Miliki Daya Tarik Besar, Pemerintah Diminta Waspada Terhadap Aksi Teror Jelang G20

oleh -
Pengamat intelijen Stanislaus Riyanta. (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID – Seorang perempuan warga Koja, Jakarta Utara, Siti Elina (24), pada Selasa (25/10) berupaya menerobos Istana Presiden di Jakarta. Perempuan tersebut membawa senjata api jenis FN, yang sempat ditodongkan ke Paspampres yang berjaga.

Peneliti Pusat Riset Ilmu Kepolisian dan Kajian Terorisme Universitas Indonesia, Stanislaus Riyanta meminta berbagai pihak untuk meningkatkan kewaspadaan, agar bisa mencegah aksi teror.

Hal tersebut, katanya, harus dilakukan terutama menjelang perhelatan dengan daya tarik yang sangat besar yaitu G20.

“Pelaku perempuan dan keluarga akan sulit dideteksi, karena biasanya tidak ada komunikasi dengan pihak lain sehingga tidak terpantau oleh aparat. Perhatian serius terhadap fenomena aksi teror tersebut terutama menimbang bahwa Indonesia akan menyelenggarakan perhelatan besar G20, yang tentu saja daya tariknya sangat besar terutama untuk menunjukkan eksistensi kelompok-kelompok teroris yang sudah semakin terdesak oleh aparat keamanan,” ujar Stanislaus dalam pernyataannya, di Jakarta.

Stanislaus mengatakan, aksi teror tersebut juga telah memicu berbagai tanggapan publik. Tidak sedikit publik yang menyebut bahwa aksi tersebut adalah lone wolf terror, aksi seorang diri.

Menurutnya, sebelum menganggap bahwa aksi tersebut adalah lone wolf terror, perlu dipahami terlebih dulu definisi dari lone wolf terror.

Dalam terminologi terorisme, lone wolf terror adalah aksi teror yang dilakukan oleh seseorang (pelaku tunggal) tanpa bantuan orang lain termasuk dalam perencanaan maupun aksinya, meskipun dimungkinkan bahwa aksi tersebut diinspirasi oleh orang atau kelompok tertentu.

“Melihat kasus yang terjadi pada Selasa 25/20/2022, bahwa pelaku menggunakan senjata api sejenis FN, maka kecil kemungkinan bahwa pelaku adalah lone wolf. Hal ini karena sangat kecil kemungkinan pelaku mendapatkan senjata tersebut dengan usaha sendiri, artinya ada pihak lain yang menyediakan senjata untuk pelaku, sehingga istilah lone wolf tidak tepat disematkan dalam kejadian tersebut,” ujarnya.

Stanislaus mengatakan, adalah tindakan terburu-buru menilai kasus tersebut sebagai lone wolf terror karena justru akan menegasikan peran kelompok atau aktor tertentu yang kemungkinan menjadi penyedia senjata atau bahkan berperan sebagai pengendali dari pelaku tersebut.

“Padahal, upaya yang sangat penting dalam penanggulangan terorisme adalah mengungkap jaringan sehingga bisa dilakukan pencegahan terhadap aksi berikutnya,” katanya.

Menurut alumnus S2 dari Universitas Indonesia itu, hal lain yang lebih penting adalah bukan persoalan lone wolf teror atau bukan, tetapi yang perlu dicermati adalah peran perempuan dalam aksi terror.

“Salah satu kelompok yang diikuti oleh banyak orang dan melibatkan perempuan untuk melakukan aksi teror adalah ISIS. Di Indonesia beberapa kelompok berafiliasi dengan ISIS seperti JAD dan MIT,” ujarnya.

Perempuan sebagai pelaku teror lebih sulit dideteksi karena perempuan dianggap tidak berbahaya sehingga lebih mudah untuk masuk ke berbagai lokasi. Selain itu aparat keamanan cenderung tidak akan melakukan pemeriksaan lebih ketat terhadap perempuan, terutama jika tidak tersedia petugas perempuan.

Hal inilah, sebutnya, yang akhirnya dimanfaatkan kelompok teroris terutama yang berafiliasi dengan ISIS untuk menugaskan perempuan di garis depan.

Karena itu, kata Stanislaus, kewaspadaan perlu dilakukan secara lebih kuat untuk mencegah terjadinya aksi teror terutama yang dilakukan oleh pelaku tunggal, termasuk yang dilakukan oleh perempuan, dan yang dilakukan oleh sel atau kelompok kecil keluarga.

Seperti diketahui, ada beberapa aksi teror yang dilakukan oleh perempuan seperti Dian Yulia Novi yang bermaksud meledakkan bom panci di Istana Negara 11/12/2016, Dita dan Siska yang ditangkap di sekitar Mako Brimob Depok 12/5/2018, Zakiah Aini yang menerobos Mabes Polri dengan senjata airgun 31/3/2021, dan terakhir Siti Elina yang mencoba menerobos Istana negara 25/20/22. Aksi tersebut harus lebih dicermati karena mereka berhasil masuk dalam instalasi vital seperti Mabes Polri dan mendekati Istana Negara. ***