Muhaimin: Demokrasi Harus Melahirkan Kesejahteraan

oleh -
Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar. (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELA NASIONAL — Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar meluncurkan buku terbarunya yang berjudul ‘Visioning Indonesia: Arah Kebijakan dan Peta Jalan Kesejahteraan’ di Dome Spark, Senayan, Jakarta, Rabu (7/9/2022).

“Ini serial buku saya tentang politik kesejahteraan. Buku ini serial yang kedua yang insya Allah ada serial yang ketiga dan keempat,” kata Gus Muhaimin.

Dalam pidatonya, politisi yang kerap disapa Gus Muhaimin itu mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya pemimpin bangsa, untuk mengingat kembali tujuan bernegara, yaitu visi untuk mewujudkan keadilan sosial serta kesejahteraan di masyarakat.

Visi tersebut, jelasnya, adalah amanat dari konstitusi sila kelima Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, saat Gus Muhaimin bertemu masyarakat di seluruh pelosok negeri, ia mengaku masih menemukan besarnya kesenjangan antara kehidupan yang layak, makmur, dan sejahtera dengan cita-cita keadilan sosial tersebut.

“Besar harapan rakyat atas terwujudnya kebijakan yang mampu memahami apa yang rakyat rasakan. Kesenjangan itu masih terus terjadi dan menjadi tanggung jawab kita berpikir untuk memulainya. Maka tugas kita semua untuk menutup kesenjangan antara niatan baik negara dan kenyataan sehari-hari yang dirasakan masyarakat kita,” ujar politisi Partai Kebangkitan (PKB) tersebut.

Karena itu, ia sangat percaya bahwa bangsa ini harus terus merefleksikan kembali visi-misi tersebut, yaitu keadilan sosial dan kesejahteraan. Lebih dari itu, Gus Muhaimin menekankan bangsa ini punya tanggung jawab bersama menyambungkan modal kekuatan demokrasi dengan kesejahteraan dan keadilan.

“Demokrasi sebagai proses politik akan menjadi penentu kesejahteraan. Maka demokrasi harus melahirkan kesejahteraan. Pola relasi kekuasaan yang terbangun di demokrasi akan menjadi penentu distribusi sumber daya kita. Penentu bagian aset dan tanah, demokrasi menjadi penentu reforma agraria,” tambah  Pimpinan DPR RI Bidang Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) itu.

Inilah yang kemudian, tegasnya, harus terus diperjuangkan bersama. Oleh karena Indonesia dinilai berhasil membangun demokrasi ini dengan sangat baik, sehingga perlu untuk melanjutkan kembali agar ukuran sukses demokrasi harus lebih dari sekadar equality of opportunity, tetapi lebih dari itu yaitu equality of outcome. Keadilan dan akses serta kesempatan harus didampingi dengan kemajuan aset dan pendapatan warga. Kesuksesan demokrasi adalah mobilitas sosial semua warga.

“Para petani harus punya tanah, para petani juga harus memiliki aset berproduksi dengan baik. Petani sawit harus memiliki kebun sendiri, bahkan harus memiliki perusahaan pabrik sendiri. Begitu juga anak-anak para petani, nelayan, buruh dan semua yang masih berada di wilayah marginal harus memiliki peluang dan keberhasilan mobilitas vertikal yang memadai,” pesan Gus Muhaimin.

Selanjutnya, masih kata Gus Muhaimin, Indonesia yang berkeadilan adalah Indonesia yang mampu mewujudkan pemerataan pembangunan, terutama hasil-hasil dari pembangunan. Indonesia yang berkeadilan, tambahnya, adalah yang konsisten kembali ke Pasal 33 UUD 1945, yaitu memastikan bahwa negara memiliki kesempatan untuk memberikan pada warganya kekayaan aset sehingga sistem ekonomi adalah sistem ekonomi yang inklusif.

“Sistem ekonomi yang inklusif adalah sistem ekonomi yang tidak hanya tunduk pada keadaan global tapi sistem ekonomi ini juga memberikan ruang bagi tumbuh kembangnya pengusaha di tingkat nasional,” jelas legislator daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur VIII tersebut

Hadir pula dalam kesempatan ini, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo; Wakil Ketua DPR RI Rachmad Gobel; Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah, Arsul Sani, dan Jazilul Fawaid; Wakil Ketua DPD RI Mahyudin dan Sultan Najmudin; Menteri Pemuda dan Olahraga Zainuddin Amali; Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar; Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah; serta beberapa Anggota DPR RI. Hadir pula beberapa narasumber bedah buku, yaitu Rocky Gerung, Faisal Basri, Najwa Shihab, Bustanul Arifin, Hajriyanto Tohari, Yudi Latif, dan Unifah Rosyidi. (MWD)