Narasi Kebangsaan dan Pancasila Harus Menang di Ruang Publik

oleh -
Kepala BNPT, Komjen Pol. Dr. Drs. Boy Rafli Amar, MH,saat membuka acara Silaturahmi dan Halal Bihalal bersama para mantan napiter dan kombatan (Mitra) BNPT yang dilakukan melalui video conference. (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Benny Susetyo menjadi pembicara dalam seminar web yang diselenggarakan oleh Universitas Kristen Indonesia, pada Jumat (12/6/2020).

Seminar yang bertemakan “Mencabut Radikalisme dan Membumikan Pancasila” ini dihadiri oleh lebih dari 80 perserta baik dari dalam kampus maupun pihak luar kampus.

Benny menjelaskan bahwa radikal bisa diartikan menjadi dua, positif dan negatif. Radikal dalam arti negatiflah yang berbahaya.

“Dalam arti positif orang yang beriman pastilah radikal. Akan tetapi radikal dalam hal negatif adalah agama yang dimanipulasi oleh kepentingan politik,” jelasnya.

Pendiri Setara Institute itu mengatakan bangsa Indonesia bersyukur mempunyai Pancasila. Karena dengan Pancasila maka persatuan dan gotong royong menjadi ruh bangsa dalam menghadapi semua masalah dan tantangan.

“Bangsa Indonesia beruntung mempunyai Pancasila. Ruh bangsa yaitu gotong royong dan persatuan menjadi kekuatan besar dalam melawan semua permasalahan,” ujarnya.

Selain itu, Benny menjelaskan bahwa pembumian Pancasila harus diberikan sejak dini dan masuk ke dalam kurikulum pendidikan. Pendekatannya juga harus disesuaikan dengan  apa yang digandrungi oleh generasi milenial sekarang.

“Pendidikan Pancasila harus masuk dalam kurikulum tetapi dalam pendekatannya harus disesuaikan dengan apa yang disukai generasi milenial tidak lagi doktrin. Contohnya seperti pendekatan dalam ranah olahraga, kesenian, dan kuliner,” jelas Benny.

Narasi diruang publik juga harus diambil alih oleh narasi positif sebagai alat untuk melawan konten negatif khususnya di media sosial.

Hal senada disampaikan oleh kepala Badan Nasional Penggulangan Terorisme (BNPT), Boy Rafli Amar. Dalam penjelasannya Kepala BNPT menjelaskan bahwa narasi kebangsaan dan Pancasila harus menang dan tidak boleh kalah diruang publik.

“Narasi kebangsaan dan Pancasila  harus dan tidak boleh kalah di ruang publik. Saat ini kaum radikal sedang mencoba mengambil alih ruang publik dan mencoba mengambil generasi muda Indonesia ini menjadi kekhawatiran terhadap eksistensi bangsa dan negara,” ujarnya.

Selain itu Boy Rafli Anwar menyatakan BNPT sangat fokus pada nilai-nilai Pancasila.

Jadi semuanya berangkat dari keberagaman dan kebhinnekaan bangsa Indonesia dan generasi muda memiliki kewajiban dalam melestarikannya.

“Generasi penerus punya kewajiban melestarikan  nilai-niali luhur bangsa,” jelasnya.

Rektor Universitas Islam Indonesia Komarudin Hidayat menjalaskan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat plural dan beragam. Nilai-nilai Pancasila simbolik harus masuk dalam kehidupan masyarakat.

“Indonesia sangat plural harus bersatu. Pada takaran simbolik bagaimana Pancasila itu yang berkerja pada semua. Nilai pancasila yang simbolik bisa menyatu ditengah masyarakat,” ujarnya. (Ryman)