Menimba Spirit Maha Guru Gus Dur dari Pameran Lukisan

oleh -
Sinta Nuriyah saat membuka pameran tunggal lukisan karya Nabila di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (22/11). (Foto: NUOnline)

JENDELANASIONAL.COM  — Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) menggelar pameran tunggal seni rupa ‘Sang Maha Guru’ Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Pameran yang menampilkan 29 lukisan Gusdur karya pelukis Nabila Dewi Gayatri ini berlangsung dari 22-30 November 2018.

Sang kurator Nabila Dewi Gayatri mengatakan pameran tunggal ketiganya itu, khusus didedikasikan kepada almarhum Presiden ke-4 Abdurahman Wahid atau Gus Dur. Ia menyadari bahwa tak cukup menggambarkan seorang Gus Dur dengan seluruh gaya hidupnya hanya dari sebuah lukisan.

“Hakikatnya bukan hanya untuk mengenang Gus Dur, tetapi juga sebagai harapan munculnya Gus Dur lain setelahnya,” kata Nabila di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Kamis (22/11/2018).

Menurut Nabila, kehadiran sosok seperti Gus Dur sudah sangat urgen di tengah kondisi bangsa yang mulai surut nilai-nilai pluralismenya. Perlu muncul sosok  Gus Dur yang baru sebagai pengayom masyarakat.

“Kita membutuhkan orang-orang yang sanggup menyatukan perbedaan. Menempatkan suatu golongan dalam satu ikatan,” katanya.

Menurutnya, Gus Dur bukan hanya milik umat Islam saja, melainkan sudah menjadi aset semua kalangan umat beragama.

“Saya berusaha menghadirkan Gus Dur di ruang kegiatan kita. Menggambarkan Gus Dur tidak cukup dengan kata-kata. Kalau saya sebut maha guru karena Gus Dur punya karomah yang jelas,” ujarnya.

Istri almarhum Gus Dur, Shinta Nuriah Wahid, yang meresmikan pembukaan pameran ini,  menyampaikan, pemeran tunggal itu membuktikan kesenian bukan sekedar karya kreatif. Tetapi juga bisa mengekspresikan ideologi dan keberpihakan si pembuatnya terhadap nilai dan spirit sang tokoh.

“Saya lihat dalam event ini, kita tidak hanya bisa lihat keindahan karya seni tapi kembali ingat spirit nilai-nilai perjuangan Gus Dur merawat bangsa ini,” pungkasnya.

Acara ini pun turut dihadiri Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj dan beberapa perwakilan organisasi lintas agama. (Ryman)