Ketua DPC ISKA Kota Surabaya, Farida Suhud: Lebih Segar, Kreatif dan Inovatif

oleh -
Ketua Ikatan Sarjana Katolik Cabang Kota Surabaya Dr. apt. Farida Suhud, M.Si. saat menerima tongkat. (Foto: JN)

Surabaya, JENDELANASIONAL.ID – Ketua Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (PP ISKA) Luky A Yusgiantoro, MSc, PhD melantik Dewan Pimpinan Cabang (DPC) ISKA Kota Surabaya periode 2022-2026.

Pelantikan tersebut berlangsung di Kapel St. Yohanes Gabriel Perboyre, Kampus Universitas Widya Mandala di Kampus Pakuwon City Surabaya, pada Minggu (26/2).

Dr. apt. Farida Suhud, M.Si. terpilih sebagai Ketua DPC ISKA Kota Surabaya, dan Theodora Amabel Beatrice, S.H. sebagai Sekretaris DPC ISKA Kota Surabaya. Pelantikan tersebut diawali dengan Misa Syukur dan berkat atas kepengurusan baru.

Menjawab pertanyaan Jendela Nasional, Farida Suhud mengatakan dengan bergabungnya kaum muda dalam kepengurusan yang baru diharapkan wajah ISKA menjadi lebih segar, dinamis, kreatif dan inovatif.

“Kepengurusan baru diharapkan lebih segar dan dinamis dengan bergabungnya teman muda yang kreatif dan inovatif. Saya berharap ISKA Cabang Surabaya akan semakin berkembang baik dari keanggotaan lintas usia, lintas bidang ilmu, bergandeng tangan saling mengisi untuk mewujudkan Visi dan Misi ISKA untuk berbagi dan  mengamalkan ilmu  dalam koridor iman Katolik, bagi masyarakat,” ujarnya pada Jumat (3/3).

Farida mengatakan, dalam waktu dekat pengurus akan melakukan rapat kerja untuk menyusun program-program yang feasible untuk ditindaklanjuti sesuai dengan perkembangan dan urgensi saat ini.

Terkait dengan rencana kerja di tahun politik menjelang Pemilu 2024, Farida mengatakan, pihaknya akan melaksanakan edukasi bagi umat Katolik di Keuskupan Surabaya.

“Rencana yang sudah pasti akan dilaksanakan adalah edukasi umat Katolik di Keuskupan Surabaya dalam rangka menyambut tahun politik, agar cerdas bersikap dan menentukan pilihan yang tepat demi kesejahteraan bangsa Indonesia ke depan,” katanya.

Gagasan tersebut, katanya, sudah disampaikan dalam pertemuan kelompok kategorial Keuskupan Surabaya beberapa waktu lalu. “Dan rencananya ISKA akan bergandengan tangan dengan WKRI (Wanita Katolik Republik Indonesia) sebagai motor untuk realisasi rencana ini,” pungkasnya.

Ketua Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (PP ISKA) Luky A Yusgiantoro, MSc, PhD bersama Ketua Dewan Penasihat ISKA, Hargo Mandirahardjo, SH, MKn, MM. (Foto: JN)

Dalam acara pembelakan pengurus DPC ISKA Kota Surabaya, Ketua Presidium Pusat ISKA Luky A Yusgiantoro mengatakan, aktivis ISKA dimanapun berada harus mengingat kembali orientasi jati diri pribadinya sebagai seorang Sarjana, yang basis keilmuannya berorientasi pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian masyarakat.

“Karena itu, sebagai kader, aktivis ISKA harus terus belajar, meneliti dan mengabdi pada masyarakat,” ujarnya.

Sebagai organisasi cendekiawan, ISKA cukup banyak menghasilkan kader dalam berbagai bidang disiplin ilmu. “Kita seharusnya mempunyai tanggung jawab untuk terus menjaga tradisi baik yang sudah ada yakni menjadi Center of Excellence atau Center of Knowldege Katolik,” imbuhnya.

Ketua Dewan Penasihat ISKA, Hargo Mandirahardjo, SH, MKn, MM menyampaikan perlunya para pengurus baru melihat kembali “Visi-Misi ISKA” dan rekomendasi ketetapan Munas tentang Program Organisasi.

Pelantikan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) ISKA Kota Surabaya periode 2022-2026. Pelantikan dilangsungkan di Kapel St. Yohanes Gabriel Perboyre, Kampus Universitas Widya Mandala di Kampus Pakuwon City Surabaya, pada Minggu (26/2). (Foto: JN)

Dalam kesempatan itu, Hargo memberikan contoh bagaimana organisasi ISKA tetap eksis menjadi organisasi cendekiawan yang tetap menunjukkan identitas 100 % Katolik dan 100% Indonesia, dengan tetap memperhatikan kemampuan dan potensi daerah masing-masing.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PP ISKA, Ch Arie Sulistiono, menyampaikan pokok gagasan yaitu tentang mplementasi AD ART dan Peraturan organisasi lainnya dalam organisasi ISKA.

Selanjutnya, dia juga menekankan bahwa ada forum tertinggi organisasi yang sebelumnya bernama Musyawarah Umum Warga (MUW), namun saat ini berganti nama menjadi Munas.

“Ini membawa implikasi organisasi lebih terstruktur dan lebih ketat. Keanggotaan menjadi stelsel aktif. Tidak lagi mengenal keanggotaan otomatis. Tetapi untuk dapat berlangsung dengan baik perubahan itu harus dibangun komunikasi baik dan tetap luwes, dengan tetap melandaskan diri pada prinsip – prinsip organisasi ISKA,” ujar Arie. ***