Ngobras Pengrajin, Bamsoet: Ubah Paradigma Karya Ukir Impor Lebih Bagus

oleh -
Bamsoet saat ngobrol santai (ngobras) dengan dua pengrajin ukir dari Bali, Pak Wayan dan Ibu Made, di Kawasan Gianyar Bali, Kamis (3/9/20). (Foto: ist)

Bali, JENDELANASIONAL.ID — Ketua MPR RI Bambang Soesatyo kagum terhadap karya ukir para pengrajin Bali, maupun karya ukir dari pengrajin di berbagai daerah lainnya. Tak sembarang orang bisa mengukir dan membentuk bongkahan kayu menjadi karya seni penuh estetika. Bahkan tak semua bangsa dunia bisa melakukannya. Bangsa Indonesia adalah satu dari sekian bangsa di dunia yang memiliki keahlian tersebut. Karenanya, perlu disyukuri dan diapresiasi setiap hasil karya yang dihasilkan anak bangsa.

“Salah satu caranya adalah dengan membeli karya anak bangsa tersebut. Karenanya, tak perlu membeli barang furniture import dari negara lainnya. Karena kita juga bisa menghasilkan karya ukir yang bahkan memiliki kualitas lebih tinggi dibanding hasil karya impor,” ujar Bamsoet saat ngobrol santai (ngobras) dengan dua pengrajin ukir dari Bali, Pak Wayan dan Ibu Made, di Kawasan Gianyar Bali, Kamis (3/9/20).

Mantan Ketua DPR RI ini menceritakan hal tersebut dalam Kanal YouTube-nya, Bamsoet Channel. Pak Made sudah 20 tahun lebih menekuni usaha seni ukir. Ia membuat rumah Joglo dengan mendatangkan tenaga pekerja dan bahan baku seperti kayu dari Jawa. Menekuni usaha ini, ia bisa menghidupi keluarga dengan tiga anak. Salah satu anaknya bahkan memilih profesi dokter. Kehadiran pandemi Covid-19 membuat penurunan omset usaha Pak Made, karena tidak ada turis asing yang berlibur ke Bali.

“Namun karena sudah memiliki beberapa pelanggan tetap di luar negeri, seperti Jerman dan New Zealand, penjualan masih bisa berjalan. Kini pengrajin usaha seni ukir pun harus merambah dunia digital jika ingin bertahan di tengah pandemi. Berbagai hasil karya difoto lalu di-upload ke media sosial dengan spesifikasi yang jelas. Pembeli yang sudah menjadi pelanggan, bisa memilihnya. Begitu transaksi selesai, barang dikirim. Melalui digital, para pengrajin juga bisa memperluas pasar penjualan, karena calon pembeli tak perlu repot datang langsung,” tandas Bamsoet.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menjelaskan, selain di Bali, pengrajin ukir handal Indonesia juga tersebar di berbagai daerah seperti Kediri, Jepara, Jogja, dan Kudus. Kekayaan seni ukir Indonesia sangat beranekaragam. Dari mulai kayu, patung, hingga rumah joglo. Tak heran jika nilai ekspor kayu dan produk kayu Indonesia ke seluruh dunia pada tahun 2019 terbilang cukup besar, mencapai USD 11,6 miliar.

“Bangsa Eropa maupun bangsa dunia lainnya jatuh cinta terhadap seni ukir Indonesia, karena mereka tak bisa membuatnya. Untuk seni dan budaya, Asia juaranya, khususnya Indonesia. Jika warga dunia saja bisa jatuh cinta terhadap seni ukir Indonesia, masa anak bangsa sendiri tak bisa ikut menghargai,” jelas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini memandang, salah satu persoalan terbesar bangsa Indonesia terkadang tidak menyadari bahwa Indonesia adalah bangsa yang kaya. Sehingga seringkali malah merasa minder dan rendah diri di hadapan bangsa-bangsa lain.

“Akibatnya, seringkali malah menganggap karya luar negeri lebih unggul dibanding karya anak bangsa sendiri. Mulai saat ini, kita harus ubah paradigma menyesatkan seperti itu. Mari cintai dan beli produk dan karya dalam negeri,” pungkas Bamsoet. (*)