Lari Virtual untuk Berbagi Kebaikan

oleh -
Romo Dr. Antonius Widyarsono SJ, pelari maraton, pengajar filsafat hukum serta Pastor Moderator PP ISKA bersama host Hermien Y. Kleden, pelari 10 Km, jurnalis dan juga Wakil Ketua PP ISKA Bidang Luar Negeri dalam acara “Lari Virtual Berbagi Kebaikan (LVBK). (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Untuk pertama kalinya, empat komunitas lari alumni sekolah homogen Jakarta bekerja sama menggalang donasi bagi anak-anak keluarga prasejahtera. Bertema “Lari Virtual Berbagi Kebaikan (LVBK)”, para Canirunners, Tarki Runners, Sanurunners dan PL Runners berlari sepanjang Agustus 2020.

Romo Dr. Antonius Widyarsono SJ, pelari maraton, pengajar filsafat hukum serta Pastor Moderator PP ISKA. (Foto: ist)

Aksi amal LVBK kemudian menghadirkan pula anggota Serikat Jesus (SJ) Provinsi Indonesia, juga di luar negeri. Sebuah rekor baru pun pecah dalam sejarah SJ. Ada 85 Jesuit berlari seraya membawa seruan, “Jesuit Berlari, Anda Berdonasi”.

Hingga pekan ketiga Agustus, dana yang terhimpun telah mencapai Rp 1,4 milyar, yang disalurkan untuk Program Meretas Asa oleh Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta.

Upaya kemanusiaan di lini lari berhasil menembus ribuan hati, memancarkan cahaya kebaikan di tengah pandemi: karena berbagi, kita berarti.

Lari Virtual Berbagi Kebaikan ini diangkat oleh Forum Diskusi (FoKus) Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) dalam diskusinya yang digelar pada Jumat (28/8). Diskusi edisi 8 kali ini menghadirkan Romo Dr. Antonius Widyarsono SJ, pelari maraton, pengajar filsafat hukum serta Pastor Moderator PP ISKA dan Romo Christoforus Christiono SJ, Direktur Eksekutif Lembaga Daya Dharma serta Ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Agung Jakarta, dan Glend Sebastian, seorang pelari marathon, dengan host Hermien Y. Kleden, pelari 10 Km, jurnalis dan juga Wakil Ketua PP ISKA Bidang Luar Negeri.

Romo Christoforus Christiono SJ, Direktur Eksekutif Lembaga Daya Dharma serta Ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Agung Jakarta. (Foto: Ist)

Romo Dr. Antonius Widyarsono, SJ, Penasihat Rohani ISKA dan juga dosen Filsafat Hukum di STF Driyarkarya, serta formatur para frater dan bruder Jesuit di Jakarta ini mengatakan “dengan berlari, kita bisa berkolaborasi dengan sesama komunitas Jesuit”.

Program ini bekerja sama dengan Lembaga Daya Dharma (LDD) Jakarta untuk menggalang dana bagi sesama yang kemampuan ekonominya masih taraf prasejahtera, khusus di Jakarta.

Acara Berlari Untuk Kemanusiaan ini, katanya, diikuti oleh 85 Imam dan Frater Jesuit serta 1 Imam Projo KAJ. Peserta lari yang paling muda berusia 23 tahun, yaitu seorang frater SJ, dan yang paling tua berusia 75 tahun, yakni Romo Ismartono, SJ. Romo Widyarsono mengatakan, bahwa jarak berlari yang ditempuhnya dalam waktu satu bulan mencapai 150 km.

“Sebagaimana ajaran Santo Ignasius Loyola, bahwa latihan rohani seperti meditasi dan kontemplasi, identik dengan latihan fisik, yakni olaraga lari dan sebagainya. Dengan latihan fisik yang dijalankan, akan memampukan kita untuk setia dalam melakukan latihan rohani,” ujar Romo Widyarsono.

Dengan menjalankan “phisical movement” seperti ini, akan menambah fit dan kesehatan, serta kebugaran  tubuh. “Hal inilah yang disebut ‘personal value’ yang saya alami selama ini,” ujarnya.

Romo Widyarsono mengatakan, dengan berlari hingga 15 menit ke atas, akan meningkatkan hormon endorfin, sehingga apa pun beban hidup yang sedang dialami, akan terasa ringan, bahkan hilang.

Romo Christoforus Puspo, SJ mengucapkan banyak terima kasih kepada Komunitas Jesuit dan keempat sekolah homogen yakni Kanisius, Santa Ursula, Tarakanita, dan Pangudi Luhur, yang atas kerja sama dan donasinya berupa paket yang berisi masker, rautan, penghapus, pulpen, pensil, dan buku tulis.

Paket tersebut yang jika diuangkan sebesar Rp 50.000. “Dan satu paket ini merupakan  upah bagi pelari yang menempuh jarak 1 km. Semua paket itu akan disumbangkan kepada siswa/i dari keluarga yang kurang mampu, yang disalurkan  melalui LDD,” ujarnya.

Glend Sebastian, seorang pelari marathon. (Foto: Ist)

Romo Christoforus menambahkan bahwa dengan menyumbangkan paket di atas, hal ini menjadi perwujudan dari Program Meretas Asa yang sudah lama dicanangkan oleh LDD.

“Walau saat ini kita sedang dilanda Covid 19, tapi Tuhan pasti menganugerahkan kepada kita ‘nyala api  bela rasa’, agar memampukan kita untuk menolong sesama yang membutuhkan, khususnya dalam wilayah KAJ,” ujarnya.

LDD saat ini sudah memasuki usia 58 tahun usia pelayanannya. Dan yang menarik bahwa selama ini, pelayanan LDD itu bukan hanya bagi umat Katolik saja, tapi juga semua keluarga prasejahtera tanpa membedakan agamanya. Dan yang lebih banyak mendapat bantuan, adalah saudara/i kita yang non Katolik.

Sementara itu pelari marathon, Glend Sebastian mengatakan acara yang diselenggarakan oleh empat sekolah homogen itu menimbulkan kolaborasi  antar pelari.

“Walaupun kita lagi ditimpa Pandemi Covid 19, maka kita pun semakin membagi banyak kebaikan untuk sesama dengan donasi yang kita kumpulkan dalam acara ini,” pungkasnya. (Ryman)