Mgr. Rolly Untu, MSC: Kepenuhan yang Terjadi Setelah Kita Mengosongkan Diri

oleh -
Uskup Manado, Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu, MSC, memimpin ibadat Vesper Mulia dalam rangka tahbisan Uskup Amboina Mgr Seno Ngutra, Jumat (23/4) pukul 18.00 WIT. Acara tersebut berlangsung di Gereja Katedral St. Fransiskus Xaverius – Ambon.

Ambon, JENDELANASIONAL.ID — Uskup Manado, Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu, MSC, memimpin ibadat Vesper Mulia dalam rangka tahbisan Uskup Amboina Mgr Seno Ngutra, Jumat (23/4) pukul 18.00 WIT. Acara tersebut berlangsung di Gereja Katedral St. Fransiskus Xaverius – Ambon.

Seperti dikutip Mirifica.net, dalam Vesper mulia ini, Uskup terpilih, Mgr. Seno Ngutra mengakui imannya dan bersumpah untuk setia kepada Bapa Suci di Roma. Sumpah tersebut disaksikan para uskup, para imam, biarawan-biarawati dan seluruh umat yang hadir. Kemudian Uskup Amboina terpilih menandatangani pernyataannya di hadapan Mgr. Pierro Pioppo, Nuntius Apostolik tahta suci Vatikan untuk Indonesia, mewakili Paus Fransiskus.

Kemudian, Mgr. Rolly Untu, msc memberkati insignia (perlengkapan yang digunakan uskup terpilih),  cincin, solideo, biretta, jubah, ban/sabuk, mitra, tongkat, dan tahta uskup.

Acara tersebut dihadiri dua puluh lima uskup dan perwakilan keuskupan yang uskupnya tidak berkesempatan hadir, para imam, biarawan-biarawati, keluarga uskup terpilih dan umat beriman.

Dalam kotbahnya, Mgr. Rolly, menegaskan bahwa seorang pemimpin diberi tugas untuk menggembalakan domba-domba. Merujuk ke pengalaman dan nasehat Santo Petrus, Uskup Manado yang ditahbiskan 08 Juli 2017 ini, mengingatkan uskup terpilih untuk sungguh duc in altum, tidak mencari keuntungan diri dan merelakan diri, bahkan meninggalkan segala-galanya; melepaskan diri dari program-program pribadi dan segala hal yang menghambat karya penggembalaan.

 

Mgr. Rolly Untu, msc memberkati insignia (perlengkapan yang digunakan uskup terpilih), cincin, solideo, biretta, jubah, ban/sabuk, mitra, tongkat, dan tahta uskup.

Karena seorang uskup sama seperti Yesus, datang untuk melayani bukan untuk dilayani. Hendaklah menjadi teladan, tidak main kuasa dan membangun relasi yang baik antar gembala dan umat.

Uskup terpilih, katanya, tentu sangat paham dengan perkataan “Aku datang untuk melayani bukan untuk dilayani”. “Belajar studi hukum dan saya dengar bagaimana Uskup terpilih di dalam pelayanan, pastoralnya sebagai juga vikaris yudisial menggabungkan hukum, kuasa dengan pastoral, ini dimaksudkan untuk pelayanan umat,” ujarnya.

Dia mengatakan bahwa sama seperti Petrus, seorang gembala harus menjadi teladan bagi kawanan dombanya. Karena itu, dia harus membangun relasi dan hubungan yang baik antara gembala dan kawanan domba.

“Saya membaca dalam buku yang diterjemahkan Komisi Seminari KWI tahun 2018 yang menggabungkan dua hal ini. Dua figur peran ini yaitu gembala dan domba, gembala itu juga domba, dan kita ingat bagaimana Yohanes Pembaptis menunjuk Yesus, ‘Lihatlah anak domba Allah yang telah menghapus dosa dunia’. Hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawananmu seperti anak domba itu, ia gembala tetapi juga anak domba dan ini tentu menjadi  inspirasi dan motivasi bagi kita,” ujarnya.

Dia mengatakan, bagi Uskup terpilih dan kita semua yang mengambil bagian di dalam imamat dan pengorbanan Yesus untuk melayani, Petrus mengatakan, “Mahkota yang akan kamu terima, mahkota kemuliaan yang tidak akan binasa”.

Karena itu, inilah kepenuhan yang akan terjadi tetapi sesudah kita mengosongkan diri, sesudah memberikan diri, sesudah melayani, sesudah mengabdi.

“Maka mahkota akan diberikan. Mari kita mohon, semoga dengan membuka diri, dengan mengosongkan diri menjadi inspirasi bagi kita semua khususnya untuk Uskup terpilih agar dipenuhi oleh Rahmat Tuhan,” pungkasnya. ***