Pasca Bom, Waligereja Sri Lanka Imbau Warga Tetap Tenang dan Menahan Diri

oleh -
Akibat serangan bom yang menewaskan 28 orang di Tempat Doa St. Antonius di Kochchikade, Kolombo pada Minggu Paskah. Para pemimpin Katolik menyerukan umat tetap tenang setalah serangan teroris. (Foto: Niranjani Roland)

Sri Lanka, JENDELANASIONAL.ID — Konferensi Waligereja Sri Lanka mendesak warga Sri Lanka agar tetap tenang dan menanggapi dengan bijak serta menahan diri menyusul serangan bom pada Minggu Paskah yang menewaskan ratusan orang.

Pemerintah menuduh sebuah kelompok Islam lokal yakni  National Thowheeth Jama’ath bertanggung jawab atas bom bunuh diri yang menyasar tiga gereja dan tiga hotel mewah yang penuh dengan para turis. Pihaknya yakin kelompok itu dibantu oleh sebuah jaringan internasional.

Lebih dari 500 orang dirawat di rumah sakit setelah kekerasan yang paling buruk di Sri Lanka sejak perang saudara yang berakhir tahun 2009.

Konferensi Waligereja Sri Lanka mengatakan pihaknya berharap pemerintah mengadakan penyelidikan segera dan mendesak warga untuk tetap tenang.

“Keselamatan semua warga di negara ini harus dijamin,” kata Uskup Winston S. Fernando, Ketua Konferensi Waligereja Sri Lanka, seperti dikutip Ucannews.

“Fakta bahwa serangan ini dilakukan di gereja-gereja ketika orang sedang beribadat pada Paskah sungguh sebuah tindakan biadab yang sangat menyedihkan”.

“Mengikuti teladan Yesus Kristus yang  mengalami penderitaan dan mengorbankan dirinya untuk melayani manusia, kita juga harus bersiap untuk memiliki hati yang berbelas kasih dan  dengan penuh doa mencari solusi dalam kemanusiaan”.

Kardinal Malcolm Ranjith mengatakan prihatin bahwa pihak berwenang tidak bertindak cepat setelah menerima informasi kemungkinan serangan teror tersebut.

“Inteligen negara perlu lebih diperkuat,” katanya dalam konferensi pers pada 22 April. “Jika pemerintah memberikan informasi maka serangan Minggu Paskah bisa dicegah,” ujarnya.

Kardinal Ranjith juga mendesak umatnya untuk tidak menyakiti umat dari agama lain.

The Centre for Policy Alternatives (CPA) menghimbau pihak berwenang untuk bertindak segera untuk mencegah kekerasan seperti itu menyebar.

“Kami menyerukan kepada mereka yang berwenang untuk mengambil langkah cepat dan tegas untuk meminta pertanggungjawaban semua pelaku tanpa rasa takut,” katanya dalam sebuah pernyataan pada 22 April.

CPA sering mengecam impunitas menyusul serangan di tempat-tempat ibadah dan pembatasan tentang kebebasan beragama dalam beberapa tahun terakhit.

“Kasus yang paling baru adalah satu minggu lalu dimana serangan terhadap Pusat Doa Methodis di Kundichchaankulama, Anuradhapura, pada 14 April,” kata CPA.

“Kita harus berhenti dari tindakan yang mengarah pada perpecahan komunal, ketakutan dan kebencian. Dan kita harus meminta para pemimpin politik dan agama kita, terutama di tahun pemilu ini.”

Pendeta Asiri Perera, ketua Gereja  Methodis Sri Lanka, mengatakan serangan itu bisa dihindari jika pemerintah lebih serius dalam mengimplementasikan UU.

The National Christian Evangelical Alliance of Sri Lanka menyerukan komunitas Kristen untuk tetap  tenang dan menahan diri dari  kebohongan oleh  berbagai rumor selama masa krisis ini. Pihaknya juga mendesak pemerintah  dan aparat keamanan mengambil langkah yang perlu untuk membawa para pelaku ke pengadilan.

Semua sekolah yang dikelola Katolik di Sri Lanka ditutup hingga 29 April sebagai tindakan pencegahan dan demi keamanan.

Sejumlah bom meledak di Gereja  St. Sebastian di Negombo, Tempat Doa St. Antonius di Kochchikade dan Gereja Evangelis di Batticaloa di antara pukul 8.45 a.m. dan 9.30 a.m. pada Minggu Paskah. Hotel Shangri-La, Hotel Kingsbury dan Cinnamon Grand hotel di Kolombo diserang bom bunuh diri.

Ketika polisi memburu mereka yang bertanggung jawab, dua ledakan terjadi lagi. Satu ledakan dekat kebun binatang di Dehiwala, Kolombo bagian selatan, dan bom kedelapan dilaporkan di dekat distrik Dematagoda, Kolombo dalam serangan polisi, menewaskan tiga aparat.

Menurut sensus  2012, penduduk Sri Lanka memiliki  sekitar 22 juta, 70 persen Budda, 12,6 persen Hindu, 9,7 persen Muslim dan 7,6 persen Kristen. (Ryman)