Larangan Beribadat Selama PPKM Darurat, Bukan Benturkan Agama dan Pemerintah

oleh -
Webinar Prodewa dengan tema “Pro dan Kontra Penutupan Rumah Ibadah Selama PPKM Darurat, Bagaimana Solusi Terbaik?”, pada Jumat (16/7). (Foto; Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Menjaga sesama ciptaan Tuhan adalah salah satu bentuk nyata dari ibadah.

Hal ini dikatakan Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny susetyo dalam acara Webinar Prodewa dengan tema “Pro dan Kontra Penutupan Rumah Ibadah Selama PPKM Darurat, Bagaimana Solusi Terbaik?”, pada Jumat (16/7).

Acara yang diselenggarakan oleh Progressive Democracy Watch ini  merupakan bentuk keprihatinan terhadap kondisi sosial masyarakat yang belum memahami hakikat pembatasan aktivitas rumah ibadah terkait PPKM darurat. Acara ini juga sebagai upaya mencari solusi agar masyarakat tidak terjebak dalam narasi negatif serta berita hoax terkait pembatasan aktivitas rumah ibadah terkait PPKM darurat.

Lebih lanjut, Benny menyatakan bahwa pembatasan perlu terkait pandemi yang makin merajalela. Di saat-saat seperti ini ada hukum dan peraturan yang lebih penting yaitu hukum yang mementingkan kepentingan umum yaitu keselamatan umat manusia.

“Karena itu, Gereja mematuhi protokol kesehatan sesuai dengan kebijakan pemerintah yaitu gereja yang berada dalam zona merah melakukan ibadah online sedangkan gereja yang berada di zona selain merah dilakukan ibadah dengan maksimal 25% kapasitas tempat ibadah dengan menerapkan  protokol kesehatan yang ketat,” ujarnya.

Benny berpendapat perlu dijelaskan lebih lanjut bahwa yang dilarang adalah kerumunan, bukan ibadah. “Sedianya ibadah khususnya pada Umat Kristen dan Katolik dapat dilakukan secara daring hingga protokol kesehatan dapat terlaksana. Selain itu disaat yang kurang menyenangkan seperti ini saatnya kita semua berpikir positif bahwa semua ini dilakukan pemerintah semata-mata demi keamanan seluruh rakyat Indonesia dan agar pandemi tidak semakin meluas. Karena itu, sudah saatnya kita tidak terjebak pada propaganda negatif yang membenturkan agama dan pemerintah,” ujarnya.

Menutup paparannya, Benny mengatakan, ibadah yang sejati adalah bagaimana kita menjaga dan mencintai sesama ciptaan Tuhan. Adapun bukti nyata mencintai sesama ciptaan Tuhan dalam masa pandemik adalah dengan dengan disiplin melaksanakan dan mematuhi protokol kesehatan agar Pandemi tidak lagi melebar dan dapat segera ditanggulangi.

 

Dukung Kebijakan PPKM Darurat, Namun Harus Lakukan Check and Balance

Sementara itu, Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat, Dr. K.H. Asrorun Niam menyatakan bahwa tidak ada pelarangan ibadah. Namun diperlukan adaptasi agar tidak memperluas penularan wabah. Selain itu komitmen beragama dapat dilaksanakan dengan tidak membahayakan jiwa atau orang lain.

Namun Asrorun juga mengingatkan bahwa walaupun kita harus mendukung kebijakan PPKM Darurat, tapi juga selalu melakukan check and balance terhadap kebijakan semata-mata untuk perbaikan yang berkesinambungan karena pemerintah juga membutuhkan saran dan pendapat dari masyarakat.

Hal ini, katanya, dibuktikan dengan beberapa kebijakan terkait pembatasan yang mengalami beberapa kali perubahan karena memperhatikan umpan balik dari masyarakat.

Pembicara terakhir KRHT Astono Chandra  dari unsur Parisada Hindu Dharma Indonesia menyatakan bahwa melaksanakan PPKM Darurat berarti melaksanakan Dharma Negara yaitu selalu menjadi bagian yang berkontribusi baik dalam suatu perkumpulan dan komunitas dalam hal ini negara.

Selain  itu PPKM Darurat wajib didukung  karena merupakan perwujudan dari Guru Wisesa, yaitu bagaimana kita hormat dan mentaati peraturan dan anjuran yang dibuat oleh Negara.

Lebih lanjut Astono menyatakan bahwa Umat Hindu percaya bahwa Tuhan ada di berbagai tempat. Jadi beribadah tidak harus di tempat peribadatan. Segala aktivitas penunjang peribadatan seperti silaturahmi dan pendidikan dapat dilaksanakan secara online.

Astono pada poin  penutupnya menyatakan bahwa sudah waktunya untuk tidak mempertentangkan hal yang tidak patut dipertentangkan. “Yang paling penting untuk kondisi saat ini adalah menjaga kesehatan fisik dan Jiwa, karena menjaga kesehatan diri berarti juga menjaga kesehatan sesama dan jika kita semua bisa saling menjaga maka diharapkan keseimbangan semesta yang goyah akibat pandemi Covid 19 ini dapat kembali  diraih,” pungkasnya. (*)