Mgr. Paskalis Resmikan Gereja Santa Faustina Kowalska Tajurhalang-Bojonggede

oleh -
Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM saat penandatanganan prasasti dedikasi gereja Sta Faustina Kowalska Tajurhalang-Bojonggede dalam perayaan misa pada Kamis (22/12). (Foto: Ist)

Tajurhalang, JENDELANASIONAL.ID – Uskup Keuskupan Sufragan Bogor, Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM meresmikan Gereja Santa Faustina Kowalska Tajurhalang, Bogor, pada Kamis (22/12). Peresmian gereja tersebut ditandai dengan misa “Dedikasi Gereja Paroki St Faustina Kowalska Tajurhalang”.

Misa dipimpin oleh Mgr Paskalis Bruno Syukur yang didamping RD. Mikail Endro Susanto dan Vikjen Keuskupan Bogor, RD. Yohanes Suparta serta staf Kuria Keusukupan Bogor.

Misa terdiri dari 5 bagian yaitu Ritus Pembuka, Liturgi Sabda, Doa Dedikasi dan Pengurapan Gereja, Liturgi Ekaristi dan Ritus Penutup.

Acara dimulai dengan penyerahan gedung gereja oleh wakil umat Paroki Faustina Kowalska Tajurhalang. “Dengan gembira hati kami menyerahkan pintu utama gereja sebagai simbol penyerahan gedung gereja ini, hasil dari jerih payah umat Allah di Paroki Sta. Faustina Kowalska Tajurhalang untuk perayaan kurban dan kemuliaan Allah,” ujarnya di hadapan Uskup.

“Dengan gembira, saya menerima gedung gereja ini. Semoga jerih payah dan usaha keras dari seluruh umat Paroki Sta. Faustina Kowalska berkenan kepada Allah,” ujar Mgr Paskalis sambil meminta Pastor Paroki RD. Mikail Endro Susanto membuka pintu gereja.

Selanjutnya dilakukan pemberkatan dan pemercikan air berkat, baik terhadap dinding maupun altar.

 

Saat perarakan memasuki Gereja Sta Faustina Kowalska Tajurhalang.

Hati yang Memaafkan dan Penuh Belas Kasih

Dalam awal khotbahnya Mgr. Paskalis menukil cerita oleh seorang rekan uskup dan pastor terkait gereja tersebut. Sang Uskup dan pastor mengatakan bahwa tanah di Tajurhalang-Bojonggede ini akan menjadi “firdaus” bagi kehidupan umat.

“Karena mereka meyakini bahwa di atas tanah ini akan didirikan sebuah rumah khusus untuk Allah. Dan rumah Allah itu diyakini sebagai rumah khusus bagi kita semua untuk dapat menyembah dan memuliakan Allah. Dan hari ini nubuat mereka itu terpenuhi,” kata Uskup di hadapan umat yang merasakan sukacita tersebut.

Uskup mengatakan, nubuat tersebut tentunya tidak dapat dipisahkan dari kerinduan umat di Bojonggede ini. Kerinduan yang terpatri di dalam hati bahwa umat Allah mendambakan sebuah tempat khusus untuk berdoa.

Kita merasakan bahwa Allah itu sungguh hadir di tengah umat-Nya. “Dan inilah Allah yang kita imani, yaitu Allah yang selalu bersama kita, Allah yang Immanuel. Dan inilah keyakinan iman kita yaitu Allah yang selalu berjalan di dunia ini bersama kita,” ujar Mgr Paskalis.

Kerinduan itu, kata Uskup, terpenuhi dengan adanya gereja yang didirikan di sini, di tempat ini. Karena itu, Uskup Paskalis meminta umat untuk senantiasa memupuk kerinduan tersebut di bawah bimbingan pastor paroki dan DPP.

Kita pada hari ini, kata Uskup, bersyukur karena bisa mewujudkan kerinduan tersebut, seperti umat Israel yang juga rindu dan memiliki bait Allah.

Terkait mereka yang tidak percaya terhadap kepenuhan janji Allah tersebut, kata Uskup, merupakan urusan mereka. Karena itu, umat tidak perlu mempersoalkannya. “Urusan orang yang tidak percaya merupakan urusan diri mereka. Tapi Allah yang kita imani adalah Allah yang menyatakan kebenaran. Jika Anda mau diselamatkan maka Anda harus mengikuti kebenaran dan ajakan Sang Kehidupan, Yesus Kristus. Jadi, kita tidak perlu mempersoalkan mereka yang tidak mengimani Yesus Kristus,” ujarnya.

