Orientasi Mahasiswa Baru, Mengajak Mahasiswa Ikut Islam Moderat

oleh -
Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangkaraya Dr. H. Khairil Anwar, M, Ag. (Foto: Ist)

Palangkaraya, INDONEWS.ID — Musim penerimaan mahasiswa baru telah berjalan. Penting bagi civitas akademika untuk mewaspadai adanya potensi paham intoleransi dan radikalisme yang mudah menyusup dan menginfiltrasi mahasiswa dengan bungkus berbagai aktivitas di kampus. Karena itu perlu pencegahan dengan meningkatkan wawasan kebangsaan, kesiapsiagaan dan kewaspadaan sejak dini bagi mahasiswa baru.

Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangkaraya Dr. H. Khairil Anwar, M, Ag, mengatakan bahwa di IAIN Palangkaraya ada masa orientasi bagi mahasiswa baru (Maba) yang disebut dengan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK). Ia menyebutkan bahwa dalam PBAK tersebut pihak kampus juga menyampaikan agar para Maba untuk mewaspadai adanya paham-paham intoleransi dan radikalisme di sekitarnya.

”Jadi kita sampaikan bahwa ada berbagai macam aliran dan pemahaman yang beragam di Indonesia yang sebenarnya sejak zaman Ali bin Abi Thalib sudah muncul suatu paham yang cenderung beraliran ekstrem kanan yakni Khawarij,” kata Dr. H. Khairil Anwar, M, Ag, di Palangkaraya, Jumat (25/9/2020).

Khairil menjelaskan hal ini penting untuk disampaikan kepada mahasiswa bahwa kelompok-kelompok ini cenderung ekstrim sampai membunuh Ali bin Abi Thalib. Dimana yang membunuh itu adalah bagian dari kelompok khawarij. Khairil menyebut bahwa kelompok khawarij ini adalah contoh kelompok yang termasuk ekstrim kanan yang intoleran.

”Nah ini tolong jadi perhatian bagi para mahasiswa agar jangan sampai terpengaruh kelompok-kelompok yang ekstrim kanan seperti itu. Termasuk juga kita sampaikan tentang radikalisme yang cenderung pola pikirnya itu tekstualis,” ujar pria yang juga Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Tengah (Kalteng) itu.

Lebih lanjut pria yang juga Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalteng itu menyebutkan bahwa kelompok semacam ini pola berpikirnya seperti kacamata kuda dalam memahami ajaran Islam atau dalam memahami agama. Dimana menurutnya, akhirnya mereka ini mengklaim bahwa agamanya yang paling benar, dan agama orang lain salah, dan bahkan bila memeluk agama lain itu berdosa.

”Jadi mereka ini tidak bisa menerima terhadap adanya perbedaan, lalu akhirnya menjadi intoleran itu. Intoleran itu akhirnya yang menimbulkan dia bisa membawa kepada terorisme, mengkafirkan orang dan sebagainya itu,” ucap Khairil.

Inilah yang menurutnya berbahaya dalam memahami ajaran agama Islam. Karena itu termasuk dalam  kelompok-kelompok yang memang radikal dalam artian negatif. Menurutnya hal ini perlu disampaikan kepada seluruh mahasiswa baik mahasiswa lama maupun yang baru agar jangan sampai terbawa. Ia menyampaikan mungkin saat ini di dalam dunia Islam sekarang khawarij itu sudah tidak ada lagi strukturnya, tapi pola-pola berpikirnya itu masih ada.

”Contohnya orang yang ingin mendirikan negara Islam di Syria dan Irak atau ISIS. ISIS itu termasuk orang-orang yang cenderung untuk mengkafirkan orang dan cenderung menyatakan orang lain itu salah,” tutur Imam Besar Masjid Darussalam Palangkaraya itu.

Sedangkan di Indonesia ia mengatakan bahwa negara ini berdasarkan Pancasila yang mana sudah sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama. Maka tentu menurutnya kita harus mengikuti negara hasil dari kesepakatan founding fathers. Dimana negara ini adalah adalah negara hasil kesepakatan, mitsaqan ghaliza atau disebut sebagai negara yang berdasarkan kesepakatan.

”Maka dari itu kesepakatan itu harus dijaga dengan baik. Nah inilah paham yang moderat. Nah kalau orang yang cenderung menyalahkan Pancasila lalu mengatakan bahwa Pancasila itu adalah thogut, tidak berdasarkan islam,” jelasnya.

Padahal seharusnya menurut Khairil mereka ini perlu menyesuaikan kontekstualnya dengan masyarakat Indonesia, karena kita berbeda dengan negara Arab. Karena menurutnya, Islam kita memang Islam yang mengikuti ke-Indonesiaan. Islam yang rahmatan lil alamin, karena negara kita ada berbagai agama, suku, golongan maka dari itu harus ada toleransi di dalam perbedaan.

”Jadi awalnya dari khawarij lalu sekarang ada kelompok-kelompok yang dia cenderung menyalahkan Pancasila, menyalahkan juga NKRI harusnya khilafah. Nah kelompok-kelompok inilah yang harus kita waspadai agar jangan sampai masuk ke kampus, ini warning kita kepada mahasiswa,” terangnya.

Selain kelompok ekstrem kanan, menurut Khairil, ada juga kelompok ekstrem kiri yang juga perlu diwaspadai. Nah inilah yang dikhawatirkan mahasiswa jangan sampai terbawa ekstrim kanan ataupun ektrim kiri. Sehingga perlu mengajak mahasiswa harus ada di tengah. Karena di tengah itu adalah ahlu sunnah wal jamaah, nah disitulah menurutnya yang perlu diperkuat.

”Jadi yang ektrim kiri, ektrim kanan itu harus kita ajak ke tengah dia. Nah ini yang kita minta kepada mahasiswa. Islam yang moderat, Islam yang washatiyah selain penguatan tentang kebangsaan Pancasila,” ujar Khairil mengakhiri. (Ryman)