut kekuasaan.

“Diharapkan dengan terimplementasinya moderasi beragama tidak ada ekstrimis radikal lagi. Diharapkan walau agama berbeda mereka tetap menjaga kedamaian, karena semakin beriman maka semakin ber-Pancasila. Agama menjadi inspirasi bathin dan sumber demokrasi  bukan sarana pemaksaan kehendak dan kepentingan,” lanjut Benny.

Terkait pertanyaan tentang perjalanan toleransi di Indonesia, Romo Benny menyatakan bahwa toleransi artinya membiarkan kerukunan beragama. Dan hal tersebut, di Indonesia sudah melampaui dari sekedar pembiaran.

Hal  itu dibuktikan oleh Candi Seribu di Mojokerto. Dulu Indonesia, katanya, bisa hidup bersaudara walaupun memiliki 1000 jenis aliran keyakinan.

Lebih lanjut hal ini dibuktikan oleh Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang berikrar berbangsa, bertanah air dan berbahasa satu. Hal tersebut membuktikan bahwa kita tidak hanya sekadar membiarkan, tapi bisa hidup rukun walaupun mempercayai hal yang berbeda-beda.

“Kuncinya sekarang adalah dapat dimulai dari keluarga dengan penanaman nilai-nilai, walaupun berbeda kita adalah satu,” tutup Romo Benny. (Ryman)