Mundur dari Imam Katolik, Amo Martinho Calonkan Diri Jadi Presiden Timor Leste

oleh -
Pastor Martinho Germano da Silva Gusmao (baju kuning) saat bersama mantan Presiden Xanana Gusmao. (Foto: Hallodesanews.com)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Pemilihan Presiden yang memimpin Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) sudah di depan mata. Sejauh ini, sudah ada banyak peminat untuk memperebutkan presiden yang akan digelar pada 2022 mendatang itu.

Beberapa nama mulai mencuat dari partai politik tertentu. Muncul juga calon independen. Salah satu yang menarik perhatian yaitu munculnya nama Amo Martinho Germano atau lengkapnya Pastor Martinho Germano da Silva Gusmao. Munculnya nama ini mengejutkan banyak pihak.

Sosok yang dikenal sebagai gembala umat itu menyatakan mundur dari pastor katolik untuk mencalonkan diri dan siap menjadi Presiden RDTL.

Ia tidak ingin dibebani berbagai aturan Gereja yang tentunya membatasi ruang gerak misi politiknya untuk terjun ke dalam dunia politik praktis.

Doktor yang mahir menggunakan 5 bahasa di dunia ini mengajukan pengunduran diri kepada Uskup Baucau Mgr Dom Basílio do Nascimento pada Januari 2020.

Selain kepada Uskup Baucau dia juga mengajukan pengunduran diri kepada Paus Fransiskus pada 4 Februari tahun lalu. Dan dalam waktu relatif singkat Uskup Baucau pun telah menyampaikan persetujuannya.

Amo Martinho yang dikonfirmasi HALLODESANEWS.COM melalui sambungan telpon seluler, membenarkan bahwa dirinya telah resmi dibebastugaskan Uskup Baucau melalui SK yang sudah diterimanya tanggal 20 Agustus 2021. Juga sudah diumumkan melalui surat yang dikeluarkan pada 30 Agustus 2021 bahwa Amo Martinho telah menghentikan semua pelayanan sakramental imam diosesan.

Setelah mendapat keputusan resmi Uskup Baucau, dosen di Instituto Superior de Filosofia e de Theologia (ISFIT) Dilli ini menyatakan dirinya semakin yakin dan lebih tenang.

Dia mengatakan pengunduran dirinya itu dibuat setelah lama merenung, mendengarkan, berdoa dan memutuskan dengan ‘kesadaran yang bersih dan tenang’.

Akan tetapi aktivitas menjadi semakin padat karena harus berpacuh dengan waktu yang tinggal menghitung hari.

Alumnus Seminari San Dominggo Hokeng ini pun mengatakan keinginan mencalonkan diri sebagia Presiden Timur Leste karena saat ini tersebut menghadapi situasi darurat yang diperparah oleh pandemi Covid-19.

“Selama ini karya saya menulis dan menjadi pembicara di berbagai forum nasional dan internasional. Semua yang saya diskusikan menjadi kenyataan, tetapi solusi yang saya tawarkan dibuang, jadi saya merasa harus bertindak,” ujarnya.

Lebih jauh Martinho menyatakan bahwa Timor Leste bukan lagi bagian dari Portugal, bukan pula  sebagai provinsi ke-27 Indonesia atau jadi Negara Boneka Australia sehingga harus berjuang keras mempertahankan diri dan meningkatkan kesejahteraan hidup.

“Kita harus memastikan bahwa kita bukan provinsi luar negeri Portugal, bukan provinsi ke-27 Indonesia, apalagi negara boneka Australia. Kita harus menggunakan otak kita sendiri untuk berpikir dan tangan dan kaki kita sendiri untuk bekerja,” pungkasnya. ***