Ketua MPR RI Ajak Masyarakat Antisipasi Ancaman Krisis Global

oleh -
Ketua MPR dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan SAPMA Pemuda Pancasila Kota Bandung, bekerja sama dengan Universitas Pasundan, yang digelar secara virtual dari Jakarta, Senin (12/12/22). (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengingatkan memburuknya kondisi perekonomian negara-negara maju seperti Amerika dan China, bisa berdampak pada kinerja ekonomi domestik, termasuk kinerja di sektor ekspor.

Survei Reuters menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2022 diproyeksikan lambat dan hanya mencapai 3,2 persen, jauh dibawah target sebesar 5,5 persen. Kondisi tersebut, kata Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini, akan berpengaruh bagi Indonesia, mengingat 33,8 persen impor Indonesia bersumber dari Tiongkok, dan 21,8 persen tujuan ekspor Indonesia juga ke Tiongkok.

Dari sisi nilai investasi, BPS mencatat nilai investasi Tiongkok pada periode 2016 hingga 2020 meningkat dari 2,6 miliar US dolar menjadi 4,8 miliar US dollar.

“Dengan tingginya angka ketergantungan ekonomi Indonesia pada berbagai entitas internasional, dapat dipastikan bahwa setiap ancaman krisis global akan selalu berdampak nyata pada perekonomian nasional, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karenanya perlu dipertimbangkan berbagai langkah antisipasi,” ujarnya dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan SAPMA Pemuda Pancasila Kota Bandung, bekerja sama dengan Universitas Pasundan, yang digelar secara virtual dari Jakarta, Senin (12/12/22).

Langkah antisipatif tersebut, katanya, pertama adalah dengan mendorong kinerja ekspor dengan diversifikasi negara-negara tujuan ekspor, di samping diversifikasi produk-produk ekspor.

Kedua, sinergi yang selaras dan saling menopang antara kebijakan fiskal oleh Kementerian Keuangan dan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia, khususnya dalam menjaga nilai tukar rupiah, mengendalikan inflasi dan memberikan stimulus moneter untuk dunia usaha.

Ketiga, pemberdayaan UMKM sebagai sendi perekonomian nasional. UMKM memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional, dengan kemampuan menyerap 97 persen dari total tenaga kerja yang ada serta dapat menghimpun sampai 60,4 persen dari total investasi.

“Keberpihakan kepada UMKM tidak hanya diwujudkan melalui stimulus kebijakan, namun juga mendorong kemampuan UMKM untuk bersaing di era disrupsi. Karena meskipun lebih dari 99 persen perekonomian nasional ditopang oleh UMKM, namun pada kenyataannya, baru 24 persen pelaku UMKM yang telah memanfaatkan platform digital dalam menjalankan usahanya,” ujar Bamsoet.

Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, komunitas global saat ini sedang berjibaku menghadapi berbagai ancaman krisis yang ditandai oleh perlambatan perekonomian dunia.

IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini hanya sebesar 3,2 persen, dan diperkirakan akan semakin melemah pada tahun 2023 dengan proyeksi sebesar 2,7 persen. Bank Dunia juga memperkirakan produk domestik bruto (PDB) dunia akan menyusut menjadi 0,5 persen setelah terkontraksi 0,4 persen.

Kondisi perekonomian global juga terancam oleh lonjakan inflasi, atau bahkan inflasi yang super tinggi di beberapa negara. Krisis energi, krisis pangan, dan krisis keuangan global menyebabkan lebih dari 60 negara terancam akan mengalami kebangkrutan ekonomi dan ambruk. Sedangkan 28 negara tercatat telah mengajukan permintaan bantuan keuangan ke Dana Moneter Internasional (IMF).

“Namun demikian kita patut bersyukur, bahwa hingga saat ini, secara umum kinerja ekonomi kita menunjukkan hasil yang memuaskan. Bahkan dalam pandangan Dana Moneter Internasional (IMF), Indonesia dipandang sebagai titik terang di tengah gejolak ekonom dunia yang rentan terhadap berbagai ancaman krisis,” katanya.

Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang tahun 2022 terus menunjukan kinerja yang memuaskan, berturut-turut mencapai 5,01 persen pada kuartal I, meningkat menjadi 5,44 persen pada kuartal II tahun 2022, dan kembali meningkat 5,72 persen pada kuartal III.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan, kondisi global yang tidak baik-baik saja juga menjadi semakin suram karena perang Rusia-Ukraina menyebabkan disrupsi rantai pasok global, sehingga menimbulkan krisis pangan dan krisis energi. Perang Rusia-Ukraina memicu krisis pangan dunia karena hampir sepertiga dari pasokan gandum dunia, disuplai oleh Rusia.

Demikian juga Ukraina, menjadi negara produsen gandum terbesar ketujuh di dunia pada 2021/2022 dengan produksi sebesar 33 juta ton. Rusia juga menjadi negara eksportir pupuk terbesar di dunia, yang menopang sektor tahun pertanian penghasil pangan. Nilai ekspor pupuk Rusia mencapai 7 miliar US dollar sebelum perang Rusia-Ukraina, nilai ekspor pupuk Rusia mencapai 7 miliar US dollar.

“Krisis pangan dunia menyebabkan ratusan juta penduduk dunia mengalami kelaparan akut. Menurut catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Juli 2022, sekitar 345 juta orang penduduk dunia saat ini dalam kondisi sangat kelaparan. Pada sektor energi, Rusia adalah pengekspor minyak terbesar di dunia, dimana lebih dari 40 persen kebutuhan bahan bakar negara-negara Eropa bergantung pada pasokan dari Rusia,” jelas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum SOKSI dan Wakil Ketua Umum FKPPI ini menambahkan, meskipun hingga saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stabil di atas 5 persen, namun kondisi tersebut tidak menutup fakta bahwa ancaman resesi global adalah nyata.

Tidak hanya bagi negara berkembang, ancaman resesi juga menghantui negara-negara maju dengan kekuatan ekonomi besar, termasuk Amerika Serikat, China, dan beberapa negara Eropa yang pertumbuhan ekonominya diproyeksikan hanya 0,5 persen pada tahun 2023.

“Karena itu, kita tidak boleh terbuai oleh pujian IMF, bahwa prinsip kebijakan kita dalam menyikapi ancaman resesi global adalah optimistis, tetapi tetap waspada. Sebagai bagian dari komunitas internasional, dampak krisis global pasti akan berpengaruh pada ekonomi dalam negeri. Sekuat apapun pondasi perekonomian nasional, tidak akan membebaskan kita dari pengaruh kondisi ekonomi dunia dan geopolitik global,” pungkas Bamsoet.

Turut hadir antara lain, Wakil Rektor III Universitas Pasundan Deden Ramdan beserta segenap jajaran dan civitas akademika Universitas Pasundan, serta Ketua Pengurus Cabang Satuan Siswa Pelajar dan Mahasiswa (SAPMA) Pemuda Pancasila Kota Bandung Donny Febrian. ***