Pertanyaannya, Allah seperti apakah yang kita imani tersebut?

Menurut Uskup, di tempat ini, di Gereja Sta Faustina Kowalska, umat Allah harus mengimani Allah yang Maharahim. “Santa Faustina mengalami sendiri Allah. Allah yang dikenal Faustina melalui Yesus adalah Allah yang maharahim,” kata Uskup.

Karena itu, kata Uskup, di Gereja Sta Faustina ini, kita pertama-tama harus mengimani Allah yang maharahim. “Karena itu, kita di sini adalah orang yang memiliki hati yang berbelas kasih, hati yang mau memaafkan, yang rendah hati. Kita percaya bahwa Allah itu maharahim. Karena itu, di sini, harus menjadi tempat orang yang berbelas kasih,” ujarnya.

“Mudah-mudahan, di sini, di gereja ini, kita menjadi keluarga yang merasakan belas kasih, bukan keluarga yang penuh dengan perpecahan dan perkelahian. Karena itu, Tuhan yang Maharahim harus menjadi spirit dalam keluarga kita. Marilah kita datang ke sini, ke tempat Allah yang Maharahim itu,” pungkas Uskup.

 

Umat Paroki Sta Faustina Kowalska merayakan misa bersama. (Foto: Ist)

Sembilan Bulan

Selama 9 bulan, Romo Paroki, pastor pembantu, panitia dan seluruh umat dengan dibantu oleh berbagai donatur, membangun Gereja Paroki Sta Faustina Kowalska.

Ketua Panitia Pelaksana Pembangunan Gereja, Darius Djari mengatakan, kerinduan umat akan sebuah gereja sebenarnya sudah dimulai sejak 7 tahun lalu.

Darius mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas bantuan dalam pelaksanaan pembangunan gereja tersebut. “Kami mengakui bahwa masih ada yang kurang, seperti bangku-bangku yang belum semuanya terisi,” katanya.

RD Mikail Endro Susanto mengatakan, awalnya pembangunan tersebut hanya dimaksudkan untuk merenovasi gedung. Dia mengatakan, dari sisi keuangan, sebenarnya pembangunan tersebut tidak memadai. “Namun, berkat uluran tangan berbagai pihak, para donatur, pelaksanaan pembangunan gedung gereja ini bisa terlaksana,” ujarnya.

RD Endro mengatakan, ke depan, pihaknya masih terus melanjutkan pembangunan. “Pada Januari nanti kita akan membuat Plaza Kerahiman, dan tempat penitipan abu jenazah Santa Faustina Kowalska,” ujarnya.

RD Endro juga berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah menyukseskan acara dan pembangunan gereja paroki tersebut, antara lain kepada tim penulis buku “Paroki Santa Faustina Kowalska Bojoggede, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Iman Katolik di Tatar Bojonggede”, Thomas Ataladjar dan kawan-kawan.

Vikjen Keuskupan Bogor, RD. Yohanes Suparta mewakili Uskup Bogor mengatakan kehadiran gereja ini menunjukkan bahwa kita mencintai Allah, dan mencintai kemanusiaan kita.

“Karena kepedulian kita maka gereja ini hadir. Semoga kehadiran gereja ini bisa menghadirkan kerahiman Allah,” katanya.

RD Yohanes mengatakan, gereja ini menjadi sarana keselamatan dan rahmat bagi kita semua. Karena itu, semoga melalui gereja ini kita memperoleh keselamatan.

RD Yohanes mengatakan, sebagai satu jemaat, kita harus menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran dan bukan menyembah yang lain. “Di sini kita juga membangun cinta kasih dan bukan membangun kehendak masing-masing,” katanya.

Dia mengungkapkan bahwa sebagai satu keuskupan kita semua patut bersukacita. “Semoga gereja ini membawa kesatuan dan sukacita yang menghadirkan rahmat dan keselamatan bagi umat di sekitar kita,” ujarnya.

Setelah misa, dilanjutkan dengan pemberkatan dan penandatanganan prasasti dedikasi gereja, yang selanjutnya diikuti pemberkatan Stasi Jalan Salib.

Misa tersebut dihadiri oleh para undangan antara lain para donatur, perwakilan DPP dari paroki se-Keuskupan Bogor, biarawan/biarawati, dan Polsek Tajurhalang. Tampak hadir juga Stevan Leks, seorang teolog dan penulis buku Kerahimannya Tak Mengenal Batas.

Paroki Santa Faustina Kowalska berdiri di atas lahan seluas 1,3 ha, lengkap dengan tempat parkir. ***