Media Sosial Harus Jadi Alat Majukan Nilai-nilai Kemanusiaan dan Persatuan

oleh -
Kabar hoaks. (Foto: Ilustrasi)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Media sosial seharusnya menjadi alat untuk memajukan nilai-nilai kemanusiaan dan pemersatu bangsa bukan sebaliknya. Namun yang terjadi saat ini justru sebaliknya, malah menjadi alat pemecah belah persatuan bangsa dan nilai-nilai yang bertentangan dengan kemanusiaan.

“Banyak konten-konten medi sosial yang dampak buruk yang dapat mereduksi nilai kemanusiaan seperti sentimen SARA, permusuhan di media sosial, sebaran hoaks atau ujaran kebencian yang arahnya dapat menghancurkan keutuhan NKRI,” ujar Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Antonius Benny Susetyo dalam webinar penguatan nilai-nilai Pancasila dengan tema “Menangkal Radikalisme dan Sebaran Berita Hoax di Era Keterbukaan Informasi”, Senin, (12/7/2021).

Menurutnya di era digital ini, komunikasi tidak hanya untuk menambah ilmu, media bisnis dan promosi melainkan untuk sesuatu dengan nilai yang lebih dari ekonomi.

“Untuk itu, perlu mengisi ruang publik dengan konten-konten yang membangun harapan, motivasi, cara berpikir positif, menghibur dan bersifat inspiratif”, tegasnya.

Ketua Umum DPP Prajaniti KS Arsana berharap melalui dialog kebangsaan Prajaniti ini sebagai bentuk kontribusi umat Hindu melalui organisasi Prajaniti dalam melakukan Dharma Negara, pengabdian kepada bangsa dan negara, untuk menumbuhkan kedewasaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam dinamika demokrasi Pancasila untuk memelihara, memperkuat, dan membangun Indonesia menjadi negara maju.

“Sebagai sebuah bangsa yang besar, Indonesia memiliki keragaman suku, agama, ras dan antar golongan yang berbeda dengan negara lain di dunia. Kemajemukan entitas masyarakat ini turut menjadi sebuah kekuatan bangsa dalam bingkai nilai-nilai dasar negara, yakni Pancasila,” ujarnya.

Ia menjelaskan fase demokrasi Indonesia saat ini sedang mengalami era keterbukaan informasi. Situasi yang sangat memungkinkan bagi setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam mengakses dan memperoleh informasi yang baik dan benar.

“Meskipun itu, penyebaran melalui gerakan terorisme antar kelompok maupun radikalisme agama, hal lain yang juga tak luput dilakukan para pembajak demokrasi melalui media sosial adalah dengan melakukan serbuan berita hoaks, yang sering kali dapat menyebabkan disinformasi bahkan pertentangan di dalam masyarakat” jelasnya.

“Tentu, hal demikian sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah hidup masyarakat Pancasila,” sambungnya.

 

Isi Media Sosial dengan Informasi Positif dan Edukatif

Ketua Komisi Informasi Publik RI Gede Narayana mengatakan keberlimpahan informasi harus disikapi dengan cara yang bijaksana, dengan merujuk logika positif, etika, dan sopan santun serta budaya bangsa.

“Pelaku terorisme sama halnya dengan pembuat serta penyebar, karena dapat membahayakan, merugikan negara, pembunuhan karakter, dan sejenisnya,” ujarnya.

Ia bahkan mengajak seluruh anak-anak muda generasi bangsa untuk mengisi media sosial dengan informasi yang positif, memotivasi, edukatif berdasakan nilai-nilai Pancasila.

“Saya hanya berharap kepada semua anak bangsa untuk mengisi media sosial dengan informasi yang menyejukkan, edukatif, menambah pengetahuan, hiburan, dan tidak perlu sampai membuat kegaduhan karena bangsa kita punya budaya yang santun dan bijak,” ajaknya.

Dalam kesempatan yang sama Deputi Pencegahan Terorisme BNPT Brogjen Pol. R. Ahmad Nurwahid berharap semua elemen masyarakat memilki peran dalam mencegah aksi terorisme maupun radikalisme yang memiliki motif berbeda-beda.

“Aksi terorisme merupakan perbuatan dengan kekerasan ancaman yang menimbulkan gangguan keamanan, korban jiwa, kerusakan penghancuran fasilitas publik,” ujarnya.

Menurutnya radikalisme dan terorisme sangat berbahaya (extraordinary crime) karena bisa menyasar siapa saja dan terjadi dimana saja bahkan pemeluk agama-agama lain yang justru bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri.

“Maraknya radikalisme, terorisme mengakibatkan konflik suatu bangsa seperti di Suriah, Afganistan, Libya. Sementara negara kita adalah negara yang paling majemuk beragam suku, agama, dan sumber daya alam yang melimpah perlu waspada karena menjadi sasaran penghancuran dari bangsa lain,” pungkasnya. (Ryman)